IMF Ingin Orang Kaya Tak Boleh Dibiarkan Semakin Kaya

Reporter : Ramdania
Sabtu, 1 Agustus 2015 18:00
IMF Ingin Orang Kaya Tak Boleh Dibiarkan Semakin Kaya
Kesenjangan pendapatan semakin melebar karena terjadinya krisis ekonomi.

Dream - Jurang pemisah antara si kaya dan si miskin dirasakan semakin dalam dan lebar. Terlebih dengan laporan yang menyebutkan sekitar 10 persen dari total pendapatan di negara maju berasal dari orang kaya yang hanya berjumlah satu persen dari populasi global.

Dalam laporan terbarunya, Dana Moneter Internasionl (IMF), menyatakan keprihatinannya terhadap disparitas pendapatan di berbagai belahan dunia, yang disebut telah berada " pada tingkat tertinggi dalam beberapa dekade" .

Hal itu memicu kesenjangan pendapatan yang tumbuh dengan cepat, termasuk di Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA), serta India.

Dalam laporan yang diterbitkan Juni lalu, IMF mendesak pemerintah di berbagai negara untuk fokus mencari solusi demi membantu meningkatkan pendapatan keluarga miskin dan kelas menengah. IMF mengatakan kemakmuran yang merata akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi global.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa jika kekayaan dunia hanya terkonsentrasi untuk kalangan atas, sedangkan pendapatan warga miskin tetap stagnan, maka pertumbuhan dan kelangsungan ekonomi global akan menderita.

" Secara khusus, jika pangsa pendapatan dari 20 persen (orang kaya) meningkat, maka pertumbuhan PDB sebenarnya menurun dalam jangka menengah," tulis laporan tersebut yang dikutip dari Gulf News, Sabtu, 1 Agustus 2015.

Sebaliknya, jika orang-orang berpenghasilan rendah diberi kesempatan untuk menambah pendapatan mereka, ekonomi akan berkembang.

" Peningkatan pangsa pendapatan di bawah 20 persen (orang miskin) telah dikaitkan dengan PDB yang lebih tinggi. Orang miskin dan kelas menengah sangat berpengaruh pada pertumbuhan (ekonomi)," kata laporan itu.

Laporan tersebut telah menyebabkan sejumlah hal yang mungkin akan terjadi seperti di bawah ini, yang tentu akan menghambat investasi jika tren ini terus berlanjut:

1. Krisis keuangan

Ada keterkaitan antara kesenjangan kekayaan dan krisis keuangan. " Bukti-bukti menunjukkan bahwa meningkatnya pendapatan orang kaya dan stagnannya pendapatan kelas miskin dan menengah memiliki efek pada krisis keuangan, dan dengan demikian secara langsung menghambat pertumbuhan ekonomi jangka pendek dan jangka panjang."

" Dalam penelitian secara khusus telah ditemukan bahwa ketimpangan (kekayaan) yang tinggi dalam waktu lama di berbagai negara telah dikaitkan dengan krisis keuangan global yang disebabkan oleh kredit yang terus diperpanjang dan relaksasi dalam standar penjaminan hipotek."

2. Konflik

Jika orang kaya semakin kaya dan orang miskin tidak mengalami perbaikan apapun dalam hidupnya atau pendapatannya, maka " kepercayaan dan kohesi sosial" kemungkinan akan rusak. Hal menimbulkan konflik yang buruk bagi investasi.

" Konflik sangat lazim terjadi dalam pengelolaan sumber daya umum. Misalnya, ketidaksetaraan membuat proses penyelesaian perselisihan menjadi lebih sulit. Lebih luas lagi, ketimpangan memengaruhi konflik ekonomi, karena dapat mengintensifkan keluhan yang dirasakan oleh kelompok tertentu."

3. Ketimpangan menimbulkan lebih banyak kemiskinan

Apa yang terjadi jika orang miskin terus menderita dengan pendapatan yang stagnan? Mereka tidak akan dapat mengirim anak-anak mereka ke sekolah yang baik atau mendapatkan masa depan yang lebih baik dalam finansial. Ketika anak-anak ini menjadi dewasa dan memiliki keturunan, siklus tersebut akan terus terulang. Memang hal ini tidak terjadi pada semua orang, tetapi risiko kemiskinan sangat tinggi bagi mereka yang lahir dalam keluarga miskin.

" Ketidaksetaraan pendapatan menghambat pengurangan kemiskinan," kata laporan itu. " Pengurangan kemiskinan berjalan kurang efisien di negara-negara dengan tingkat ketimpangan yang tinggi atau di mana pola distribusi pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati oleh non-miskin."

4. Kebijakan yang menguntungkan kelompok tertentu

Salah satu bahaya sebuah pemerintah membiarkan warga kaya mendapatkan kekuasaan yang lebih adalah terciptanya kebijakan publik yang buruk. " Misalnya, dapat menyebabkan reaksi terhadap liberalisasi ekonomi dan pengetatan bahan bakar yang berorientasi pada globalisasi dan reformasi pasar," kata laporan itu.

" Pada saat yang sama, daya beli yang kuat hanya dari kalangan elit bisa mengakibatkan terbatasnya barang publik yang bisa meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan sehingga secara proporsional tidak menguntungkan orang miskin."

Beri Komentar