Pemodal Masih Tegang, Indeks Syariah Kembali Terguncang

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Rabu, 19 Juli 2017 16:51
Pemodal Masih Tegang, Indeks Syariah Kembali Terguncang
Kenaikan harga batu bara tak membuat investor melantai di bursa saham.

Dream - Ketegangan pelaku pasar belum mereda di pasar modal Indonesia. Menantikan laporan kinerja para emiten, investor memilih aksi beli meski harga saham batu bara justru tengah menggeliat. 

Aksi tahan diri investor itu membuat sejumlah indeks saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali mendekam di zona merah. Tak terkecuali Indeks Saham Syariah Indonesia dan Jakarta Islamic Index (JII) yang bergerak naik turun sebelumnya akhirnya ditutup melemah. 

Menutup perdagangan harian BEI, Rabu, 19 Juli 2017, indeks ISSI kembali terkoreksi 0,566 poin (0,31%) ke level 183,847. Awalnya, indeks ini menguat di level 184,466 ketika membua perdagangan dan sempat bertengger di level tertinggi di level 184,470.

Namun tekanan jual akibat ketegangan pelaku pasar dan aksi jual pemodal asing kembali menyeret ISSI zona merah setelah sempat menyentuh level terendah di 183,424.

Indeks keping biru syariah, Jakarta Islamic Index (JII) pun `sebelas dua belas` dengan laju ISSI. Indeks berisi 30 emiten unggulan syariah ini dibuka menguat di level 747,729 dan menyentuh posisi tertinggi di 747,743.

Namun, indeks JII bergerak naik turun selama sesi perdagangan sebelum akhirnya terkoreksi 3,126 poin (0,42%) ke level 744,365 di sesi penutupan.

Nilai transaksi perdagangan saham syariah memang cukup menggeliat pertengahan pekan ini. Dimotori sentimen harga batu bara yang menguat, nilai transaksi saham syariah di BEI mencapai Rp 4, 2 triliun. 

Dengan 39,13 juta saham syariah yang berpindahtangan, sebanyak 100 emiten menutup perdaganga di zona merah. Sementara menguatnya harga saham syariah dari 98 emiten tak cukup kuat menahan laju pelemahan. 

Harga batu bara yang sedang menanjak membuat investor berburu saham pertambangan yang akhirnya mengerek indeks sektor ini menguat 1,77 persen. Begitu pula dengan indeks sektor perdagangan yang 0,53 persen. 

Indeks sektoral yang terkoreksi paling dalam adalah industri aneka sebesar 1,9 persen, manufaktur 0,63 persen, dan pertanian 0,60 persen.

Emiten-emiten bluechip syariah top gainer yang dibidik investor adalah UNTR yang harga sahamnya naik Rp575, LPPF Rp400, PTBA Rp325, INCO Rp80, dan ADRO Rp70.

Sebaliknya, yang menjadi top loser adalah ASII yang harga sahamnya turun Rp200, UNVR Rp150, ICBP Rp125, SMGR Rp125, dan INDF Rp100.

Dari pasar uang, nilai tukar rupiah loyo terhadap dolar AS. Kursnya turun 12 poin (0,09%) ke level Rp13.321 per dolar AS.(Sah)

Beri Komentar