Papeda/ Shutterstock
Dream - Makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia adalah nasi yang terbuat dari beras. Khusus untuk warga Papua, mereka memiliki makanan pokok yang khas dan lebih sehat yaitu Papeda.
Masyarakat Papua sejak dulu menanam pohon sagu untuk kebutuhannya sehari-hari. Hingga kini hutan sagu di Papua memang masih sangat terjaga. Termasuk hutan tempat menanam kebutuhan sayur-mayur.
“ Mereka yang tinggal di kampung tidak banyak mengalami sakit seperti masyarakat di kota, karena mereka mengonsumsi apa yang sudah ada di hutan,” kata Chef Chato, chef asli Papua, dikutip dari rilis yang diterima Dream.
Salah satu ‘belanjaan’ dari hutan dan rawa Papua adalah sagu sebagai bahan baku pembuatan papeda, yang sejak dulu kala menjadi makanan pokok mereka. Panganan lokal seperti inilah yang ingin dipertahankan oleh Chef Chato.
Papeda bukan hanya sekadar makanan lokal, tapi juga mengandung filosofi di dalamnya. Ada juga fakta-fakta unik terkait Papeda yang mungkin belum kamu ketahui.
1. Filosofi di Meja Makan
Saat satu keluarga menggunakan helai dan makan papeda dari satu hote yang sama, saat itulah papeda menyimpan makna yang dalam. Helai adalah peralatan makan tradisional dari kayu untuk menyajikan papeda, sedangkan hote adalah piring kayu untuk menyantap papeda.
Masyarakat Sentani menyebut tradisi makan papeda dari satu piring yang sama dalam satu keluarga sebagai helai mbai hote mbai. Mbai berarti satu. Filosofinya, makan dalam satu keluarga menyimpan cerita untuk masa depan anak dan cucu. Karena, acara makan bersama yang menandai ikatan kekeluargaan itu menjadi ruang diskusi antara ayah, ibu, dan anak, menjadi ruang kecil untuk bermusyawarah.
2. Harus Digulung
Tekstur papeda sangat lengket serupa lem. Memindahkan papeda dari wadah ke piring makan nyaris tak mungkin dilakukan dengan sendok besar sekalipun. Nah, mengambil papeda perlu trik tersendiri. Di acara adat Papua, alat mengambil yang wajib digunakan adalah hiloi, serupa garpu besar. Tapi, garpu biasa kini sudah sering digunakan di rumah tangga.
Cara mengambilnya, genggam dua garpu masing-masing di tangan kiri dan kanan, benamkan kedua garpu ke papeda, tarik garpu ke atas dengan posisi horizontal, lalu gulung papeda di garpu kiri dan kanan hingga membentuk gumpalan agak besar, baru pindah ke piring. Ada yang menggulungnya ke arah dalam, ada yang ke arah luar. Arah menggulung ini bisa menunjukkan asal daerah seseorang.
3. Bisa Bikin Sendiri dari Sagu Supermarket
Ingin coba membuat papeda? Gunakan saja tepung sagu yang dijual di supermarket. Untuk membuat papeda yang kualitasnya menyamai papeda Papua, Chef Chato memberi trik.
“ Sebelum dimasak, rendam dahulu tepung sagu di dalam air bersih selama kurang lebih 15 menit, ambil pati yang mengendap, campur dengan air untuk dibuat papeda. Teksturnya akan sama dengan papeda di Papua,” kata Chef Chato, yang kerap masuk ke hutan dengan membawa peralatan masak sangat minimal.
4. Ada Versi ‘Lontong’
Papeda yang kerap kita lihat umumnya berupa bubur. Ada juga yang bentuknya seperti lontong, namanya papeda bungkus. Proses pembuatannya seperti papeda biasa. Setelah matang, papeda dibungkus daun pisang atau daun fotovea (dalam bahasa Sentani disebut waibu).
Uniknya, daun waibu tersedia di alam dalam dua varian warna, yaitu merah hati dan hijau. Daun pisang dan fotovea berperan sebagai penambah aroma, sehingga papeda bungkus menebarkan aroma yang khas. Daya simpan papeda bungkus ini bisa sampai satu bulan.
" Tak perlu disimpan di kulkas, tak perlu dihangatkan berulang-ulang. Simpan saja di meja,” kata Chef Chato.
Hutan sagu di Papua memang masih sangat terjaga. Hal ini karena masyarakat Papua menebang pohon sagu secukupnya saja. Hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
" Selain menyimpan untuk dikonsumsi, mereka menjual sebagian sagu untuk memenuhi kebutuhan lain, seperti sekolah anak,” kata Bustar Maitar, pendiri dan CEO Yayasan EcoNusa, yang terinspirasi membuat program Sekolah Koki Hutan bersama Chef Chato.
Yayasan Ekosistim Nusantara Berkelanjutan (EcoNusa Foundation) merupakan organisasi nirlaba yang bertujuan mengangkat pengelolaan sumber daya alam yang berkeadilan dan berkelanjutan di Indonesia dengan memberi penguatan terhadap inisiatif-inisiatif lokal di Indonesia Timur (Tanah Papua dan Kepulauan Maluku).
Dream - Beras termasuk bahan makanan pokok yang sangat awet, asalkan disimpan dalam tempat yang kering dan tertutup rapat. Kita pun membelinya dalam kondisi kering dan cenderung menganggap beras masih cukup aman jika disimpan lama.
Bila Sahabat Dream membeli beras di supermarket dalam kemasan, biasanya sudah ada keterangan tanggal kedaluwarsa. Bila pun memasaknya melewati tanggal tersebut memang masih cukup aman. Hanya saja mungkin warna dan aromanya yang sudah sedikit berubah.
Bisa juga kondisi beras sudah rusak. Hal ini bisa dilihat dari kantung penyimpanan beras. Bila kondisinya bolong, beras menunjukan tanda-tanda pembusukan, termasuk lubang, maka sebaiknya jangan dikonsumsi.
Tanda-tanda lainnya adalah serangga atau kutu beras yang mulai banyak tinggal di dalam beras. Termasuk kelembapan dan pertumbuhan jamur dalam beras. Jika beras sudah mulai lembab dan tumbuh jamur, muncul bercak hitam maka beras sangat tak direkomendasikan untuk digunakan apalagi dikonsumsi.
Untuk beras merah, tanda kedaluwarsa bisa dikenali dengan adanya perubahan warna. Selain itu, aroma dari beras merah akan berubah menjadi lebih tengik. Beras merah yang sudah kedaluwarsa juga bisa dilihat dari teksturnya yang sudah berminyak.
Jika beras merah sudah menunjukkan tanda-tanda tersebut, maka bisa dipastikan beras merah sudah tak layak untuk dikonsumsi. Nah, untuk mempertahankan kualitas beras agar tahan lebih lama, kamu perlu memerhatikan cara menyimpannya.
Simpan beras di tempat yang kering dan dingin. Selain itu, simpan beras di wadah yang kedap udara setelah membukanya. Selengkapnya baca Diadona.id.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN