Dubai Macet, Pengembang Diminta Bangun Rumah Murah

Reporter : Ramdania
Senin, 6 April 2015 08:24
 Dubai Macet, Pengembang Diminta Bangun Rumah Murah
Harga rumah yang tinggi di perkotaan membuat para pendatang di Dubai menggeser tempat tinggalnya ke pinggiran kota. Dampaknya, macet pun tidak terelakkan.

Dream - Walid Zahra sebenarnya hanya butuh 25 menit untuk sampai di kantornya di Dubai, tapi warga Sarjah ini butuh dua jam dengan duduk-duduk di kafe sambil menunggu kepadatan lalu lintas berkurang.

" Saya pilih baca koran di kafe daripada stres kena macet di dalam mobil," kata pekerja 27 tahun ini.

Seperti warga asing lainnya yang bekerja di Dubai, Zahra tidak mampu membeli atau menyewa rumah di sana karena harganya yang mahal. Sementara jalan-jalan di Dubai setiap jam berangkat dan pulang kerja selalu macet.

Untuk mengatasi itu, pemerintah Dubai akan menyediakan rumah dengan harga terjangkau di kawasan yang didominasi vila dan apartemen mewah.

" Kami tidak bisa begitu saja membangun jalan yang lebih lebar, jembatan dan terowongan," kata Abdullah Rafia, Direktur Jenderal Urusan Perencanaan Kota Pemerintah Dubai, seperti dikutip Gulf News, Senin, 6 April 2015.

" Rumah terjangkau adalah solusi mengatasi masalah mobilitas di Dubai," tegasnya.

Masalah mobilitas ini sangat mendesak untuk diselesaikan di pusat bisnis Uni Emirat Arab ini yang sebagian besar roda perekonomiannya tergantung pada tenaga kerja asing.

" Biaya sewa dan biaya hidup yang tinggi, jika tidak segera ditangani, akan menyurutkan niat perusahaan untuk mengalihkan usahanya di sini nantinya," kata Martin Cooper, Direktur Deloitte LP, Perusahaan Real Estate Timur Tengah yang Berbasis di Dubai.

" Mereka harus mulai mengatasinya dari sekarang karena masalah daya beli terus meningkat meski bagi orang berpenghasilan tinggi sekalipun, akan merasa kesulitan," jelasnya.

Di antara langkah atau pertimbangan yang sedang diupayakan, pemerintah mengatakan pengembang perumahan di Dubai harus menyisihkan 15 sampai 20 persen dari proyek mereka untuk rumah terjangkau.

" Untuk saat ini itulah cara yang tepat. Setelah beberapa tahun, jika diperlukan, kami akan membuat peraturan yang mewajibkan semua perusahaan melakukannya," kata Rafia.

Meski mampu, lanjut Rafia, Pemerintah Dubai belum memiliki rencana membangun perumahan terjangkau untuk sementara ini.

Colliers International, broker properti Amerika Serikat, memperkirakan sekitar setengah populasi Dubai, kecuali pekerja konstruksi dan rumah tangga, memiliki penghasilan US$ 2.450 sampai US$ 4.083 per bulan.

Berdasarkan rasio di AS, beberapa apartemen di sekitar International City, Dubai Silicon Oasis dan Discovery Gardens, serta sebagian Dubai Lama seperti Al Ghusais, Deira and Al Nahda seharusnya bisa menyediakan harga sewa yang terjangkau.

Namun harga sewa di area tersebut naik lebih cepat dari area lain di Dubai, menurut Colliers.

Subsidi pemerintah dan harga tanah yang lebih rendah sangat penting untuk meningkatkan perumahan yang terjangkau, kata Matthew Green, kepala penelitian di CBRE Group Inc, sebuah perusahaan properti di Los Angeles.

Pemerintah juga dapat mendorong pembangunan perumahan secara massal dengan menyediakan lahan dan meminta kontraktor swasta untuk mengajukan tawaran pengerjaan, katanya.

Namun hal itu seperti tidak akan pernah terjadi. " Saya kira kami tidak akan mengambil langkah-langkah insentif," kata Rafia.

Sudah sejak lama pengembang di Dubai hanya fokus pada properti mewah yang ditujukan untuk orang-orang asing kaya dari India, Rusia dan Inggris. Namun tren tersebut cenderung menurun seiring melemahnya dirham terhadap dollar AS.

Meskipun pengembang kini bergeser dengan menyediakan rumah terjangkau karena permintaan rumah mewah mulai mereda, namun harganya masih berada di luar jangkauan banyak kalangan bawah, menurut Khalid Bin Kalban, ketua pengembang swasta Union Properties PJSC.

" Masalahnya adalah kalangan bawah yang memilih pulang-pergi saat kerja lebih senang menyewa dan mereka tidak tertarik untuk membeli rumah," kata Bin Kalban.

Beri Komentar