Foto: Setkab.go.id
Dream - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia sempat memastikan kondisi perekonomian Indonesia aman terkendali. BKPM meyakini Indonesia tak akan jatuh ke jurang resesi seperti yang dialami beberapa negara lain.
Keyakinan Bahlil tersebut didasarkan pada realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2022 yang berada di atas angka 5 persen. Ia pun yakin ekonomi Indonesia tetap akan tumbuh di atas 5 persen sepanjang 2022.
" Resesi masih jauh sekali. Untuk 2022 kami optimistis bisa mencapai target pertumbuhan di atas 5 persen," katanya dalam konferensi pers Ekonomi Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat di Kantor BKPM Jakarta, dikutip dari Liputan6.com, Selasa, 11 Oktober 2022.
Bahlil mencontohkan, pencapaian ekonomi Indonesia yang mampu tumbuh sebesar 5,44 di kuartal II 2022 secara year on year (yoy) menjadi sinyal kuat akan prospek cerah di tahun ini.
Kondisi ini berbeda dengan beberapa negara di dunia yang justru mengalami perlambatan ekonomi imbas dari kenaikan harga komoditas energi akibat konflik Rusia dan Ukraina.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelumnya mengungkapkan 28 negara meminta pertolongan kepada Dana Moneter Internasional (IMF) untuk dibantu perekonomiannya. Informasi itu diperolehnya usai menghadiri pertemuan di Washington DC, Amerika Serikat
" Saya pagi dapat informasi dari pertemuan di Washington DC, 28 negara sudah antre di markasnya IMF, menjadi pasien," ujar Jokowi dalam Investor Daily Summit 2022, seperti dilansir dari laman Merdeka.com, Selasa, 10 Oktober 2022.
Dari informasi tersebut, Presiden mengingatkan semua pihak untuk berhati-hati dan waspada agar Indonesia tidak sampai ikut jadi negara yang bangkrut.
" Ini yang kita lagi tetap menjaga optimisme, tetapi yang lebih penting hati-hati dan waspada," tegas Jokowi.
Jokowi menilai, perubahan fundamental dalam ekonomi global saat ini memang sedang terjadi. Dari yang dulunya relatif mudah diprediksi, dihitung, dikalkulasi, menjadi dunia yang penuh ketidakpastian dan volatilitas tinggi.
" Kalau dulu biasanya semua negara ngejarnya pasti di bagaimana (suku) bunga bisa di serendah mungkin, inflasi serendah mungkin, semua sekarang berubah. Ditambah konfrontasi geopolitik, plus perubahan iklim. Bencana alam makin sering terjadi," ungkapnya.
Dengan situasi yang ada saat ini, negara mana pun dapat terlempar sangat cepat keluar jalur dengan mudahnya, apabila tidak hati-hati dan waspada, baik dalam pengelolaan moneter maupun fiskal," kata Jokowi.
Apalagi, setelah adanya perang Rusia dan Ukraina yang membuat situasi ekonomi global kian tidak pasti. Itu dibuktikan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia 2023, yang terjerumus dari perkiraan awal 3 persen menjadi 2,2 persen.
" Ini lah yang sering disampaikan, membayar harga dari sebuah perang, yang harganya sangat mahal sekali. Tetapi, dengan ketidakpastian yang disampaikan, kita harus tetap optimis. Tetapi, hati-hati dan waspada," pinta Jokowi.
Advertisement
Jadi Pahlawan Lingkungan Bersama Trash Hero Indonesia
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
AMSI Ungkap Ancaman Besar Artificial Intelligence Pada Eksistensi Media
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu