Hati-hati, Malaysia Mau Rebut Pasar Syariah Indonesia

Reporter : Syahid Latif
Kamis, 2 Oktober 2014 12:15
Hati-hati, Malaysia Mau Rebut Pasar Syariah Indonesia
Beberapa bank Malaysia mengatakan, Indonesia merupakan batas akhir bagi mereka untuk memperluas bisnis keuangan Islam

Dream - Kala dunia perbankan konvensional Negara Barat terpuruk akibat krisis ekonomi global, keuangan Islam yang dikenal sebagian orang sebagai bisnis alternatif yang lebih etis, justru semakin berkembang di luar negara-negara Muslim.

Pembeda utama keuangan Islam dari jenis lainnya adalah sistem keuangannya menganut hukum syariah dan agama Islam yang melarang bunga. Dengan lebih dari 700 lembaga keuangan Islam di seluruh dunia, sektor ini telah memiliki aset hingga US$1,3 triliun secara global.

Dalam wawancaranya dengan CNN, spesialis keuangan Islam di Allen & Overy, Atif Hanif, mengatakan keuangan Islam merupakan bentuk pembiayaan alternatif bagi segmen tertentu, dalam hal ini Muslim.

Secara etika dan moral, Muslim dibatasi saat berpartisipasi dalam industri perbankan konvensional. Namun tujuan keuangan Islam tetap sama, yakni mencoba menawarkan berbagai pilihan sistem keuangan seperti yang ada di perbankan konvensional.

Dalam hal ini pelayanan jasa dan produk keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan agama Islam. Salah satu prinsip-prinsip tersebut adalah larangan menarik atau membayar bunga.

Meski dulunya hanya berlaku bagi pegiat bisnis di dunia Islam, namun kini sistem keuangan syariah sudah menjadi salah satu industri keuangan global. Apalagi sistem keuangan Islam ini telah tumbuh dan mulai keluar dari pasar-pasar tradisional, seperti Timur Tengah dan Malaysia.

Sistem keuangan Islam telah menular dan mendapat respon yang bagus di pasar baru seperti Afrika Utara, Asia Tengah hingga Eropa Barat.

Pertumbuhan sistem keuangan tergantung dari beberapa faktor. Faktor pertama, menurut Hanif, adalah populasi. Tentu saja semakin besar populasi maka sistem keuangan Islam memiliki potensi untuk tumbuh dengan cepat. Faktor kedua adalah isu-isu politik yang terjadi di pasar tersebut. Ketidakpastian politik seperti di Libya dan Pakistan selama 10-20 tahun terakhir sangat mengganggu pertumbuhan sistem keuangan Islam di wilayah tersebut.

" Jika mereka bisa menyelesaikan konflik, siapa tahu, dua negara itu menjadi ladang subur bagi pertumbuhan keuangan Islam," Hanif menambahkan.

India, yang jelas-jelas bukan negara Islam juga dinilai sebagai pasar yang memiliki pontensi untuk tumbuh secara besar-besaran.

Sementara Malaysia sangat mapan dengan keuangan Islam. Negara ini merupakan pasar yang sangat matang dan boleh dikatakan, mereka adalah pelopor dalam industri ini. Sehingga tidak akan banyak ruang untuk tumbuh di Malaysia.

Kondisi ini berbeda sedikit dengan Indonesia. Menurut Hanif Indonesia masih memiliki banyak ruang yang belum dimanfaatkan di negara ini.

Pemerintah Indonesia terus bergerak ke arah pengembangan keuangan Islam. Indonesia memfasilitasi perbankan Islam dengan menerbitkan berbagai aturan dan undang-undang.

" Bahkan beberapa bank Malaysia mengatakan, Indonesia merupakan batas akhir bagi mereka untuk memperluas bisnis keuangan Islam."

Beri Komentar