Cerita Sri Mulyani Mengenang Napak Tilas Kariernya

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Senin, 10 April 2017 18:15
Cerita Sri Mulyani Mengenang Napak Tilas Kariernya
Dia punya segudang pengalaman sepanjang kariernya, mulai dari lembaga riset ekonomi hingga lembaga global.

Dream – Nama Sri Mulyani Indrawati cukup familiar di telinga masyarakat. Wanita ini juga dikenal sebagai seorang wanita pemimpin global.

Perjalanan Sri Mulyani tak diraih dengan mudah. Butuh waktu dan pengalaman hingga sampai di posisinya saat ini. Di ajang “ Eminent speakers Forum: Perspective on Becoming A Global Leader” yang digelar oleh Asian Development Bank di Manila, Filipina, pada 5 April 2017, Sri Mulyani menceritakan kisah perjuangannya selama ini.

Di depan forum, Sri Mulyani mengatakan setiap keputusan karier yang dibuat, membentuk dua hal di dalam dirinya: sikap profesonal dan jiwa kepemimpinan.

“ Saya menyadari bahwa setiap langkah dalam karier saya membentuk profesionalisme dan jiwa kepemimpinan saya, juga tentu memberikan kontribusi dalam mengatasi masalah yang saya hadapi,” kata Sri Mulyani, dikutip dari akun Instagramnya, @smindrawati, Senin 10 April 2017.

Misalnya, kata dia, disertasi doktoral tentang respons yang berbeda untuk pajak untuk pria dan wanita di Indonesia, memberinya inspirasi kepada dia untuk memperkenalkan perempuan mendaftar mendaftar terpisah dari suami untuk mengajukan Nomor Pajak Wajib Pajak (NPWP).

Sri Mulyani mengatakan, ketika berkarier di Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia, pekerjaannya merancangan kuesioner, survei, memasukkan data statistik, lalu menganalisisnya. Pekerjaannya ini membantunya untuk membangun cara berpikir sistematis dan menggunakan data dan fakta dalam merumuskan kebijakan.

“ Di LPEM, saya pertama kali belajar bagaimana mengelola anggaran dan aset, serta sumber daya manusia,” kata dia.

Eks direktur perencanaan Bank Dunia ini juga membeberkan pengalamannya ketika menjadi Menteri Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas dan USAID. Ketika menjadi Kepala Bappenas, Sri Mulyani menangani tsunami di Aceh. Saat itulah, dia mendapatkan suatu pelajaran hidup: niat baik saja tidak cukup untuk menjadi seorang pemimpin.

“ Dibutuhkan kepemimpinan yang kuat dan keterampilan berorganisasi untuk menerjemahkan kehendak rakyat sehingga dapat memberikan hasil yang nyata bagi mereka yang membutuhkannya,” kata dia.

Ada juga pengalaman dia berkarier di International Monetery Fund (IMF) yang memberikan pengalaman bagaimna bekerja dengan lembaga-lembaga global dan multilateral. Pengalamannya di IMF diakui sangat membantu saat menjadi menteri keuangan.

“ Demikian juga sebaliknya, pengalaman saya sebagai menteri keuangan membantu saya dalam melakukan reformasi dan mengelola Bank Dunia,” kata dia.

 

Tanggal 5 April 2017, saya diminta berbicara dalam Acara Eminent speakers' Forum yang diselenggarakan oleh Asian Development Bank di Manila , Philipina. Dalam tema " Perspectives on becoming a global leader" , saya diundang untuk berbagi tentang bagaimana menjadi seorang pemimpin global wanita. Saya menyadari bahwa setiap langkah dalam karir saya membantu membentuk profesionalisme dan jiwa kepemimpinan saya, juga tentu saja memberikan kontribusi dalam mengatasi masalah yang saya hadapi. Contohnya, disertasi PhD saya, yang mempelajari respon yang berbeda untuk pajak antara pria dan wanita di Indonesia, telah memberikan inspirasi kepada saya sebagai Menteri Keuangan wanita pertama untuk memperkenalkan dan memungkinkan perempuan mendaftar secara terpisah dari suami di saat mengajukan NPWP. Pada awal karir di LPEM, kegiatan saya dan tim antara lain merancang kuesioner, melakukan survei, memasukkan data statistik untuk kemudian menganalisa hasilnya. Itu semua berguna dalam membangun cara berpikir secara sistematis serta untuk menggunakan data dan fakta dalam merumuskan kebijakan. Di LPEM juga saya pertama kali belajar bagaimana mengelola anggaran dan aset, serta sumber daya manusia. Saya sangat bangga kerja di LPEM. Pengalaman saya bekerja dengan USAID dan sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas, yang saat itu menangani tsunami di Aceh, mengajarkan saya bahwa niat baik saja tidak cukup. Dibutuhkan kepemimpinan yang kuat dan keterampilan berorganisasi untuk menerjemahkan kehendak rakyat sehingga dapat memberikan hasil yang nyata bagi mereka yang membutuhkannya. Pengalaman saya dengan IMF memperluas cakrawala saya dan memberi pengalaman tentang bagaimana bekerja dengan lembaga-lembaga global dan multilateral, yang sangat berguna saat pertama kalinya saya menjabat sebagai Menteri Ķeuangan. Terutama ketika saya membantu terselenggaranya pertemuan pertama pemimpin G20 dan memberikan dukungan kepada para pemimpin tersebut untuk dapat untuk menangani krisis global melalui koordinasi kebijakan. Demikian juga sebaliknya, pengalaman saya sebagai Menteri Keuangan membantu saya dalam melakukan reformasi dan mengelola Bank Dunia. --foto dapat di swipe--

A post shared by Sri Mulyani Indrawati (@smindrawati) on

Beri Komentar