Gaya Kepemimpinan Bos yang Bikin Pegawai Tak Betah

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Jumat, 13 Juli 2018 07:30
Gaya Kepemimpinan Bos yang Bikin Pegawai Tak Betah
Kalau melakukannya, kamu harus siap menghadapi 5 dampak negatifnya.

Dream – Kepercayaan adalah pondasi dasar untuk membangun hubungan yang sukses, baik hubungan profesional maupun personal. Di dunia karier, misalnya, pemberi kerja dan pekerja juga sebaiknya memiliki ikatan yang baik dengan membina kepercayaan.

Pemberi kerja, khususnya, sebaiknya memperhatikan poin penting ini.

“ Ketika pekerja merasa tidak percaya kepada bos, mereka akan merasa tidak aman dan tak ada yang melindunginya, serta karyawan menghabiskan banyak energi untuk bertahan daripada menunjukkan kinerja baik,” kata penulis buku The Future of Leadership: Rise of Automation, Robotics, and Artificial Intelligence, Brigette Hyacinth, dikutip dari LinkedIn, Jumat 13 Juli 2018.

Hyacinth mengatakan satu hal yang bisa merusak hubungan karyawan-perusahaan adalah mikromanajemen. Yang menyedihkan, banyak perusahaan memilih manajer untuk mengatur segalanya.

Mikromanajemen adalah gaya kepemimpinan dimana seorang atasan melakukan kontrol berlebihan terhadap hal-hal kecil yang dilakukan oleh orang lain atau pada situasi tertentu. 

Baca juga: leadership adalah

Dalam jangka pendek, gaya manajemen seperti ini memang bisa memberikan hasil. Tapi di jangka panjang, bos mikromanajemen bisa meninggalkan jejak kehancuran.

Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh pendiri Apple Inc, Steve Jobs. “ Tak masuk akal untuk mempekerjakan orang pintar dan kemudian memberi tahu mereka apa yang harus dilakukan. Kami mempekerjakan orang pintar sehingga mereka bisa memberi tahu kami apa yang diperhatikan,” kata Jobs.

Kalau suatu perusahaan menginginkan karyawannya betah, mereka harus meninggalkan gaya memimpin mikromanajemen. Ada lima dampak buruk yang ditinggalkan dari mikromanajemen.

1 dari 1 halaman

Ini Dia 5 Efek Buruk Mikromanajemen

Ini Dia 5 Efek Buruk Mikromanajemen © Dream

Yang pertama, bos mikromanajemen ini bisa menurunkan produktivitas. Ketika manajer yang senantiasa mengawasi karyawan, ini membuat karyawan tidak produktif karena sering dicekoki. Selain itu, manajer macam ini juga bisa menghabiskan waktu untuk memberikan masukan dan mengubah alur kerja karyawan.

Kedua, mengurangi inovasi. Ya, mikromanajemen bisa membuat karyawan enggan, bahkan, takut untuk berinovasi. Sebab, perusahaannya memberikan hukuman ketika ide-ide itu gagal.

Ketiga, menurunkan moral. Pegawai ingin merasakan otonomi. Ketika mereka tidak bisa membuat keputusan sama sekali tanpa masukan dari manajer, mereka akan merasa tertekan. Mereka juga akan merasa tidak bisa melakukan apa pun dengan benar dan berusaha lebih keras. Pada akhirnya, karyawan akan berhenti mencoba.

Keempat, pergantian staf lebih sering. Sebagian besar orang tidak merasa baik jika dipimpin secara mikro. Ketika karyawan berbakat dikelola secara acak, dia akan melakukan satu hal: berhenti. Tak ada pegawai yang suka bekerja setiap hari dan gerak-geriknya dipantau setiap hari.

Kelima, kehilangan kepercayaan. Mikromanajemen ini akan merusak kepercayaan pegawai pada akhirnya. Staf tidak akan melihat seseorang sebagai pimpinan, tetappi sebagai seorang penindas yang membuat pengalaman kerja menjadi sengsara.

(Sah) 

Beri Komentar