Ilustrasi Masker Bedah. (Foto: Pixabay.com)
Dream - Sejak pandemi Covid-19 merebak, berbagai versi masker untuk melindungi diri terhadap virus corona bermunculan, baik itu yang dibeli atau dibuat sendiri. Tapi seberapa efektif masker-masker ini?
Untuk mengetahuinya, seorang profesor dari Jepang membandingkan tiga jenis masker melalui percobaan sains.
Dalam percobaannya, Dr Tomoaki Okuda membandingkan tiga jenis masker yaitu masker bedah yang dibeli di toko, masker tisu toilet yang dibuat sendiri, dan masker kain yang juga buatan sendiri.
Profesor kimia terapan di Keio University itu mengukur seberapa baik ketiga masker dalam memblokir partikel di udara menggunakan alat bernama Scanning Mobility Particle Sizer (SMPS).
Cara kerja alat ini adalah selang pada SMPS menghisap udara di dalam ruangan dan mengukur konsentrasi partikel per sentimeter kubik.
Dalam eksperimennya, Okuda menyetel SMPS untuk mencari partikel udara seukuran virus, yang diperkirakan berdiameter antara 20 dan 100 nanometer.
Dia melilitkan tiga masker tersebut secara bergantian di sekitar lubang selang SMPS dan mengukur jumlah partikel udara yang bisa melewatinya.
Berikut hasil percobaan Okuda dalam mengukur keefektifan masker-masker dalam membendung semburan partikel udara seukuran virus.
Dengan masker bedah yang dibeli di toko, SMPS menunjukkan ada sekitar 1.800 partikel udara per sentimeter kubik yang lolos. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masker bedah memiliki efisiensi pemblokiran sekitar 70 persen. Ini adalah tingkat pemblokiran yang tinggi untuk partikel seukuran virus.
Dengan menggunakan tiga tisu toilet yang dilipat menjadi dua, Okuda menguji 'masker' tisu toilet enam lapis. SMPS menunjukkan ada sekitar 1.000 partikel udara per sentimeter kubik yang lewat. Dengan efisiensi pemblokiran sekitar 80 persen, masker tisu toilet lebih efektif dalam menghalangi partikel seukuran virus dibandingkan dengan masker bedah.
Masker kain dibuat dari sapu tangan yang dilipat tiga kali memperlihatkan hasil yang sama dengan masker bedah. SMPS mengukur ada sekitar 1.800 partikel udara per sentimeter kubik yang lewat, dengan efisiensi pemblokiran sekitar 70 persen.
Selain itu, Okuda juga melakukan percobaan tanpa masker. Tanpa menutup selang SMPS dengan apa pun, alat mengukur ada sekitar 6.000 partikel udara per sentimeter kubik, yang berukuran antara 10 dan 150 nanometer.
Ini artinya jika kita berada di dekat orang yang terpapar virus, ada potensi banyak partikel virus yang akan kita hirup.
Melihat hasilnya, bisa disimpulkan bahwa mengenakan masker tampaknya bisa menurunkan kemungkinan terinfeksi virus.
Anehnya, masker yang dibuat dari sapu tangan memiliki keefektifan yang sama dengan masker bedah. Tetapi yang mengejutkan adalah masker tisu toilet ternyata lebih efektif dari semuanya.
(Sumber: Asia One)
Advertisement
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas