Suasana Pintu Masuk Pabrik Perakitan IPhone. (Foto: Business Insider/Dejian Zheng)
Dream – Bayangkan jika kita mulai bekerja jam 20.30 dan menghabiskan dua belas jam berikutnya, termasuk makan dan istirahat, di dalam pabrik perakitan ponsel.
Satu-satunya pekerjaan selama 12 jam tersebut adalah memasukkan sekrup pengencang di bagian belakang ponsel. Dan pekerjaan itu diulang-ulang hingga selesai.
Keesokan harinya, kita tidur di asrama dan pada malam harinya, kita bangun dan mulai dari awal lagi.
Itulah rutinitas yang dialami Dejian Zeng saat menghabiskan enam minggu bekerja di pabrik iPhone dekat Shanghai, China pada musim panas lalu.
Dilansir dari Business Insider, Jumat 28 April 2017, rutinitas tersebut juga dialami oleh ratusan ribu pekerja di China dan negara berkembang lainnya setiap siang dan malam saat mereka merakit gawai yang memberi kekuatan pada ekonomi digital dunia.
Rahasia di balik pabrik pembuat Gawai ternama dunia ini terungkap berkat seorang mahasiswa yag menyamar. Dia menceritakan di balik pembuatan ponsel itu ternyata.....
Tidak seperti buruh lainnya, Zeng bekerja tidak untuk mencari nafkah. Dia adalah mahasiswa pascasarjana di New York University yang menyamar menjadi pabrik iPhone milik raksasa manufaktur, Pegatron, itu.
Selama bekerja di pabrik itu, Zeng digaji 3.100 yuan atau setara Rp5,9 juta yang dibayarkan per bulan. Gaji tersebut termasuk gaji pokok dan uang lembur.
Zeng tinggal bersama tujuh rekannya di sebuah asrama yang mampu menampung 200 orang. Asrama tempat Zeng tinggal berada di luar kampus pabrik. Setiap berangkat, Zeng menunggu bus perusahaan yang akan membutuhkan waktu 10 menit untuk sampai di tempat kerja.
Sesampainya di pabrik, Zeng bersama pekerja lainnya menunggu giliran untuk menggesek kartu pengenal dan menjalani pengenalan wajah untuk masuk ke tempat kerja.
Setelah masuk, Zeng dan rekan-rekannya antre sekali lagi untuk menjalani pemeriksaan menggunakan metal detector. Tapi itu sering dialaminya ketika pabrik memproduksi iPhone 6.
Ketika pabrik mulai memproduksi iPhone 7, keamanan diperketat. Contohnya, ketika akan masuk ruang lantai 4, Zeng harus menggesek kartu pengenal dan menjalani pemeriksaan menggunakan metal detector sekali lagi.
Zeng bekerja mulai dari Senin sampai Sabtu. Satu-satunya hari libur adalah hari Minggu. Menurut Zeng, jumlah pekerja di pabrik iPhone itu kira-kira 70 ribu orang.
Pabrik iPhone di Shanghai itu menurut Zeng sangat besar karena di dalamnya masih ada tujuh pabrik lagi yang semuanya berada dalam satu kampus utama.
Selama bekerja, Zeng mengenakan seragam berupa topi warna biru, atasan warna oranye dan bawahan yang senada dengan topi. Selain seragam, perusahaan juga memberi sandal yang bisa digunakan saat bekerja.
Menurut Zeng, hanya segelintir pekerja yang benar-benar memiliki iPhone. Sementara kebanyakan pekerja lainnya menggunakan ponsel merek China karena harganya yang jauh lebih murah.
Yang membuat Zeng terkejut adalah budaya para manajer produksi yang ‘hobi’ teriak-teriak terhadap para pekerja.
“ Mungkin itu sudah menjadi budaya dan rutinitas mereka di dalam pabrik,” kata dia.
Sayangnya, banyak pekerja yang menganggap bekerja di pabrik iPhone itu bukan karier yang sebenarnya. Mereka bekerja di sana sebatas hanya untuk mencari nafkah. “ Mereka tidak pernah memikirkan karier. Yang ada hanyalah mendapatkan gaji setiap bulannya. Menurut saya, mereka tidak bangga terhadap pekerjaan mereka,” kata Zeng.
Advertisement
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal