Survei: Literasi dan Inklusi Keuangan Indonesia 2025 Baru 65,4%
Ilustrasi Digital Ekonomi/ Foto: Pixabay
Reporter : Astri
Angka tersebut ternyata masih tertinggal dari tingkat inklusi keuangan yang sudah mencapai 80,55%.
DREAM.CO.ID - Beberapa tahun belakangan ini, akses masyarakat terutama bagi generasi Gen Z dan Milenial terhadap layanan keuangan digital terus meningkat. Maka dari itu, penting bagi mereka untuk memperkuat literasi keuangan.
Hal tersebut membuat PT Indonesia Fintopia Technology (Easycash) bersama Ikatan Alumni Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (IA-SBM ITB) mengadakan kegiatan Kuliah Umum Edukasi Keuangan Pribadi bagi mahasiswa S1 dan S2 SBM ITB.
Menggandeng serta platform pindar PT Plus Ultra Abadi (UATAS) juga PT Smartec Teknologi Indonesia (Bantusaku), inisiasi ini merupakan salah satu rangkaian dari gelaran Bulan Fintech Nasional yang digagas oleh Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH).
Tujuan utama kegiatan ini adalah memperkuat literasi keuangan generasi muda, khususnya dalam mengelola keuangan, sebagai bekal sebelum mereka lulus dan mulai membangun hidup secara mandiri.
Head of Corporate Affairs Easycash, Wildan Kesuma mengatakan, Easycash memiliki komitmen kuat untuk terus menghadirkan edukasi keuangan yang relevan terutama bagi segmen gen z dan milenial.
Beberapa topik penting yang disampaikan dalam kegiatan kali ini seperti manfaat dan risiko layanan pindar, serta teori manajemen keuangan yang baik menjadi pemahaman dasar yang penting dimengerti sehingga mahasiswa dapat membuat keputusan keuangan yang lebih bijak di masa mendatang.
"Kemampuan memahami dasar-dasar pengelolaan keuangan dan literasi digital kini menjadi kebutuhan esensial bagi mahasiswa yang akan memasuki dunia kerja," kata Wildan dari berita tertulis diterima DREAM, Senin, 1 Desember 2025.
"Melalui kegiatan ini, Easycash ingin membantu mahasiswa/mahasiswi memahami manfaat dan risiko dari platform pindar, teori piramida perencanaan keuangan, serta meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman penipuan digital," sambungnya.
Diketahui Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2025 mencatat tingkat literasi keuangan Indonesia meningkat menjadi 65,4%. Angka ini masih tertinggal dari tingkat inklusi keuangan yang sudah mencapai 80,55%.
Kesenjangan tersebut menunjukkan masyarakat semakin cepat mengakses layanan keuangan, namun belum sepenuhnya memahami cara mengelola risiko dan menjaga keamanan data pribadi.
Ketua Umum Ikatan Alumni SBM ITB, Novrizal Pratama mengatakan, kesenjangan literasi dan inklusi keuangan tersebut merupakan tantangan besar bagi generasi muda yang sedang memasuki kehidupan profesional dan mulai mengelola pendapatan serta pengeluarannya sendiri.
Oleh karena itu, keterlibatan universitas, alumni dan pelaku industri sangat penting untuk membekali mahasiswa dengan pemahaman praktis yang relevan dengan dinamika ekonomi digital saat ini.
"Pengelolaan keuangan bukan hanya soal menabung, tetapi tentang memahami risiko, membuat perencanaan, serta mampu membedakan layanan yang aman dan legal dari layanan yang berpotensi merugikan," kata Novrizal.
"Terlebih di tengah pertumbuhan pesat layanan digital, khususnya platform pindar, kemampuan untuk mengenali informasi, memverifikasi legalitas, serta menjaga keamanan data pribadi menjadi semakin penting," lanjut dia.