Kandungan Surat Al Qalam, Asbabun Nuzul Dan Kisah-Kisah Didalamnya

Reporter : Ulyaeni Maulida
Rabu, 10 Februari 2021 10:05
Kandungan Surat Al Qalam, Asbabun Nuzul Dan Kisah-Kisah Didalamnya
Surat Al Qalam artinya pena.

Dream – Surat Al Qalam terdiri dari 52 ayat. Surat Al Qalam termasuk dalam golongan surat Makiyyah yang diturunkan sesudah surat Al Alaq.

BACA JUGA: Kitab suci umat islam serta makna dalam surah-surahnya

Nama Al Qalam diambil dari kata Al Qalam yang terdapat pada ayat pertama surat ini yang artinya pena. Surat ini dinamai pula dengan surat Nun (huruf nun)

Surat Al Qalam berisi bantahan dari orang-orang musyrikin terhadap Nabi Muhammad SAW dan memperingatkan agar jangan mengikuti kemauan mereka. Mereka inilah golongan orang-orang yang mendapat penghinaan pada hari kiamat akibat perbuatan mereka.

1 dari 5 halaman

Kandungan Surat Al Qalam

Ilustrasi Berdoa© Ilustrasi Berdoa (Foto: Shutterstock.com)

 

Berikut ini adalah isi kandungan dari ayat-ayat yang terdapat surat Al Qalam:

  • Nabi Muhammad SAW bukanlah orang yang gila melainkan manusia yang berbudi pekerti agung (ayat 1-7)
  • Larangan mentaati orang-orang yang mendustakan kebenaran (ayat 8-16)
  • Nasib yang dialami pemilik-pemilik kebun sebagai contoh orang-orang yang tidak bersyukur terhadap nikmat Allah (ayat 17-33)
  • Allah SWT sekali-kali tidak menyamakan orang-orang yang baik dengan orang-orang yang buruk (ayat 34-51)
  • Al Quran adalah peringatan bagi seluruh umat (ayat 52).

 

2 dari 5 halaman

Asbabun Nuzul Surat Al Qalam

Ilustrasi Berdoa© Foto : Shutterstock

 

Ayat 2

“ Dengan karunia Tuhanmu engkau (Muhammad) bukanlah orang gila.” (QS. Al Qalam: 2)

Sebab Turunnya Ayat

Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Ibnu Jarir yang berkata, “ Mereka (orang-orang kafir Quraisy) mengatakan bahwa Nabi saw. adalah seorang gila. Selanjutnya, mereka juga mengatakan bahwa beliau adalah setan. Sebagai responnya, turunlah ayat ini.”

Ayat 4

“ Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur.” (QS. Al Qalam: 4)

Sebab Turunnya Ayat

Abu Nu’aim dalam kitab ad-Dalaa’il dan Imam al-Wahidi dengan sanadnya sendiri meriwayatkan dari Aisyah yang berkata, “ Tidak ada seorang pun yang lebih baik akhlaknya dari Rasulullah. Tidak seorang pun, baik dari sahabat maupun keluarga beliau yang memanggil (meminta bantuan) melainkan beliau akan mengiyakannya. Itulah sebabnya Allah kemudian menurunkan ayat ini.”

3 dari 5 halaman

Ayat 10-11 dan 13

“ Dan janganlah engkau patuhi setiap orang yang suka bersumpah dan suka menghina, suka mencela, yang kian ke mari menyebarkan fitnah.” (QS. Al Qalam: 10-11)

“ Yang bertabian kasar, selain itu juga terkenal kejahatannya.” (QS. Al Qalam: 13)

Sebab Turunnya Ayat

Tentang sebab turunnya ayat, “ Dan janganlah engkau patuhi setiap orang yang suka bersumpah dan suka menghina,” Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Suddi bahwa ayat ini turun berkenaan dengan al-Akhnas bin Syuraik.

Ibnul Mundzir meriwayatkan riwayat senada dari al-Kalbi.

Ibun Abi Hatim meriwayatkan dari Mujahid yang berkata, “ Ayat ini turun berkenaan dengan al-Aswad bin Abdi Yaghuts.”

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang berkata, “ Ketika turun ayat, ‘Dan janganlah engkau patuhi setiap orang yang suka bersumpah dan suka menghina, suka mencela, yang kian ke mari menyebarkan fitnah,’ kami belium mengetahui siapa yang dimaksud oleh ayat itu hingga selanjutnya turun ayat, ‘Yang bertabian kasar, selain itu juga terkenal kejahatannya.” Barulah setelah itu kami mengetahui bahwa ia adalah seseorang yang memiliki daun telinga seperti daun telinga kambing.”

4 dari 5 halaman

Ayat 17

“ Sungguh, Kami telah menguji mereka (orang musyrik Mekah) sebagaimana Kami telah menguji pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah pasti akan memetik (hasil)nya pada pagi hari.” (QS. Al Qalam: 17)

Sebab Turunnya Ayat

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Juraij bahwa pada saat Perang Badar, Abu Jahal berkata, “ Hancurkan mereka lalu ikat saja mereka dengan tali. Tidak usah kalian bunuh seorang pun dari mereka! Setelah itu, turun ayat, ‘Sungguh, Kami telah menguji mereka (orang musyrik Mekah) sebagaimana Kami telah menguji pemilik-pemilik kebun…,’ yang menggambarkan (kepongahan Abu Jahal), yaitu seakan-akan mereka bisa berbuat sekehendak hatinya terhadap kaum muslimin; persis seperti kepongahan para pemilik kebun yang merasa berkuasa penuh terhadap kebunnya.”

5 dari 5 halaman

Kisah Dalam Surat Al Qalam

 

Ilustrasi Berdoa© Foto : Shutterstock

Al Quran tidak hanya menyerukan untuk terus berbuat kebaikan. Namun, juga berisi kisah-kisah yang dapat menjadi pembelajaran bagi umat Muslim diseluruh dunia.

Salah satunya dalam surat Al Qalam. Sebagian besar isi dalam surat Al Qalam mengisahkan tentang para pemilik kebun yang diuji oleh Allah SWT ketika mereka melarang orang-orang miskin mencicipi hasil kebun mereka dan bersikap kikir atas karunia Allah.

Sebagian ulama mengganggap kisah ini sebagai kisah simbolik, namun sebagian lagi meyakininya sebagai kisah nyata.

Para ulama yang meyakininya sebagai kisah nyata mengatakan di Yaman yang terletak 6 mil dari San’a, ada orang tua yang sholeh. Orang tua ini memiliki banyak anak dan juga harta serta kebun. Orang tua ini selalu menyisihkan hasil kebunnya untuk diberikan kepada fakir miskin dan bahkan membiarkan fakir miskin tersebut memasuki kebun-kebunnya untuk mencicipi hasilnya.

Pemilik-pemilik kebun yang diceritakan dalam surat Al Qalam (ayat 17 – 33) merupakan keturunan dari orang tua tersebut. Dalam surat ini dikisahkan bahwa para pemilik kebun bersumpah untuk memetik habis hasil kebun mereka pada pagi hari, agar tidak diketahui oleh orang-orang miskin, supaya mereka mendapatkan untung yang sangat banyak dan tidak mengeluarkan sedekahnya barang sedikitpun.Dan dengan kesombongannya mereka pun tidak mengucapkan Insya Allah dalam sumpah mereka, sehingga Allah membuat mereka melanggar sumpah mereka.

Dalam ayat 18-19 disebutkan bahwa Allah menimpakan bencana bagi kebun mereka ketika mereka sedang tidur nyenyak. Tidak dijelaskan dalam surat ini seperti apa bencana yang terjadi, namun kata “ Kaashshoriim” pada ayat 20 bisa berarti Allah menjadikan kebun itu hitam seperti malam gelap gulita atau bisa juga berarti punah seperti habis di petik seluruhnya.

Kemudian pada pagi harinya mereka saling panggil memanggil untuk pergi memetik hasil kebun mereka. Lalu dijelaskan dalam ayat berikutnya (21 – 23), mereka pergi dengan saling berbisik-bisikan sehingga percakapan mereka tidak terdengar orang lain.

Namun kemudian, Allah menerangkan bisikan mereka seperti dalam bunyi ayat (24). Yaitu, Pada hari itu mereka melarang ada orang miskin yang masuk ke kebun mereka supaya orang miskin tidak ikut mencicipi hasil jerih payah mereka.

Allah berfirman, “ Dan pergilah mereka di pagi hari dengan tekad kuat,” (ayat 25) yaitu dengan kekuatan, kemarahan dan keinginan menguasai kebun mereka. Dan ketika mereka mendapati kebun mereka telah hitam kelam, mereka pun menyadari kesalahan mereka.

Itulah sebabnya pada ayat 26 mereka mengatakan, “ Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat,” yakni karena mereka meyakini diri mereka benar, padahal salah (Tafsir Ibnu Katsir).

Tapi ada sebagian Ahli tafsir lagi mengartikan bahwa sesat disini maksudnya mereka mengira telah salah jalan dan ini bukanlah kebun mereka. Kemudian orang yang paling baik pikirannya diantara mereka mengatakan bahwa “ Bukankah telah aku katakan kepadamu agar kamu bertasbih, “ yaitu hendaklah mengatakan “ Insya Allah” dan mensyukuri nikmat-Nya (Tafsir Ibnu katsir, ayat 28).

Kemudian mereka menyesal dengan penyesalan yang tidak berguna, sehingga mereka berkata, “ Qoolu subhaana robbinaa, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.” Ayat ini menjelaskan bahwa mereka mensucikan Rabb (Tuhan Yang Mendidik dan Memelihara mereka) ketika sadar akan kesalahan mereka dan mengakui kezaliman mereka.

Pada ayat 30, Mereka juga berharap Allah akan mengampuni dosa mereka dan menggantikan dengan kebun yang lebih baik daripada itu. Kemudian mereka saling menyalahkan dan saling cela mencela. Salah seorang mereka mengatakan, “ Aduhai celakalah kita; sesungguhnya kita ini adalah orang-orang yang melampaui batas” (ayat 31-32)

Pada ayat 33, sebagai penutup kisah ini Allah berfirman, “ kadzaalikal ‘adzab.” maksudnya itulah azab bagi orang-orang yang membangkang perintah Allah dan kufur terhadap nikmat-Nya. “ wala’adzabul aakhiroti akbar”, dan sesungguhnya azab akhirat itu lebih besar untuk orang-orang yang tidak mau bertaubat.

Dalam ayat 17-33 turun sebagai perumpamaan yang dialamatkan kepada kaum kafir Quraisy yang telah diberi rahmat besar oleh Allah Ta’ala, yaitu dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW kepada mereka, namun mereka menyambutnya dengan pendustaan dan perlawanan.

 

(Dilansir dari berbagai sumber)

 

Beri Komentar