Kisah Hidup Mantan Pecandu Narkoba Yang Hidup Menggelandang Dan Jadi Loper Majalah.
Dream - Nasib seseorang bagaikan roda yang berputar. Terkadang di bawah dan terpuruk. Namun karena perjuangan keras, dia bisa berada di atas dan hidup dengan penuh kebahagiaan.
Begitulah kiasan yang tepat untuk menggambarkan perjalanan hidup seorang mantan loper majalah dan pecandu narkoba bernama Philip Waltham.
Sekarang Philip meraih sukses dengan menjalankan perusahaan fesyennya sendiri, yang ditaksir bernilai 9 juta Poundsterling. Jika dirupiahkan hampir mencapai Rp177 miliar.
Philip teringat dia awalnya hidup terpuruk saat menjadi seorang tunawisma. Untuk menghidupi keperluan sehari-hari dia menjadi loper majalah.
Namun pria 44 tahun ini punya alasan tersendiri hingga dia terdampar di London dan menjadi tunawisma di ibukota Inggris Raya itu.
Philip menjadi tunawisma dan menjual majalah selama tiga tahun di London. Dia sebenarnya melarikan diri dari kota asalnya di Hull. Philip remaja tak mau kecanduan narkoba lagi.
Bagi pendiri perusahaan fesyen Bulk Vintage Wholesale ini majalah yang dijualnya telah membantu dirinya untuk bertahan. Selain untuk makan, uang hasil berjualan majalah tersebut dia tabung.
" Berjualan majalah telah mengajari saya untuk menghargai diri sendiri. Saya belajar cara mengatur uang dan betapa pentingnya membeli rumah," kenangnya.
Dengan uang tabungannya, Philip kemudian membuka sebuah toko baju kecil-kecilan yang menjual pakaian bekas layak pakai di sekitar London.
Ternyata dewi keberuntungan memihak Philip. Usaha toko pakaian bekasnya makin berkembang dan menjadi toko yang menyediakan pakaian vintage.
Philip pertama kali membuka toko pakaian vintage-nya di Camden, London, dan sekarang sudah membuka dua cabang di Newcastle dan York.
Tidak hanya di sekitar London, The Vintage Store milik Philip juga akan membuka dua cabang lagi di Liverpool dan Manchester.
Mengenai bisnisnya, Philip sekarang harus berpacu dengan tren baju yang cepat berubah dengan harga murah yang biasa disebut dengan istilah fast fashion.
" Kami harus melawan fast fashion. Tidak hanya dari tempat pembuangan sampah, kami juga mendatangi pabrik besar dan mengambil pakaian dari sana.
" Tahun lalu kami mengambil sekitar 600 ton pakaian dan kemudian mendaur ulangnya kembali untuk dijual," jelas Philip tentang tantangan yang dihadapinya.
Kisah Philip ini sangat menginspirasi dan menjadi contoh yang bagus dari efek transformatif yang bisa disebarkan oleh perusahaan media cetak kepada orang-orang yang bekerja untuk mereka.
Sumber: Daily Star
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Cara Cek Penerima Bansos BLT Oktober-November 2025 Rp900 Ribu
Potret Luna Maya dan Cinta Laura Jadi Artis Bollywood, Hits Banget!