10 Kota Dunia yang Dipenuhi Gelandangan (I)

Reporter : Syahid Latif
Minggu, 8 Maret 2015 11:00
10 Kota Dunia yang Dipenuhi Gelandangan (I)
Fakta mengejutkan, Jakarta termasuk salah satu didalam daftar ini.

Dream - Persoalan gelandangan atau tunawisma tak hanya menjadi masalah bagi negara berkembang dan miskin. Tunawisma menjadi masalah bagi setiap negara di dunia, tak terkecuali negara-negara maju.

Di benua Eropa saja, ada sekitar 3 juta orang hidup menggelandang di jalanan. Sementara di Australia dan Kanada, ratusan ribu jiwa berstatus tunawisma. Tentu saja, angka tersebut akan melonjak tajam di negara-negara miskin.

Terdapat lebih dari 9,5 orang di Kolombia hidup sebagai tunawisma dan 24,4 jiwa tunawisma tinggal di Nigeria. Secara keseluruhan, Komisi Hak Asasi Manusia PBB memperkirakan Bumi telah menjadi 'rumah' bagi 100 juta tunawisma.

Fakta mengejutkan justru tercantumnya nama Jakarta dalam daftar kota dengan jumlah gelandangan terbanyak.

Mengutip laman therichest, berikut 10 kota di dunia yang memiliki populasi tunawisma paling tinggi di banding tempat lainnya:

1 dari 5 halaman

10. Sao Paulo, Brasil

10. Sao Paulo, Brasil © Dream

10. Sao Paulo, Brasil

Sebuah sensus pemerintah tahun 2011 menunjukkan bahwa ada lebih dari 15.000 orang kehilangan tempat tinggal di Sao Paulo, Brasil. Sao Paulo adalah kota terpadat di Brasil, serta di Amerika.

Hidup di jalan-jalan sebagai tunawisma di Sao Paulo sangat menyiksa. Sekitar 50% dari para tunawisma di Sao Paulo tinggal di kamp-kamp darurat. Namun setengah lainnya, yang tidak kebagian jatah, tidur di jalanan. Mereka dipaksa untuk menghadapi perlakuan keras dari pemerintah Brasil.

 

2 dari 5 halaman

9. Budapest, Hungaria

9. Budapest, Hungaria © Dream

9. Budapest, Hungaria

Secara teknis, menjadi tunawisma di Hungaria adalah ilegal. Parlemen Hungaria memperkenalkan undang-undang yang memaksa tunawisma untuk tinggal di penampungan untuk mengurangi peningkatan jumlah tunawisma tinggal di jalan-jalan.

Di Budapest terdapat 10.000 tunawisma dan 6.000 orang yang terlihat berkeliaran di jalanan akan ditahan dan mungkin dipenjara.

Hukum tersebut mengejutkan kelompok hak asasi manusia, karena tingkat pengangguran dan utang negara yang meningkat tajam. Ada 20.000 tunawisma lainnya di seluruh Hungaria.

 

3 dari 5 halaman

8. Buenos Aires, Argentina

8. Buenos Aires, Argentina © Dream

8. Buenos Aires, Argentina

Di Buenos Aires diperkirakan ada 15.000 tunawisma. Sayangnya, 30% adalah anak-anak dan 13% sudah berusia lanjut. Kota ini menyediakan tempat penampungan untuk fakir miskin, tetapi hanya menampung maksimal 1.700 orang. Alasan mengapa orang berakhir menjadi tunawisma di Argentina tidak jelas.

Salah satu relawan yang diterjunkan untuk membantu sensus mengatakan bahwa seseorang menjadi tunawisma di Argentina ketika kehilangan hubungan dengan keluarganya. Selain itu, ia mengatakan bahwa yang paling banyak adalah karena orang berutang banyak utang dan memiliki ketergantungan dengan narkoba.

 

4 dari 5 halaman

7. Mumbai, India

7. Mumbai, India © Dream

7. Mumbai, India

Mumbai memiliki populasi hampir 12,5 juta jiwa. Lebih dari setengah penduduk di wilayah ini tinggal di salah satu dari ribuan kampung kumuh di Mumbai.

Sekitar 25.000 dari orang-orang ini sangat miskin dan hidup di jalan-jalan. Kurangnya perumahan yang terjangkau, kehilangan pekerjaan, pengurangan dukungan keluarga, pendapatan tidak memadai, penyalahgunaan narkoba, cacat fisik dan kekerasan dalam rumah tangga adalah penyebab utama tunawisma di Mumbai.

India secara keseluruhan juga menghadapi tingkat kemiskinan yang tinggi. Menurut PBB, 150 juta anak di bawah usia 18 tahun hidup di jalanan dengan 60 juta dari mereka berusia di bawah enam tahun.

5 dari 5 halaman

6. Jakarta, Indonesia

6. Jakarta, Indonesia © Dream

6. Jakarta, Indonesia

Indonesia adalah negara yang paling tinggi aktivitas Twitternya dibanding negara-negara lain di dunia. Kebanyakan warga negara Indonesia memiliki dua ponsel di tangan mereka masing-masing.

Meskipun terdengar maju, ibukota negara tersebut, yaitu Jakarta, merupakan rumah bagi lebih dari 28.000 tunawisma.

Fenomena tunawisma dimulai saat pemerintahan tiran yang dipimpin Jenderal Suharto. Suharto menerapkan kebijakan yang menindas penduduk setempat. Pemerintahannya akan mengambil tanah warga dengan dalih pembangunan. Namun, tanah itu hanya digunakan untuk memperkaya pemerintah.

Hal ini, pada gilirannya, mendorong banyak orang hidup di jalan-jalan. Jumlah tersebut terus bertambah selama bertahun-tahun. Pada tahun 2013, banjir besar menghancurkan rumah milik lebih dari 100.000 orang. Akibatnya jumlah tunawisma semakin meningkat.

Beri Komentar