Komunitas Baca Bareng Jakarta | Foto: Instagram/@bacabareng.sbc
DREAM.CO.ID – Di tengah kesibukan Jakarta yang nyaris tak memberi ruang tenang, ada sekelompok orang yang memilih untuk diam. Setiap akhir pekan, puluhan warga datang ke taman-taman kota membawa buku, duduk di atas tikar, dan tenggelam dalam bacaan masing-masing.
Tidak ada obrolan atau diskusi, hanya suara lembut halaman buku yang dibalik. Mereka adalah bagian dari komunitas Baca Bareng Jakarta, gerakan membaca senyap yang semakin digemari anak muda.
Komunitas ini didirikan oleh Hestia Istiviani pada tahun 2019. Ia adalah pegiat literasi yang juga pernah menjabat sebagai Duta Baca Jakarta 2023.
Ide ini muncul setelah Hestia membaca tentang Silent Book Club, komunitas asal San Francisco yang memperkenalkan konsep membaca bersama tanpa banyak bicara. “ Membaca sering dianggap sebagai kegiatan pribadi, tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan bersama,” kata Hestia dikutip dari CNA.
© https://www.instagram.com/bacabareng.sbc/
Baca Bareng Jakarta lahir dari keinginan untuk menciptakan ruang aman bagi siapa pun yang ingin membaca di tempat umum tanpa takut dihakimi atas pilihan bacaannya.
“ Aku beranikan diri untuk membentuk BACA BARENG – sebuah klub buku senyap yang ingin menjadi supporting group untuk mereka yang masih malu-malu untuk membaca buku di ruang publik. Untuk mereka yang takut dihakimi hanya karena format atau genre bacaan. Untuk mereka yang mungkin saja sepertiku, senang ditemani jika sedang membaca buku,” tulis Hestia dalam blog pribadinya.
Ide ini berawal saat Hestia pindah dari Surabaya ke Jakarta. Ia merasa sulit menemukan teman yang memiliki minat sama dalam membaca. Pada 2019, ia mengundang pengikut media sosialnya untuk membaca bersama di sebuah kafe. Hanya satu orang yang datang, namun dari pertemuan kecil itulah Baca Bareng lahir sebagai klub buku tanpa banyak bicara.
Konsepnya sederhana. Peserta cukup datang, duduk, memesan minuman, lalu membaca buku masing-masing selama sekitar dua jam. Tidak ada sesi diskusi atau obrolan khusus. Slogan mereka pun singkat dan jelas, yaitu “ datang, baca, bubar.”
Seiring waktu, komunitas ini berkembang pesat. Dari hanya dua peserta di awal, kini setiap pertemuan Baca Bareng Jakarta bisa dihadiri lebih dari seratus orang. Salah satu kegiatan yang digelar di Taman Langsat, Jakarta Selatan, diikuti oleh 102 pembaca dari berbagai daerah seperti Bekasi, Depok, dan Kelapa Gading.
Kegiatan biasanya dimulai pukul 10 pagi. Peserta membawa buku sendiri, mulai dari novel, komik, hingga nonfiksi. Beberapa menggunakan perangkat digital seperti Kindle. Setelah membaca selama satu jam dalam suasana hening, kegiatan diakhiri dengan foto bersama dan obrolan ringan. Hestia juga menyiapkan kartu loyalitas untuk peserta yang rutin hadir. Delapan kali ikut, mereka bisa mendapatkan merchandise khusus komunitas.
Eka, salah satu peserta dari Kalibata, mengatakan membaca di ruang terbuka memberi pengalaman baru. “ Sebagai warga Jakarta, biasanya kami membaca di dalam ruangan. Membaca di taman seperti ini jauh lebih segar,” ujarnya.
© https://www.instagram.com/bacabareng.sbc/
Bagi Hestia, tujuan utama Baca Bareng adalah menjadikan membaca sebagai kegiatan yang menyenangkan. “ Aku ingin mengampanyekan membaca untuk kesenangan,” ujarnya. Ia menyoroti rendahnya kebiasaan membaca di Indonesia, mengacu pada studi global yang menempatkan Indonesia di peringkat 60 dari 61 negara dalam hal literasi.
Melalui Baca Bareng, ia ingin menghadirkan pendekatan baru, yaitu membaca tanpa tekanan, tanpa keharusan menganalisis, hanya untuk menikmati.
Komunitas ini juga bekerja sama dengan berbagai lembaga seperti Goethe-Institut, Kedutaan Besar Irlandia, dan komunitas literasi lokal seperti Kumpul Baca serta Literatour ID.
Salah satu acara paling unik yang pernah diadakan adalah membaca bersama di dalam kereta MRT Jakarta, di mana para penumpang ikut menikmati suasana senyap penuh buku di tengah perjalanan kota.
Tidak ada syarat untuk bergabung dengan Baca Bareng Jakarta. Siapa pun boleh datang dengan membawa bacaannya sendiri tanpa perlu mendaftar atau membayar. “ Aku tidak mau menjadi beban untuk teman-teman yang punya keinginan. Jadi, apabila memang bisa dan sempat hadir, silakan menemuiku di titik kumpul kita,” tulis Hestia di blognya.
Banyak peserta merasa kegiatan ini memberi mereka rasa nyaman. Annisa dari Bekasi, yang membaca Talk Like TED karya Carmine Gallo, mengatakan, “ Kadang aku suka melirik buku yang dibaca orang lain. Dari situ aku bisa menemukan judul-judul baru yang belum pernah aku pikirkan sebelumnya.” Ia menambahkan, “ Dengan Baca Bareng Jakarta, aku merasa akhirnya punya tempat di mana aku bisa menjadi diri sendiri dan menemukan teman-teman baru.”
Dari pertemuan kecil dengan satu orang hingga menjadi ratusan peserta, komunitas ini berhasil menumbuhkan kembali semangat membaca di tengah hiruk pikuk Jakarta, dalam keheningan yang justru mempertemukan banyak orang.
Advertisement
UI Fashion Week 2026 Siap Digelar, Pamerkan Busana Nusantara yang Fashionable

Suka Bengong Ternyata Ada Manfaatnya, Cari Tahu Yuk!

Jakarta Cycling Community, Tempat Kumpul Seru Pecinta Sepeda Ibu Kota

Ada Diskon Hingga 20% Untuk Perjalanan Rombongan Whoosh Selama November

Burung Indonesia, Komunitas yang Setia Lestarikan Burung Liar di Tanah Air



Andai Digelar Pilpres Tahun 2025, 5 Tokoh Ini Bakal Jadi Pesaing Berat Prabowo Subianto

Tugasnya Bertaruh Nyawa Saat Bencana, Basarnas Punya Anggaran yang Bikin Miris Anggota DPR

Dijamin Takjub! Selama 30 Tahun Bandara Ini Tak Pernah Kehilangan Satupun Bagasi Penumpang

Komunitas Polygot Indonesia, Ruang Belajar Banyak Bahasa Asing

UI Fashion Week 2026 Siap Digelar, Pamerkan Busana Nusantara yang Fashionable
