The Fed Beri Sinyal Suku Bunga Naik, Bagaimana Nasib Rupiah?

Reporter : Eko Huda S
Kamis, 29 Oktober 2015 16:02
The Fed Beri Sinyal Suku Bunga Naik, Bagaimana Nasib Rupiah?
BI mengimbau publik jika The Federal Reserves suatu saat pasti akan menaikkan suku bunga acuannya.

Dream - Bank Indonesia (BI) masih yakin bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserves, takkan menaikkan suku bunga acuannya pada tahun ini. Sesuai konsensus, kemungkinan The Fed baru akan menaikkan suku bunganya pada Kuartal I atau II-2016.

Namun BI menegaskan, The Fed pada satu saat memang pasti akan menaikkan suku bunganya.

" Pada intinya, lama-lama juga market akan terbiasa," kata Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara usai pembukaan Indonesia Sharia Expo Festival 2015 di Surabaya, Kamis, 29 Oktober 2015.

Dalam pertemuan FOMC semalam, The Fed memutuskan tidak menaikkan suku bunga. Namun, pimpinan The Fed, Janet Yellen, memberikan sinyal jika kenaikan suku bunga acuan akan mulai diberlakukan pada Desember 2015.

Mirza mengakui pertemuan The Fed selama ini memang membuat kurs mata uang negara berkembang, termasuk rupiah melemah. Namun usai pertemuan, kurs mata uang biasanya kembali bergerak menguat.

" Menurut saya, itu hal yang nanti market makin lama akan terbiasa," kata Mirza seraya mengakui pernyataan yang dikeluarkan The Fed dalam pertemuan FOMC, semalam memang cukup agresif.

Hingga saat ini, BI masih tetap berpendirian jika Indonesia masih memiliki ruang untuk pelonggaran kebijakan moneter.

Kebijakan yang dimaksud tak hanya dilihat dari suku bunga, namun instrumen lain yang bisa diambil otoritas berwenang.

Pelonggaran kebijakan tersebut muncul karena laju inflasi Indonesia masih berada di bawah 4 persen. Sementara defisit transaksi berjalan (current account deficit) terkendali di bawah 2,5 persen.

Cadangan Devisa Aman

Pada bagian lain, Mirza juga memastikan kondisi Cadangan Devisa (Cadev) Indonesia masih aman. BI mencatat posisi Cadev mampu menopang aktivitas impor hingga 6,5 bulan dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. " Jadi gak usah khawatir," katanya.

Menurut Mirza, hampir semua Cadev negara berkembang memang tengah berkurang dalam beberapa bulan terakhir.

Bank sentral negara berkembang memang harus mengantisipasi gejolak terkat penguatan suku bunga AS.

Beri Komentar