Dream - Para CEO di Gulf Cooperation Council (GCC) harus memberikan kesempatan lebih banyak bagi perempuan untuk menduduki posisi senior di tempat kerjanya, menurut laporan bertajuk Women’s Careers in the GCC: The CEO Agenda.
Laporan tersebut dipublikasikan oleh Pearl Initiative, sebuah organisasi nirlaba yang didirikan pada tahun 2010 untuk memengaruhi dan meningkatkan akuntabilitas dan transparansi perusahaan di wilayah Teluk yang dikutip dari Gulf News, Sabtu, 18 April 2015.
Studi ini menemukan bahwa bertolak belakang dengan inisiatif untuk meningkatkan peran wanita di wilayah Teluk, masih sedikit wanita yang menjabat posisi senior atau dewan direksi di perusahaan-perusahaan di wilayah tersebut. Jumlahnya bahkan lebih sedikit daripada di negara berkembang.
Alasannya bermacam-macam, mulai dari meninggalkan karir sebelum mencapai tingkat senior, kurangnya dukungan keluarga hingga hanya karena mereka memilih menjadi seorang ibu daripada berkarier.
Laporan itu mengatakan bahwa di Uni Emirat Arab, 72 persen wanita bercita-cita menjadi pribadi biasa, 64 persen mencari kehormatan dan pengakuan, 61 persen menginginkan kemerdekaan, 35 persen mencari imbalan keuangan, dan 13 persen hanya mencari 'kekuasaan'.
Ketika menyinggung masalah bisnis keluarga situasinya sedikit berbeda, karena laporan itu menunjukkan bahwa 32 persen dari perusahaan-perusahaan keluarga di GCC memiliki setidaknya satu anggota keluarga perempuan di dewan direksi mereka.
Banyak wanita di negara-negara GCC melihat bahwa tidak layak bagi perempuan mencapai keseimbangan hidup dengan bekerja atau menggabungkan karir dengan keluarga, menurut laporan tersebut.
Bagi wanita karir hubungan profesional jauh lebih penting daripada yang pribadi. Sekitar 45 persen perempuan GCC percaya bahwa perempuan dapat menggabungkan pekerjaan dan tanggung jawab keluarga, dan 29 persen lainnya menganggap ketidakmampuan untuk membuat menjaga keseimbangan kerja dengan hidup adalah alasan untuk menolak promosi lebih tinggi.
“ Hal-hal tersebut sering menjadi alasan utama seorang wanita meninggalkan dunia kerja dan masyarakat yang lebih tradisional dari Timur Tengah membuat ini sangat menantang,” kata laporan itu.
Agar lebih banyak lagi perempuan dalam posisi senior, laporan itu merekomendasikan bahwa CEO harus meningkatkan keseimbangan kerja dengan hidup.
" Hal ini dapat dilakukan melalui pilihan kerja yang fleksibel. Namun, ini tidak berarti tidak mengurangi jam bekerja. Tapi CEO bisa melihat prestasi dan produktivitas mereka yang lebih baik dari jumlah jam yang mereka habiskan di kantor," kata Imelda Dunlop, Direktur Eksekutif Peal Initiative.
Laporan itu didasarkan pada penelitian, analisis dan pengumpulan data selama sepuluh bulan terhadap lebih dari 600 wanita senior di wilayah GCC.
Advertisement
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Fakta-Fakta di Balik Meninggalnya Nandi Juliawan, Pemeran Encuy Preman Pensiun
Kisah-Kisah Ajaib Pestapora 2025: Dari Hujan Dadakan hingga Vokalis yang Nyaris Hilang di Kerumunan!