Industri Hijab Dalam Negeri 'berdarah-darah' Karena Serbuan Produk Impor. (Foto: Ilustrasi)
Dream – Tak dapat dipungkiri Indonesia menjadi salah satu pasar fesyen Muslim terbesar di dunia. Sayangnya, industri hijab tanah air justru babak belur karena serbuan produk asing.
Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, mengatakan, industri hijab di Indonesia tumbuh 56 persen per tahun selama 2016-2018 dan sempat menjadi primadona.
“ Hijab jadi laku luar biasa di pasar kita. Apa yang terjadi?” kata dia dalam “ Forum Indonesia Bangkit Vol. 2: Bangga Buatan Indonesia: Bangkitkan Ekonomi Nasional melalui Industri Kreatif Lokal” secara virtual, Kamis 15 Juli 2021.
Kala itu, pemerintah belum mengatur e-commerce. Platform perdagangan online ini menggunakan teknologi artificial intelligence (AI) dan menyedot data transaksi di platform e-commerce, seperti model hijab populer di Indonesia, ukuran, hingga harga.
Data ini diekspor ke negara asal platform, dikerjakan di sana, kemudian produknya datang ke Indonesia.
Harga jual hijab produk asing pun jauh lebih murah daripada yang dijual di dalam negeri. Bahkan, harga satu unit jilbab impor lebih murah daripada biaya parkir per jam di Indonesia.
“ Di platform digital asing, jilbab itu harganya Rp1.900. Bang Tigor (Presiden Direktur CIMB Niaga, Tigor M. Siahaan) enggak tahu kalau buat parkir satu jam itu Rp2 ribu,” kata dia.
Lutfi melanjutkan, mereka memang bayar pajak, kurang lebih US$40 ribu (Rp577,36 juta) per tahun. Namun, angka ini jauh lebih kecil daripada yang dikeluarkan oleh industri konveksi di Tanah Air yang senilai US$600 ribu (Rp8,66 miliar) per tahun.
“ Datang ke Indonesia dan menghancurkan industri hijab,” kata dia.
Lutfi melanjutkan, fakta ini diungkap di studi World Economic Forum yang bertajuk “ Cheap Import Destroy Indonesia’s Industries.”
Agar industri Indonesia tidak babak belur dihantam produk impor, pemerintah, lanjut Lutfi, menertibkan predatory pricing di platform e-commerce.
“ Kami berharap tidak ada predatory pricing dalam transaksi online di Indonesia,” kata dia.
“ Kami ingin ada keadilan di perdagangan online dan offline,” tutup Lutfi.
Advertisement
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
Doodle Art Indonesia, Tempat Ngumpul para Seniman Doodle
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Momen Prabowo Saksikan Penyerahan Uang Pengganti Kerugian Negara Rp13,25 Triliun dari Korupsi CPO
9 Kalimat Pengganti “Tidak Apa-Apa” yang Lebih Hangat dan Empatik Saat Menenangkan Orang Lain
PT Taisho Luncurkan Counterpain Medicated Plaster, Inovasi Baru untuk Atasi Nyeri Otot dan Sendi
BCA dan Entitas Raih Laba Bersih Rp43,4 Triliun hingga Kuartal III 2025
Mentereng! Penampakan Jam Tangan Suami Nikita Willy Senilai Rp9 Miliar