Pedagang Beras Di Pasar Induk Cipinang, Jakarta (Antarafoto.com)
Dream - Upaya memproduksi bahan makanan unggulan kerap kali dilakukan pemerintah di beberapa negara, salah satunya Cina. Untuk menciptakan beras bergizi tinggi, beberapa ahli di Negeri Tirai Bambu itu memasukkan zat-zat penambah nutrisi ke dalam beras.
Namun, bentuk beras yang padat membuat proses penyuntikan nutrisi tidak bisa dilakukan tanpa ada perantara yang menyatukan. Perantara yang mampu mengikat zat penambah nutrisi dengan beras biasa disebut plastisizer.
Hasil dari proses pengikatan beras dengan beberapa zat nutrisi lain dikenal dengan nama artificial rice.
“ Artificial rice ini secara fisik sangat licin dan amat bagus untuk kesehatan, oleh karena itu harganya juga mahal, jauh dibandingkan dengan beras pada umumnya,” ujar Pakar Kimia Universitas Indonesia Asmuwahyu kepada Dream.
Asmuwahyu melanjutkan, pembuatan beras artifisial menggunakan mesin khusus serta butuh bahan-bahan yang tidak murah.
Terkait merebaknya peredaran beras plastik di Indonesia, ia menduga jika keberadaan beras plastik terbukti benar, sudah tentu diproses menggunakan cara yang sama dengan pembuatan artificial rice di Cina.
Namun, harga plastik di pasaran seharusnya lebih tinggi dari beras biasa. “ Harga biji plastik yang asli itu sekitar US$ 1500 per ton, sedangkan plastik daur ulang harganya Rp 12.000,” kata Asmuwahyu. “ Makanya, jika menggunakan plastisizer menggunakan bahan plastik, cost-nya sangat mahal.”
Menurutnya, keberadaan beras plastik di Indonesia menunjukkan kejanggalan dari segi ekonomi. “ Sekarang kan bisa dipertanyakan, buat apa ada yang bikin produk yang lebih mahal?” tambah pakar kimia ini.
Dalam kesempatan yang sama, Pengamat Ekonomi Pertanian Institut Pertanian Bogor Bustanul Arifin pun setuju dengan Asmuwahyu. Menurut Bustanul, hampir tidak ada hal yang bisa menjelaskan mengapa ada pihak yang rela menjual beras plastik dengan harga murah padahal secara ekonomi ia nampak tak akan mendapat keuntungan.
Ia melanjutkan, metode pengikatan beras dengan zat nutrisi yang menggunakan plastisizer itu sebenarnya juga dilakukan oleh para petani untuk menyiasati persediaan beras yang belum mereka jual dalam waktu lama. Tujuannya agar beras tampilan beras lebih bersih dan kandungan gizinya sudah ditambahkan sehingga harga beras stok lama tersebut bisa kembali naik.
“ Spekulasi saya sih (pembuatan beras plastik-Red) nampaknya ini ada orang iseng, saya tidak bisa berkesimpulan mengenai hal tersebut karena secara ekonomi juga tidak kena,” pungkas Bustanul.
Advertisement
Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau

Habib Husein Jafar Bagikan Momen Saat Jenguk Onad di Panti Rehabilitasi


Toyota Rehabilitasi Toilet di Desa Wisata Sasak Ende, Cara Bangunnya Seperti Menyusun Lego

Mahasiswa UNS Korban Bencana Sumatera Bakal Dapat Keringanan UKT

Makin Sat Set! Naik LRT Jakarta Kini Bisa Bayar Pakai QRIS Tap

Akses Ancol Ditutup karena Banjir Rob Masuki Puncak, Warga Jakarta Utara Diminta Waspada

Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap