Dream - Fenomena Padepokan Dimas Kanjeng telah menghebohkan masyarakat. Ribuan orang 'mempertaruhkan' hartanya demi bisa digandakan oleh sang panutan mereka, Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
Muncul pertanyaan, mengapa orang rela mengeluarkan uang demi ajaran yang tak logis ketimbang berinfak atau berzakat? Padahal, dana yang terkumpul di padepokan itu dapat membantu mengurangi angka kemiskinan di Indonesia jika disedekahkan.
Direktur Koordinator Zakat Nasional Mohd Nasir Tajang mengatakan, fenomena Padepokan Dimas Kanjeng membuktikan lemahnya pemahaman masyarakat mengenai pentingnya zakat.
Persoalan ini, kata dia, menjadi pekerjaan rumah bagi lembaga amil zakat (LAZ) dalam mengedukasi masyarakat.
" Ini menjadi pekerjaan rumah semua. Ke depannya kami akan usahakan lebih giat mengedukasi masyarakat," ucap Nasir, di gedung Baznas, Jakarta, Kamis, 6 Oktober 2016.
Menurut pemahaman Nasir, orang-orang yang berzakat kemungkinan besar tidak akan tergelincir pada perbuatan sesat semacam itu. Sebab, zakat pada dasarnya akan membuat orang lebih produktif.
" Tidak mungkin hasilnya bagus dan barokah tanpa kerja keras. Dalam agama tak dikenal yang instan," kata dia.
Keutamaan zakat, kata dia, lebih dari sekedar meningkatkan produktivitas semata. Zakat juga 'melindungi' untuk berbuat zalim.
" Istilahnya, zakat kan melindungi dan memperbaiki. Allah akan melindungi orang yang berzakat agar hartanya tidak sia-sia," ucap dia. (Ism)
Advertisement
5 Komunitas Olahraga di Decathlon Summarecon Bekasi, Yuk Gabung!
Fakta Unik di Ethiopia yang Kini Masih 2018 Meski Dunia Sudah Tahun 2025
Belajar Sejarah Nggak Lagi Boring Bareng Komunitas Jelajah
4 Cara Ampuh Hilangkan Lemak di Perut, Cobain Yuk!
Jadi Pahlawan Lingkungan Bersama Trash Hero Indonesia