Harga Minyak Dunia Pertama Kalinya Tersungkur ke Angka Minus, Apa Pemicunya?

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Selasa, 21 April 2020 12:36
Harga Minyak Dunia Pertama Kalinya Tersungkur ke Angka Minus, Apa Pemicunya?
Bukannya untung, para produsen malah harus membayar pedagang untuk membeli minyak dari tangan mereka.

Dream – Harga minyak dunia mencatat rekor pelemahan sekaligus kegemparan baru bagi perekonomian dunia. Harga komoditas `emas hitam` di pasar berjangka Amerika Serikat dilaporkan anjlok lebih dari 100 persen,

Malah, harga minyak dunia untuk pertama kalinya diperdagangkan kisaran minus. Hal ini menunjukkan turunnya permintaan minyak dunia akibat pandemi corona.

Dikutip dari Liputan6.com, Selasa 21 April 2020, para pedagang mengingatkan bahwa runtuhnya harga minyak ke level negatif ini tidak mencerminkan kenyataan sebenarnya di pasar minyak. Harga kontrak berjangka minyak mentan dunia turun hingga negatif untuk pengiriman Mei yang kontraknya akan berakhir pada perdagangan Selasa.

Sedangkan untuk kontrak bulan berikutnya masih diperdagangkan di atas US$20 per barel.

Berdasarkan CNBC, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei turun lebih dari 100 persen menjadi menetap di negatif US$37,63 per barel, yang berarti produsen akan membayar pedagang untuk mengambil minyak dari tangan mereka.

1 dari 5 halaman

Harga Negatif Belum Pernah Terjadi

Harga negatif ini belum pernah terjadi sebelumnya untuk kontrak berjangka. Kontrak berjangka minyak WTI untuk pengiriman Juni, yang berakhir pada 19 Mei, turun sekitar 18 persen menjadi US$20,43 per barel. Kontrak ini, yang lebih aktif diperdagangkan, merupakan cerminan yang lebih baik dari kenyataan di pasar minyak. Untuk kontrak Juli turun 11 persen ke level US$26,18 per barel.

Sedangkan patokan internasional, minyak mentah Brent, yang telah bergulir ke kontrak Juni, harganya turun 8,9 persen ke level US$25,57 per barel.

Harga minyak untuk kontak Mei jatuh dalam karena pengiriman banyak dibekukan akibat lockdown sebagai dampak dari pengendalian virus Corona.

Satu-satunya pembeli minyak berjangka untuk kontrak itu adalah entitas yang ingin secara fisik menerima pengiriman minyak seperti kilang atau maskapai penerbangan. Akan tetapi, permintaan telah turun dan tangki penyimpanan diisi, sehingga mereka tidak membutuhkannya.

2 dari 5 halaman

Pasokan Masih Banyak

Analis RBC Capital, Helima Croft, menjelaskan, masih banyak pasokan minyak mentah saat ini sedangkan kilang-kilang juga tidak membutuhkan tambahan.

" Saat ini kami belum bisa memprediksikan harga minyak dalam waktu dekat,” kata Croft.

Pandemi virus Corona telah memberikan pukulan hebat bagi aktivitas ekonomi di seluruh dunia dan melemahkan permintaan akan minyak. Sementara itu, OPEC dan sekutu telah menyelesaikan perjanjian bersejarah awal bulan ini untuk memangkas produksi sebesar 9,7 juta barel per hari mulai 1 Mei.

Banyak yang berpendapat bahwa pemotongan produksi tersebut masih tidak akan cukup untuk mengimbangi jatuhnya permintaan.

 

 

Badan Energi Internasional memperingatkan dalam laporannya bahwa permintaan pada April bisa 29 juta barel per hari lebih rendah dari tahun lalu, mencapai tingkat yang terakhir terlihat pada 1995.

" Masalah sebenarnya dari ketidakseimbangan pasokan-permintaan global telah mulai benar-benar terwujud dalam harga," kata analis Rystad Energy Bjornar Tonhaugen kepada CNBC.

" Karena produksi terus berjalan dan kilang mulai terisi penuh dari hari ke hari." kata dia.

3 dari 5 halaman

Sinyal Keras Krisis Bagi Produsen Minyak?

Salah satu alasan harga minyak menjadi minus ini karena kapasitas penyimpanan atau kilang telah penuh. Ketika kontrak berjangka berakhir, tidak ada yang mau menerima pengiriman produk fisik.

Namun memang hal tersebut bukan penjelasan yang memuaskan karena harga bisa bergerak di zona negatif. Hal ini sebenarnya lebih dipengaruhi oleh spekulasi.

" Dunia tidak pernah berhenti seperti yang terjadi pada beberapa minggu terakhir ini," kata analis komoditas Bank of America Francisco Blanch.

Menurutnya, sebanyak 60 persen permintaan minyak berasal dari transportasi. Penjualan bensin turun lebih dari 50 persen dan industri penerbangan seluruh dunia turun hingga 90 persen. Keruntuhan konsumsi didorong oleh berhentinya mobilitas.

" Produsen sekarang mendapat sinyal yang paling keras dan harus bereaksi terhadap krisis," kata Blanch.

Hanya beberapa bulan yang lalu, industri minyak Amerika berada di puncak dunia. Harga minyak naik ke sekitar US$60 per barel pada awal tahun. Amerika pun memompa lebih banyak minyak daripada negara lain, melampaui Rusia dan Arab Saudi.

4 dari 5 halaman

Pandemi Corona Pukul Permintaan Dunia

Tetapi wabah Corona di China menghasilkan penurunan tajam dalam permintaan. Industri minyak tidak berhenti memompa, dan dunia menjadi kelebihan pasokan minyak.

Lebih buruk lagi, Arab Saudi dan Rusia gagal membuat kesepakatan baru pada pengurangan produksi minyak, dan sebagai akibatnya Arab Saudi meningkatkan produksinya pada bulan Maret.

Meskipun kemudian OPEC menyetujui pemotongan produksi sebesar 9,7 juta barel, itu tidak cukup untuk menutupi kelebihan pasokan dunia.

 

5 dari 5 halaman

Harga BBM Pertamina Akan Turun?

Menyikapi kondisi tersebut, PT Pertamina (Persero) mengungkapkan sejumlah alasan mengapa harga jual BBM kini masih tetap tinggi meski dari sisi permintaan pasar mulai surut.

" Seperti yang pernah saya sampaikan, BBM yang kita nikmati saat ini adalah pembelian crude (palm oil) sesuai harga minyak 2 bulanan yang lalu. Kemudian kita proses di kilang Pertamina, distribusi, dan sebagainya," kata Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman kepada Liputan6.com.

Fajriyah mengatakan, Pertamina terus memantau pergerakan harga minyak dunia untuk kemudian disesuaikan dengan harga jual BBM di Tanah Air.

" Saat ini Pertamina terus melakukan monitoring harga minyak dunia dan kajian untuk penyesuaian juga tetap dilakukan," kata dia.

 

BUMN migas ini belum bisa menyampaikan potensi perubahan harga BBM akibat menukiknya harga minyak mentah dunia. Pertamina akan mengikuti ketentuan harga yang ditetapkan pemerintah.

" Semua disesuaikan dengan formula harga dari regulator. Saya belum bisa sampaikan sekarang yah. Namun kita akan terus monitor dan lakukan simulasi-simulasi terkait keekonomian, operasional, dan sebagainya," kata Fajriyah.

(Sumber: Liputan6.com/Arthur Gideon, Maulandy Rizky Bayu Kencana)

Beri Komentar