6 Tren yang Akan Ubah Wajah Bank Syariah

Reporter : Syahid Latif
Senin, 11 Januari 2016 11:21
6 Tren yang Akan Ubah Wajah Bank Syariah
Pelan-pelan produk bank syariah main dilirik. Ada perbedaan yang membuatnya begitu menarik calon nasabah.

Dream - Dunia perbankan kini makin diramaikan dengan adanya bank syariah. Menawarkan produk keuangan dan investasi dengan cara yang berbeda, industri ini mulai dilirik dan semakin membesar.

Bank syariah adalah bank yang dalam pengoperasiannya berdasarkan pada hukum Islam atau syariat. Karena berdasarkan hukum Islam, perbankan syariah tidak mengenal adanya 'bunga pinjaman' alias interest rate. Bunga pinjaman dianggap riba dan berdosa.

Di bank syariah hanya dikenal sistem bagi hasil atau nisbah yang prosesnya sama-sama diketahui dan disetujui oleh bank dan pihak nasabah.

Tren masyarakat pun juga ikut berubah. Kini semakin banyak orang yang mempercayakan pengelolaan simpanannya pada bank syariah. Mengutip laman Zawya, Senin, 11 Januari 2016, untuk mengetahui bagaimana perkembangan bank syariah di dunia, berikut adalah beberapa tren kunci yang membentuk dunia perbankan syariah pada tahun 2015 dan akan terus berlaku pada tahun 2016.

Bank Syariah Mekar di Mana-mana

Menurut laporan Ernst & World Islamic Banking Young Competitiveness Report 2014-15, aset perbankan syariah internasional telah melampaui USD 778 miliar pada tahun 2014 dan CAGR 17% antara tahun 2009 dan 2013. Keuntungan global bank syariah diharapkan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2019. Di enam pasar syariah utama (Uni Emirat Arab, Qatar, Arab Saudi, Indonesia, Malaysia dan Turki), aset perbankan syariah diperkirakan mencapai US$ 1,8 triliun pada 2019.

Gairah Pasar Syariah di Wilayah Teluk

Gairah pasar syariah di wilayah Teluk memberikan gambaran yang kuat untuk masa depan keuangan Islam. Di UEA, partisipasi (atau musyarakah) perbankan menunjukkan tingkat pertumbuhan dua kali lipat dari perbankan konvensional. Aset syariah di negara itu telah melewati ambang USD 100 miliar untuk pertama kalinya, sesuai dengan laporan Ernst & Young sebelumnya.

Di Arab Saudi, perbankan syariah mengalami permintaan yang kuat dari segmen korporasi dan ritel. Pada tahun 2013, 54% dari semua perbankan di negara itu syariah dan angka ini diperkirakan akan tumbuh 70% pada tahun 2019. Di Qatar, perbankan syariah diperkirakan menunjukkan tingkat pertumbuhan 15-20%; dan 25% sudah sesuai dengan prinsip syariah. Sementara itu, sektor perbankan syariah Kuwait menyumbang 54% dari pangsa pasar perbankan.

Sukuk Melambat, Tapi Akan Naik

Sukuk atau obligasi syariah, telah mengalami perlambatan karena harga minyak yang rendah dan kemungkinan kenaikan suku bunga. Suku bunga relevan untuk dua alasan. Pertama, sukuk, seperti obligasi konvensional, adalah produk yang bersaing dengan investasi berdasarkan suku bunga. Semakin tinggi tingkat bunga, yang sedikit investor yang tertarik pada sukuk. Kedua, ekonomi regional seperti UEA dan Arab Saudi memiliki mata uang yang mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Pelemahan ini membayangi kebijakan moneter kedua negara, dan kenaikan suku bunga yang direncanakan Federal Reserve di Amerika Serikat juga ikut mendorong perlambatan sukuk.

Namun demikian, sukuk diharapkan pulih pada tahun 2016. Abdul Kadir Hussain, CEO Mashreq Capital yang berbasis di Dubai, mengatakan meski negara-negara seperti UEA kemungkinan memiliki likuiditas yang lebih rendah (karena harga minyak rendah), mereka masih ingin mempertahankan infrastruktur strategis dan investasi dalam negeri. Setiap defisit potensial akan ditutupi oleh utang pasar umum, yang akan datang dalam bentuk sukuk.

Investasi Berbasis Syariah Terus Tumbuh

Ada tiga alasan untuk pertumbuhan investasi syariah. Pertama, investasi syariah menarik bagi investor Muslim. Kedua, investasi syariah menarik bagi investor yang ingin berinvestasi secara etis. Karena aturan syariah telah sesuai dengan Prinsip Investasi Bertanggung Jawab (UNPRI) PBB. Dan akhirnya, investasi syariah menjadi idaman investor yang ingin risikonya dikelola secara bijaksana. Karena dana syariah sumber dananya jelas dan hanya dapat berinvestasi jika ada aset fisik. Sehingga investasi syariah berfungsi sebagai penyeimbang portofolio yang berisiko.

Keterlibatan Media Sosial Diperlukan

Bank syariah adalah lembaga global yang bersaing dengan perbankan konvensional. Mereka perlu meningkatkan tingkat layanan nasabah, mengoptimalkan penawaran mereka, dan memberikan nilai yang melampaui sekadar label syariah.

Dan ini hanya bisa dicapai jika berkomunikasi melalui saluran digital dan menciptakan layanan yang berbasis teknologi untuk nasabah. Laporan Ernst & Young 2014-15 menunjukkan bahwa 40% dari bank syariah dianggap tidak mendengarkan keluhan melalui saluran konvensional dan sosial. Sebanyak 50% dari bank syariah yang disurvei tidak memiliki akun Twitter dan hanya satu di antara 18 yang disurvei menawarkan keterlibatan nasabah melalui media sosial.

Nasabah Ingin Lebih Banyak Inovasi

Bank syariah dituntut untuk menawarkan solusi yang sesuai dengan kebutuhan, keinginan dan gaya hidup para nasabah. Mereka ingin bank syariah menjadi digital dan menciptakan produk inovatif yang membuat perbedaan dalam kehidupan dan kesejahteraan bisnis nasabah. Sekadar syariah saja tidak lagi cukup.

Beri Komentar