Dirut BNI Syariah Imam T Saptono: Memilih Cinta Akhirat

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Rabu, 14 September 2016 09:14
Dirut BNI Syariah Imam T Saptono: Memilih Cinta Akhirat
Pengalaman berhaji menyadarkannya. Rasa minder dan penyesalan besar menyambut kala memasuki dunia bank syariah. Inilah kisah Dirut BNI Syariah Imam T Saptono

Dream – Direktur Utama BNI Syariah, Imam T. Saptono, menjadi pucuk pimpinan PT BNI Syariah. Sebelum bergabung di anak usaha PT Bank Negara Indonesia Tbk (Persero) ini, Imam bekerja di bank konvensional.

Memasuki dunia baru bank syariah, Imam mengaku sempat minder. Pengetahuannya tentang ekonomi Islam dirasa masih cetek. Menjadi bagian dari sebuah bank yang menjalankan prinsip syariah membuatnya pada dunia yang sama sekali berbeda. 

Namun, rasa minder ini tak membuat langkah Imam di BNI Syariah terhenti. Tekad Imam sudah teguh. Dia ingin membawa bank syariah sebagai Islamic Banking Life Style. Imam pun membuat sejumlah program untuk menggapai visi bank syariah tersebut.

Jurnalis Dream, Arie Dwi Budiawati mewawancarai Imam untuk mengetahui pengalamannya menahkodai BNI Syariah dan arah tujuan BNI Syariah di bawah kepemimpinannya. Berikut kutipan wawancaranya:

Setelah bergabung di bank syariah ini, pengalaman apa saja yang dialami dan apa suka dukanya?

Keputusan bergabung dg BNI Syariah terus terang penuh dengan cerita romantisme didalamnya. Diawali keputusan saya keluar dari Bank Permata di 2007 cukup berat mengingat jabatan GM Corporate Secretary yang saya pegang waktu itu belum genap 2 tahun saya sandang, namun chemistry yang berkembang didalam organisasi saat itu senantiasa tidak pas.

Akhirnya, saya putuskan keluar dan merasakan bekerja secara freelance sebagai konsultan hampir 1 tahun, dalam periode itu saya memiliki banyak waktu untuk membangun network dan memahami lebih dalam bahwa besarnya gaji bukanlah faktor utama dalam memilih pekerjaan.

Tahun 2009 saya diundang oleh BNI sebagai tenaga pro-hire paruh waktu untuk proyek pertumbuhan un-organic, yakni mencari  bank-bank kecil untuk diakuisisi dan dijadikan sebagai pengembangan micro-community banking BNI termasuk didalamnya proyek spin off UUS (Unit Usaha Syariah) BNI untuk dijadikan BUS (Bank Umum Syariah) karena sesuai dengan kompetensi dan passion saya tawaran tersebut saya terima.

Singkat cerita proyek yang terwujud akhirnya pendirian BUS BNI hasil spin off.

Apa pengalaman paling berkesan saat mulai berkecimpung di dunia bank syariah?

Ditengah periode saya berkesempatan berangkat haji bersama istri, dibawah bimbingan Ust. Didin Hafidudin. Selama periode haji itulah, saya tercerahkan tentang hukum riba dan pentingnya membangun sistem ekonomi Islam oleh setiap individu muslim.

Sepulangnya dari haji saya mantap meneruskan karir saya ke BUS BNI dan istri saya keluar dari Citibank.

Pengalaman saya diawal masuk adalah rasa minder dan penyesalan yang amat sangat. Minder karena karena banyak bertemu teman-teman hebat, tidak hanya penguasaan pengetahuan mereka tentang syariah yang mumpuni tetapi juga orientasi hidup mereka yang memilih bersyariah diantara banyak pilihan lainnya karena mencintai kehidupan akhirat.

Seketika saya merasa tidak memiliki kemampuan dan arti apa-apa dan seakan-akan apa yang telah saya perbuat selama ini tidak berarti banyak. Dibalik rasa duka, terselip suatu kebahagian yang begitu besar karena saya menemukan profesi sebagai bankir syariah sebelum waktu saya habis.

Kalau boleh tahu, apa perbedaan yang Bapak rasakan di BNI Syariah?

Sejujurnya, jauh lebih berat bekerja di perusahaan yang menjadikan syariah Islam sebagai landasan operasionalnya. Di perusahaan non syariah, pemenuhan KPI (key performance indicator) manajemen hanya diukur oleh parameter-parameter bisnis, sedangkan di perusahaan yang berprinsip syariah jauh dari parameter bisnis saja tidak cukup, didalamnya termasuk juga KPI yang bermakna Illahiyah, yang tidak tertulis didalam rencana bisnis, namun pasti akan dimintakan pertanggungan jawab kelak karena ia tertulis didalam Alquran atau sunnah Rosul.

Saya menyadari memenuhi tuntutan KPI dimaksud tidaklah mudah dan sungguh amat jauh dari sempurna, namun tetap harus dijalankan meskipun secara bertahap. Boleh jadi KPI bisnis sudah tercapai, tapi tidak akan membawa keberkahan bagi organisasi baik itu karyawan, manajemen, pemegang saham dan stakeholder lainnya apabila KPI Illahiyah tidak dijalankan.

Lalu, apa visi dan misi Bapak terhadap BNI Syariah?

Sebagai sebuah bank saya ingin menjadikan BNISyariah sebagai Islamic Banking Life style yang kemudian saya sebut sebagai Hasanah life style banking yang terkemuka baik dalam skala nasional maupun regional. Yakni bank yang terpilih khususnya bagi umat muslim untuk menjalankan perannya sebagai kalifah Allah di muka bumi, mulai dari lahir hingga wafat.

Oleh karena itu, kami harus mampu menyediakan produk dan jasa perbankan yang lengkap dan unggul mulai dari pembiayaan pendidikan, perumahaan, usaha kecil, menengah, besar, bancassurance dan sebagainya yang dituangkan dalam produk-produk Hasanah

Sebagai entity bisnis yang berprinsip syariah visi tersebut harus dijalankan dalam sebuah misi guna mewujudkan maqoshid (tujuan) diterapkannya syariah itu sendiri yaitu meningkatkan ketaqwaan kepada Allah swt. (addin), mencerdaskan akal/ilmu (al aql), melindungi keselamatan jiwa (an nafs), memastikan keselamatan dan kesejahteraan keturunan atau generasi penerus, serta memupuk kesejahteraan dan kekayaan ummat (al maal).

Apa saja program-program yang Bapak terapkan di BNI Syariah agar bank syariah ini tetap maju? Adakah program-program Islami?

Sejatinya dalam organisasi yang berprinsip syariah Islam seluruh program harus berbasiskan aturan syariah artinya tidak ada program yang bertentangian dengan nilai-nilai Islam. Dalam payung besarnya saat ini saya mencanangkan Dakwah First sebagai payungnya yakni bagaimana BNI Syariah dapat berperan sebagai wasilah (sarana) bagi seluruh stakeholdernya untuk mendekatkan diri kepada Allah, kemudian tema besaran tersebut dituangkan dalam strategi-strategi produk/program seperti:

1. Hasanah A-Six yaitu program dalam rangkaian kegiatan milad BNISy yang ke-6, yaitu rangkaian aktivitas yang berorientasi pada perbuatan nyata seluruh insan BNI Syariah kepada lingkungan/ummat

2. Umroh keluarga hasanah, yaitu program pemanfaatan produk tabungan, kartu haji/umroh BNI Syariah dan pembiayan fleksi umroh dalam sebuah program umroh yang didesain dengan kurikulum khusus untuk melahirkan kesadaran dalam keluarga untuk memiliki visi masuk surga sekeluarga

3. Program Riba Amnesty yaitu suatu gerakan moral yang disebarkan melalui media sosial dengan memanfaatkan kampanye tax amnesty pemerintah yang mengajak umat untuk hijrah ke bank syariah

4. Pengembangan produk tabung waqf dan pembiayaan aset waqf

Bagaimana target bisnis BNI Syariah tahun ini?

Target bisnis BNISyariah untuk tahun 2016 secara umum naik 20-22 persen dibandingkan tahun sebelumnya baik untuk Asset, DPK maupun pembiayaan adapun laba ditargetkan naik sebesar 15 persen.

Adapun segmen pembiayaan yang dikembangkan meliputi segmen KPR, UMKM dan Komersial, dimana pertumbuhan untuk segmen produktif seperti UMKM dan Komersial relatif lebih tinggi dibandingkan KPR untuk mengejar komposisi rasio pembiayaan produktif menjadi 60 persen. Saat ini komposisi masih 45 persen produktif dan 60 persen konsumtif.

Sampai dengan Juni 2016 total aset BNI berjumlah Rp25,7 triliun atau naik 23,12 persen year on year (YoY), dana pihak ketiga (DPK) berjumlah Rp21,8 triliun atau naik 26 persen YoY dan pembiayaan sebesar Rp19 triliun naik 13,4 persen YoY. Laba bersih dalam periode yang sama sebesar Rp145 miliar, naik 12,9 persen YoY disisi lain angka pembiayaan bermasalah dapat dikelola dibawah 3 persen.

Bagaimana melihat peluang bisnis BNISyariah di 2017?

Untuk gambaran 2017 kami memperkirakan kondisi ekonomi nasional masih cukup berat, hal ini tidak dapat lepas dari koreksi pertumbuhan ekonomi global yang terus mengalami penurunan. Laju pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan hanya berkisar 5,1-5,3 persen, demikian pula dengan harga komoditi, nilai tukar dan pertumbuhan ekspor juga relatif stagnan.

Kondisi ini mendorong kami untuk membuat perkiraan pertumbuhan bisnis BNISyariah tumbuh dikisaran 15 persen untuk tahun 2017.

Bagaimana Bapak memandang kondisi bank syariah saat ini dan bagaimana outlook bank syariah tahun depan?

Tidak dapat lepas dari kondisi ekonomi diatas, kondisi perbankan syariah dewasa ini masih dalam tahap konsolidasi paling tidak ini dialami oleh beberapa bank syariah terbesar di Indonesia disebabkan oleh tingginya angka NPF akibat laju pertumbuhan yang terlalu tinggi ditahun-tahun sebelumnya melampaui kapasitas yang dimiliki.

Namun demikian memasuki tahun kedua konsolidasi, beberapa bank telah menunjukan kondisi pemulihan dengan demikian untuk tahun 2017 diduga laju pertumbuhan bank syariah akan lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 dan mencapai 2 digit.

Dilain pihak upaya pemerintah untuk melibatkan perbankan syariah dalam transaksi-transaksi APBN, BUMN dsb diharapkan mampu membuka segmen baru. Industri haji dan umroh mash akan menjadi tumpuan pertumbuhan diikuti oleh belanja pegawai/payroll dan bisnis UKM.

Harapannya, keberpihakan pemerintah melalui Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) yang dipimpin langsun oleh presiden telah rampung dan mulai menjalankan fungsinya dalam mengatasi sejumlah kendala seperti aspek perpajakan, regulasi dan pengawasan.

Ada kabar baik pelonggaran LTV untuk pembiayaan perumahan. Bagaimana BNI Syariah melihat kebijakan ini?

Terkait paket kebijakan (dalam hal ini LTV) atau loan to value yaitu rasio peningkatan nilai fasilitas yang diterima nasabah terhadap nilai objek pembiayaan, atau disisi lain turunnya rasio uang muka (self funded), BNISy menyambut baik kebijakan ini.

Namun demikian dalam kondisi saat ini kemungkinan tidak berpengaruh banyak mengingat turunnya demand lebih bersifat struktural yakni pelemahan ekonomi secara makro bukan sektoral, disisi lain pemberlakuan yang efektif di triwulan 3 tidak akan berdampak banyak volume bisnis tahun berjalan. Namun di 2017 kebijakan tersebut berpotensi menaikan angka pertumbuhan sekitar 2-5 persen dari potensi pertumbuhan KPR semula.

Beri Komentar