Berstandar Hotel, Penginapan Maarif NU Center Bisa Dipakai Tim Medis Covid-19

Reporter : Ahmad Baiquni
Jumat, 24 April 2020 09:48
Berstandar Hotel, Penginapan Maarif NU Center Bisa Dipakai Tim Medis Covid-19
MNU Center merupakan gedung baru.

Dream - Lembaga Pendidikan Ma'arif Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, menyiapkan penginapan berstandar hotel, Ma'arif NU (MNU) Center untuk tim medis yang menangani pasien Covid-19. Langkah ini menjadi bagian dari program LP Ma'arif untuk membantu pemerintah menangani dampak pandemi Covid-19.

" Jika diperlukan pemerintah, kami menyediakan MNU Center untuk penginapan para perawat corona," ujar Ketua Maarif NU, KH Arifin Junaidi.

MNU Center© istimewa

MNU Center merupakan penginapan berlokasi di Jalam Muwardi Grogol, Jakarta Barat. Bangunan ini memiliki kapasitas sebanyak 80 orang, dilengkapi fasilitas nyaman setara hotel budget.

" Setiap kamar ada kamar mandi, televisi dan fasilitas lain. Silakan dipakai jika dibutuhkan, silakan diatur oleh Satgas Covid-19 atau yang berkaitan," kata Kiai Arifin.

MNU Center© istimewa

Selanjutnya, Kiai Arifin mengatakan MNU Center belum pernah digunakan karena baru selesai dibangun. Gedung tersebut baru diresmikan oleh Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siraj, pada 11 Maret 2020 lalu.

" Gedungnya masih baru dan sangat layak buat para perawat Covid-19, jadi kalau pemerintah DKI Jakarta membutuhkan silakan bisa menghubungi kami kapanpun," kata dia.

Tak hanya itu, Ma'arif NU juga menyiapkan gedung sekolah yang representatif untuk tempat tinggal sementara perawat Covid-19 di daerah. Ada sekitar 21 ribu sekolah dan madrasah yang berada di bawah naungan Maarif NU.

MNU Center© istimewa

Kiai Arifin mengaku sangat prihatin terhadap pengusiran para tenaga medis di daerah. Dia meminta pemda setempat menghubungi jika memerlukan akomodasi untuk perawat atau tenaga medis.

" Di daerah kalau diperlukan juga kami menyediakan akomodasi untuk para perawat, karena justru yang terjadi pengusiran terhadap perawat justru di daerah-daerah. Gedung sekolah dan madrasah Maarif yang representatif banyak sekali kalau diperlukan oleh pemerintah daerah kami sediakan untuk itu,” terang.

Selain itu, Ma’arif PBNU bersama Ma’arif NU PWNU di seluruh daerah akan melakukan penggalangan dana untuk para guru honorer. Menurut dia, guru honorer harus diperhatikan karena mereka juga ikut terdampak Covid-19

MNU Center© istimewa

" Para guru honorer Ma’arif NU juga harus diperhatikan karena mereka juga terkena dampak Covid-19. Ma’arif PBNU bersama dengan Ma’arif di daerah akan melakukan penggalangan dana untuk guru honorer maarif,” pungkasnya.

Ketua Umum PBNU, Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA, mengapresiasi langkah LP Ma'arif NU PBNU. Dia meminta kepada seluruh lembaga dan badan otonom di lingkungan untuk melakukan afirmasi mengatasi pandemi Covid-19.

1 dari 4 halaman

Pandemi Covid-19, PBNU Minta Umat Muslim Salat Tarawih dan Idul Fitri di Rumah

Dream - Sampai saat ini kasus pandemi Covid-19 belum menunjukkan angka penurunan. Setiap hari di Indonesia, jumlah korban jiwa malah terus bertambah. Kondisi ini tentunysa sangat memprihatinkan.

Salah satu dampaknya adalah umat muslim tak bisa ke masjid untuk berjamaah karena bisa meningkatkan risiko penularan Covid-19 secara lebih masif. Padahal, tidak lama lagi bulan suci Ramadan datang.

Terkait hal ini pihak Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengimbau pengurus NU, warga NU, dan masyarakat secara umum untuk tetap menyelenggarakan salat tarawih dan salat idhul fitri di rumah masing-masing.

Imbauan ini disampaikan dalam Surat Instrukti PBNU Nomor 3945/C.I.34/03/2020 tentang Protokol NU Peduli Covid-19 dan Surat Instrukti Nomor 3952/C.I.34/03/2020 pada 3 Maret 2020 atau 9 Sya’ban 1441 H.

“ Imbauan pelaksanaan ibadah Ramadhan di rumah ini disesuaikan dengan protokol pencegahan penyebaran Covid-19 yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah masing-masing sebagai ikhtiar NU untuk menahan laju dan memutus mata rantai sebaran Covid-19,” kata Ketua PBNU H Robikin Emhas, dikutip dari NU Online.

2 dari 4 halaman

Tetap Mempererat Silahturahmi

PBNU juga meminta masyarakat untuk melaksanakan ibadah wajib dan meningkatkan ibadah melalui ibadah sunnah, yaitu sedekah, tadarus Al-Qur’an, wirid, mujahadah, itikaf, mendoakan orang-orang terdahulu, dan jenis ibadah lainnya dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah terutama pada bulan Ramadan selama darurat Covid-19.

Tak lupa, masyarakat muslim diingatkan untuk terus memperkuat tali silaturrahim, menjaga hubungan sosial antar sesama dalam momentum Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah, dan bahu-membahu membangun solidaritas untuk melakukan pencegahan Covid-19.

Semua dilakukan dengan tetap berpegang pada kebijakan pembatasan sosial (social distancing) dan jarak fisik (physical distancing). Mengutip Kitab Al-Minhajul Qawim karya Ibnu Hajar Al-Haitami, LBM PBNU menyebutkan uzur yang dapat menggugurkan kewajiban mengikuti shalat Jumat dan kesunnahan menghadiri salat jamaah termasuk salat tarawih dan salat idhul fitri, yaitu hujan yang dapat membasahi pakaian, salju, cuaca dingin baik siang maupun malam, sakit (berat) yang membuatnya sulit untuk mengikuti salat Jumat dan salat jamaah, dan kekhawatiran atas gangguan keselamatan jiwanya, kehormatan dirinya, atau harta bendanya.

Selengkapnya baca di NU Online

3 dari 4 halaman

Tak Sholat Jumat 3 Kali Saat Wabah Corona Jadi Kafir? Ini Penjelasan Ulama

Dream - Sholat Jumat termasuk salah satu ibadah inti dalam Islam. Ibadah ini berlaku wajib bagi pria muslim, tetapi sunah bagi muslimah. Bisa dibilang, Sholat Jumat mengandung konsekuensi sangat besar untuk orang yang sengaja melalaikannya.

Lazim kita mendengar seorang Muslim yang dengan sengaja meninggalkan Sholat Jumat sebanyak tiga kali tanpa alasan yang dibenarkan, dia bisa dikategorikan sebagai seorang kafir.

Sejak wabah corona melanda di bulan Maret yang lalu, banyak masjid tidak menyelenggarakan Sholat Jumat atas imbaun pemerintah dan ulama di seluruh dunia. Ini dimaksudkan untuk mencegah potensi jemaah tertular wabah virus corona.

© Dream

Di Indonesia sendiri, sejumlah masjid diketahui tidak menyelenggarakan ibadah Sholat Jumat minimal dua kali. Jemaah diimbau sholat di rumah dan menggantinya dengan Sholat Zuhur.

Tetapi, masih banyak orang yang ragu dan khawatir menjadi kafir jika meninggalkan Sholat Jumat di tengah virus corona. Apakah benar hukum status kafir berlaku bagi mereka yang meninggalkan Sholat Jumat tiga kali di tengah wabah virus corona seperti sekarang?

 

4 dari 4 halaman

Ini Penjelasannya

Ada baiknya menyimak penjelasan seorang dai, Ustaz Khalid Basalamah. Dia membuat video penjelasan mengenai masalah ini dan diunggah kembali oleh akun Instagram @makassar_iinfo.

Dalam video tersebut. Ustaz Khalid mengatakan ancaman kafir ditetapkan oleh Rasulullah Muhammad SAW kepada mereka yang tahawun atau bermalas-malasan. Yaitu mereka yang meninggalkan Sholat Jumat tanpa uzur dan hanya karena malas.

" Tapi ini ada uzur, ini lain, insya Allah tidak ada hitungannya," kata Ustaz Khalid.

Sampai lebih dari tiga kali meninggalkan Sholat Jumat karena menghindari virus corona, Ustaz Khalid menilainya tidak ada masalah. Sebab, cara tersebut merupakan bagian dari menerapkan perintah Rasulullah untuk mengindari bahaya.

" Jadi kita tidak boleh menyusahkan orang. Anda kalau masuk ke masjid sementara Anda tidak sadar menyebarkan corona kepada mereka atau Anda tertimpa (terkena virus corona), kan jadi masalah," kata Ustaz Khalid.

Lebih lanjut, Ustaz Khalid meminta umat Islam tidak perlu khawatir.

Beri Komentar
Jangan Lewatkan
More