Fokus 3 Hal Ini, Ekonomi Syariah RI Bisa Melesat

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Rabu, 2 Mei 2018 19:15
Fokus 3 Hal Ini, Ekonomi Syariah RI Bisa Melesat
Kedua lembaga ini diminta lebih optimal berperan di ekonomi syariah.

Dream – Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus D. W. Martowardojo mengaku punya resep untuk mengoptimalkan potensi ekonomi syariah di Tanah Air. Indonesia bisa memulainya dengan mengembangkan ekonomi pesantren, UMKM syariah maupun industri halal sebagai ekosistem yang utuh.

Upaya optimalisasi itu dilakukan dengan cara memanfaatkan kearifan lokal masing-masing daerah.

Dikutip dari laman bi.go.id, Rabu 2 Mei 2018, Agus mengatakan perekonomian Indonesia pada 2017 menunjukkan kinerja yang baik di tengah berbagai tantangan yang masih menyelimuti perekonomian global.

Ke depannya, ekonomi Indonesia bisa tumbuh secara berkelanjutan, seimbang, dan inklusif. Ini akan terjadi jika partisipasi masyarakat dalam kegiatan ekonomi bisa lebih ditingkatkan.

“ Terkait hal tersebut, ekonomi dan keuangan syariah dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan partisipasi masyarakat,” kata dia dalam acara “ Festival Ekonomi Syariah: Peningkatan Peran Pesantren dan Industri Halal dalam Pengembangan Ekonomi Syariah” di Semarang, Jawa Tengah.

Dari catata BI, ekonomi dan keuangan syariah global terus berkembang pesat. Pada 2016, volume industri halal global mencapai US$4,5 triliun (Rp62.797,52 triliun) dan diperkirakan akan meningkat menjadi US$6,78 triliun (Rp94.614,93 triliun) pada 2022.

Dari potensi tersebut, Indonesia merupakan pangsa terbesar bagi produk industri halal. Pada tahun 2016, volume pasar makanan halal di Indonesia mencapai US$169,7 miliar (Rp2.368,18 triliun).

“ Kondiis ini menunjukkan besarnya potensi pasar Indonesia bagi produk halal,” kata mantan menteri keuangan ini.

Untuk bisa mengoptimalkan potensi tersebut, Agus mengatakan BI berkontribusi aktif terhadap tiga fokus utama pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Ketiga fokus strategi itu adalah pilar pemberdayaan ekonomi syariah, pilar pendalaman pasar keuangan syariah, serta pilar riset, asesmen, dan edukasi ekonomi dan keuangan syariah.

Pada kesempatan pembukaan Festival Ekonomi Syariah juga dilakukan simbolisasi pelaksanaan program Pemberdayaan Ekonomi untuk Penguatan Kemandirian Pondok Pesantren, yang terdiri dari lima kegiatan, yaitu pertama, pembentukan Pusat Informasi Kajian dan Pengembangan Ekonomi Syariah (PIKES) dan pengembangan model bisnis Kampoeng Batik Laweyan.

Kedua, peningkatan sinergi melalui linkage program antara BI, pondok pesantren, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), dan klaster binaan BI, dan ketiga, penandatanganan komitmen bersama gerakan santri membatik mushaf Alquran.

Selain itu, dilakukan pula penyerahan Rekor MURI untuk edukasi ekonomi syariah pelajar, dan terakhir, pengumuman tokoh ekonomi syariah unggulan.

Fesyar yang dilakukan di Semarang ini merupakan Fesyar pertama dari tiga rangkaian kegiatan Fesyar menuju gelaran Festival Ekonomi Syariah Indonesia 2018 di Surabaya yang akan dilaksanakan pada akhir tahun 2018. Setelah kota Semarang, Fesyar selanjutnya akan diselenggarakan di kota Lampung dan NTB.

(Sah)

 

Beri Komentar