Ilustrasi Ayah Yang Berbincang Dengan Anak Laki-lakinya Yang Sudah Dewasa. (Foto: Www.usnews.com)
Dream – Mengadopsi anak adalah hal lumrah dilakukan di masyarakat, khususnya di negara maju. Biasanya, alasan yang digunakan adalah tidak ada keturunan atau belum punya keturunan.
Yang sering diadopsi adalah anak-anak, mulai dari bayi hingga anak balita.
Tapi, alasan ini tidak berlaku di Jepang. Di sana, sebagian besar yang diadopsi adalah pria dewasa yang berusia 20 tahun-30 tahun, bukan anak-anak.
Dilansir dari Business Insider, Jumat 13 Januari 2017, dalam buku “ Freakonomics”, ekonom Steven Levitt dan jurnalis Stephen J. Dubner, mengatakan adopsi pria dewasa ini dipengaruhi oleh tradisi bisnis yang telah berjalan beratus-ratus tahun di mana pengusaha mengadopsi pria dewasa.
Alasannya tentu untuk mengamankan bisnis, kekayaan, dan asetnya sang pewaris. Memang, dalam hukum sipil Jepang, kekayaan keluarga akan diwariskan kepada garis keturunan laki-laki dan yang diutamakan adalah lelaki paling tua.
Dengan cara seperti ini, bisnis yang dijalankan terlihat seperti bisnis keluarga.
Bagaimana dengan keluarga yang hanya memiliki anak perempuan?
Keluarga tersebut bisa mengadopsi anak lelaki lewat perjodohan. Mereka mengadopsi anak lelaki dan mengubah marga anak lelaki menjadi nama marga keluarga yang bersangkutan. Atau, mereka juga bisa melakukan perjodohan dan mengubah nama menantu laki-lakinya dengan nama marga keluarga wanita (mukoyoshi).
Dengan begitu, keluarga wanita bisa tetap mengelola aset dan kekayaan si pewaris setelah pewaris meninggal.
Kini, di Jepang, ada perusahaan perjodohan untuk merekrut pria adopsi sukarelawan untuk perusahaan Jepang.
Contoh perusahaan terkenal di Jepang yang merupakan bisnis keluarga karena mukoyoshi adalah Toyota—perusahaan yang dibangun oleh Kiichiro Toyoda pada 1937.
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik