Sigit Nurdyansyah (Maulana Kautsar/Dream)
Dream - Bulir-bulir keringat terlihat di permukaan dahi pria berbadan kerempeng itu. Sementara itu jemari tangannya terlihat terus bergerak cekatan. Menata. Merapikan perlengkapan ponsel pintar yang berjejal di sebuah rak besar. Mengaturnya sesuai merek dan tipe.
Sesekali matanya pindah ke layar komputer yang menyala di atas meja dekat sudut tangga. Ia lalu memelototi layar monitor itu sejenak. Dahinya sedikit berkerenyit. Ia seperti tengah menunggu sesuatu. Seolah-olah jangan sampai telat apalagi terlewat. Lebih celaka lagi jika keliru.
Benar saja. Dalam hitungan menit, belasan pesanan masuk serentak ke akun miliknya di situs jual beli online, Bukalapak.com. Satu per satu pesanan itu ditanggapinya dengan telaten.
Pada Sabtu pekan lalu, 29 Agustus 2015, pria bernama lengkap Sigit Nurdyansyah Putra tengah berjibaku. Ia tidak bisa berleha-leha. Tak ada waktu selonjorkan kaki. Atau duduk-duduk santai. Nyaris tak ada waktu luang untuk sekadar membuang penat.
Di ruangan kerja berukuran setengah lapangan badminton itu, Sigit agak kewalahan meladeni pembeli yang datang silih berganti ke lapak virtual miliknya. Maklum tanggal muda, habis gajian. Pesanan pasti membludak.
" Ya begini ini mas kerja saya. Alhamdulillah pesanan lagi ramai," kata Sigit saat berbincang dengan Dream di rumahnya yang merangkap kantor, di Perumahan Kristal Garden, Cibinong, Bogor.
Hasilnya? Menjelang siang, ia sudah membukukan 30 lebih transaksi. Barang yang dijual sebenarnya sederhana tapi banyak diburu orang, terutama pengguna gadget. Dari aksesoris ponsel pintar seperti plastik antigores, baterai dan casing.
Tak heran lapak dia selalu ramai. Berkat keluletan dalam membesarkan bisnis e-commerce itu sejak Februari 2012, menempatkan Sigit sebagai penjual top atau top seller di bukalapak.com.
Hingga awal Maret 2015, ia telah membukukan 5.284 transaksi. Tak dinyana, omzet pria bermuka 'ndeso' asal Ngawi ini sekarang mencapai sekitar Rp 200 juta per bulan! Luar biasa.
Pria berusia 29 tahun ini memperoleh semuanya tidak secara instan. Berawal dari upaya memenuhi biaya pengobatan anak keduanya, Khalisa Tabita. Seminggu setelah lahir, Khalisa didiagnosis mengidap kelainan jantung.
Buat biaya berobat butuh fulus yang tak sedikit. Sementara gaji Sigit sebagai pegawai swasta cuma cukup buat dapur berasap. Tak ada dana cadangan untuk berobat. Terlebih pengobatan serius macam kelainan jantung yang diderita anak keduanya.
Meski sempat dibuat bingung, Sigit menolak menyerah. Apalagi sampai mengemis meminta bantuan saudara. Ia pantang menengadahkan tangan. Selama tenaga masih ada, tekad menghidupi keluarga dan kesembuhan sang anak terus menyala.
Tak dinyana, kemauannya untuk berusaha sendiri berbuah manis…
© Dream
Ketika tahu anaknya mengalami kelainan jantung, lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) itu terus memutar otak. Sebuah ide brilian datang. Sigit teringat pada hobinya berselancar di dunia maya. Dari sana ia mendapati sejumlah situs jual beli online yang menawarkan lapak secara gratis bagi pedagang.
Jika sebelumnya ia datang ke situ cuma sebagai pembeli, kini Sigit coba ikut berjualan. Setelah menjajaki beberapa market place online yang ada, akhirnya pilihan jatuh ke bukalapak.com.
Berbekal uang Rp 1 juta yang disisihkan dari gaji, ia nekat membuka lapak di situs jual beli online itu. Saat membuka akun @dyansyah, Sigit tengah mencoba peruntungan di bukalapak.com sejak 2012.
" Saya memilih menjual aksesori gadget kelas premium karena defect produknya kecil. Sehingga kemungkinan retur kecil dan berujung pada kepuasan konsumen," kata Sigit.
Strategi itu cukup jitu. Lapak Sigit berkembang sangat pesat. Kesibukan dia kian bertambah. Selain bekerja di kantor, Sigit juga harus mengatur perputaran barang di lapaknya.
Setahun kemudian, sebagian keuntungan hasil jualan di lapak online itu bisa digunakan Sigit membeli rumah tipe 36 di Cibinong, Bogor. Ia sekeluarga pindah dari rumah kontrakan di Cilincing, Jakarta Utara.
Sejak tinggal di istana kecilnya itu Sigit mulai keteteran dengan kerja sampingannya. " Anak ketiga saya, Muhammad Zaki Muttaqin, lalu lahir. Tugas saya dan istri mengurus keluarga semakin berat. Jarak dari rumah ke kantor di Cilincing juga cukup jauh. Ditambah lagi pembeli di lapak makin banyak," kata Sigit.
Keputusan mengundurkan diri sebagai pegawai semakin kuat. Sambil berhitung, apa penghasilan berjualan online saja bisa menghidupi keluarga. Terlebih putrinya masih butuh biaya besar untuk pengobatan.
Akhirnya Juli 2014 lalu, ia memutuskan mundur dari kantor setelah lima tahun menjadi karyawan dengan posisi terakhir sebagai Kepala Seksi. Padahal di sana ia sudah mendapat gaji lumayan tinggi.
Sigit memutuskan fokus di lapak online. Ketekunan itu kini berbuah manis. Pendapatan dia saban bulan sekarang bisa mencapai ratusan juta.
Saat ini ia memiliki sekitar 3.000 item barang dagangan bernilai miliaran rupiah. Barang itu tersimpan di kamar kecil lantai 2 rumahnya yang disulap menjadi gudang.
" Produk yang saya stok semuanya memiliki kualitas orisinil. Tidak menutup kemungkinan, saya juga akan buka gerai aksesoris gadget. Tapi, belum tahu kapan realisasinya," ujarnya
Tak cuma diberi rejeki berlimpah, kesehatan putrinya juga mulai membaik. Satu titik kebocoran di jantungnya sudah tertutup. Berat badan bocah itu naik secara bertahap. Tubuhnya tak lagi kurus kering.
© Dream
Menurut Sigit apa pun usahanya, harus selalu ingat DUIT. Kata itu tetap nomor satu. DUIT yang dimaksud adalah Doa, Usaha, Ikhtiar dan Tawakal. " Jangan sampai meninggalkan ketiga hal tersebut," kata Sigit membagi tips sukses berbisnis online.
Di tengah persaingan yang semakin ketat, Sigit dan pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) lain, cukup ketar-ketir dengan lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
" Itu lumayan berdampak. Soalnya barang yang dibeli dari Tiongkok pembayarannya menggunakan dolar. Akhirnya saya juga milih-milih. Saya hitunglah, kalau barang sekian, ongkos kirim sekian, kalau untungnya nggak banyak ya enggak usahlah," kata Sigit.
Mahalnya dolar membuat ia memilih menjual barang lokal. " Soalnya dulu juga mulai dari lokal, cuma yang dari Tiongkok ini buat nambah merek jualan saja."
Kisah sukses Sigit barangkali hanyalah satu dari ribuan kisah sukses penjual online di situs jual beli. Tanpa memiliki toko secara fisik, melalui lapak online di situs jual beli, peralatan ponsel premium yang ia jual bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
Jadi, ketika krisis moneter merebak, pemecatan karena pabrik berhenti berpoduksi bukanlah sebuah kiamat bagi pekerja. Menjadi pengusaha kecil dan menengah macam Sigit barangkali adalah jalan yang harus dicoba untuk bertahan di tengah krisis global. (eh)
Laporan: Maulana Kaustsar
Advertisement

Girangnya Bocah 7 Tahun Bisa Kuliah Kimia di Nanyang Technological University

Mantan PM Kanada Justin Trudeau dan Katy Perry Akhirnya Mesra di Depan Publik

Pria Ini Dirikan Pusat Terapi dengan Anjing, Bantu Pasien Autisme hingga Alzheimer

Potret Tak Biasa Prilly Latuconsina, Pede Meski Pakai Banyak Koyo


Main Cantik Indonesia, Komunitas Seru Buat Perempuan Pecinta Motor
