Dua Nasib Berbeda Songsong Harga Murah Minyak Dunia

Reporter : Syahid Latif
Kamis, 8 Januari 2015 14:14
Dua Nasib Berbeda Songsong Harga Murah Minyak Dunia
Harga minyak dunia sempat jatuh di bawah US$ 50 per barel, terendah sejak Mei 2009.

Dream - Harga minyak dunia jatuh. Untuk pertama kalinya sejak Mei 2009, harga emas hitam ini berada di bawah US$ 50 per barel. Tak pelak, negara kaya minyak mulai morat-marit dengan kondisi itu.

Di tengah kekhawatiran berkurangnya pemasukan negara, Bank Dunia justru berpendapat berbeda. Jatuhnya harga minyak dunia bisa berubah menjadi keuntungan bagi negara berkembang.

Dikutip dari keterangan tertulisnya, Kamis, 8 Januari 2015, Bank Dunia menilai keuntungan ini bisa diraih jika pertumbuhan global yang kuat bisa ikut menopangnya.

Bank Dunia berpandangan penurunan harga minyak dipicu sejumlah faktor yang saling terkait, termasuk kenaikan mendadak dari pasokan minyak dan juga penurunan permintaan.

Minyak dunia juga ikut tertekan oleh berkurangnya risiko-risiko geopolitik di beberapa daerah, perubahan kebijakan oleh Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC), dan penguatan U.S. dollar.

Harga minyak yang rendah diperkirakan akan bertahan pada 2015. Pada tahun ini arus pemasukan akan berpindah dari negara pengekspor minyak ke negara pengimpor minyak secara signifikan.

Melemahnya harga minyak tersebut pada akhirnya berkontribusi pada pertumbuhan dan pengurangan efek inflasi dan tekanan fiskal serta eksternal.

“ Untuk para pembuat kebijakan di negara-negara pengimpor minyak yang masih berkembang, jatuhnya harga minyak memberi kesempatan untuk mengambil kebijakan fiskal dan melakukan reformasi-reformasi struktural serta program-program sosial," kata kata Ayhan Kose, Direktur Prospek Pembangunan di Bank Dunia.

Kose menambahkan, bagi negara pengekspor minyak, harga minyak yang rendah justru mengingatkan akan kelemahan ekonomi suatu negara yang terlalu bertumpu pada satu faktor. Untuk itu upaya mendiversifikasi dalam jangka menengah dan panjang menjadi hal yang penting.

Melemahnya harga minyak juga memberikan tantangan signifikan untuk negara-negara penghasil minyak, yang secara terbalik justru terpengaruh oleh indikasi pertumbuhan yang lemah dan tekanan fiskal serta eksternal.

Jika harga minyak bertahan rendah, investasi pada eksplorasi baru atau pembangunan bisa berkurang. Hal ini menjadi risiko besar bagi negara-negara berpendapatan rendah, atau terhadap praktek-praktek investasi yang tidak konvensional seperti shale oil, tar sands dan lapangan pengeboran minyak di laut dalam. (Ism)

Beri Komentar