Jemaah Haji Indonesia Saat Miqat Di Bir Ali, Madinah (Foto: Kemenag.go.id)
Dream - Menjalankan ibadah haji membutuhkan ketahanan fisik yang kuat apalagi bagi jemaah yang tergolong kategori resiko tinggi (Risti). Umumnya para jemaah akan mengikuti seluruh proses ibadah haji selama kurang lebih 40 hari meski ada beberapa keringan untuk kategori jemaah tertentu
Kepala Seksi Kesehatan Haji Daerah Kerja Mekah Muhammad Imran memberikan tips yang bisa dilakukan jemaah risti. Khususnya untuk menjalankan ibadah umrah di saat Sa’i.
Salah satu metode penting yang perlu dilakukan adalah istirahat untuk sejenak berhenti menurunkan denyut nadi.
“ Metodenya istirahat-istirahat. Dari Safa ke Marwa jalan kaki 400 meter. Bagi yang risti, saat jalan dari Safa ke Marwa, sejenak berhenti, istirahat dulu, berdoa 2 menit untuk menurunkan denyut nadi,” kata Imran di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekah, pada Kamis, 16 Juni 2022.
Imran mengatakan pentingnya memberikan kesempatan jantung istirahat, agar tenaga para jemaah risti tidak terkuras. Menurutnya hal ini lebih aman, meskipun waktu yang dibutuhkan lebih lama.
“ Yang penting memberikan kesempatan jantung istirahat supaya tidak terlalu terforsir. Kemudian jalan lagi setiap putaran harus istirahat. Mungkin selesainya lebih lama, tapi lebih aman,” sambungnya.
Jemaah risti juag seharusnya didampingi agar tidak tertinggal dengan kelompok jemaahnya.
“ Bisa didampingi ketua regunya atau dibarengkan dengan jemaah lain,” ujar Imran.
Imran menyarankan, jemaah yang punya riwayat penyakit jantung dan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) disarankan memakai kursi roda, karena rawan terhadap serangan jantung.
“ Biasanya karena merokok lama, jadi belum sampai ke Marwa sudah sesak nafas,” lanjutnya.
Kusuma Yudha, Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) yang mendampingi jemaah Kloter SUB-02 menjelaskan, ia bersama seorang tenaga medis kloter terus memantau jemaah risti dalam kloternya.
“ Jemaah risiko tinggi harus diawasi khusus karena mempunyai penyakit bawaan yang sudah diderita dari Indonesia. Jadi kita memantau supaya tidak ada kejadian-kejadian yang tidak kita inginkan,” jelasnya.
Sumber: Kemenag.go.id
Dream - Pelaksanaan wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijjah 1443, diperkirakan bertepatan pada hari Jumat, 8 Juli 2022. Jika perkiraan itu tepat, kemungkinan haji tahun ini berpotensi menjadi haji akbar.
Konsultan Pembimbing Ibadah Daerah Kerja (Daker) Makkah, Aswadi mengatakan, haji akbar bisa meningkatkan semangat beribadah bagi seluruh jemaah haji di seluruh dunia, khususnya jemaah haji Indonesia.
" Karena nabi dulu itu haji wada dan haji akbar hanya sekali," kata Aswadi.
Dia menambahkan, pelaksanaan puncak haji yang jatuh pada hari Jumat memiliki keistimewaan. Sebab hari Jumat merupakan sayyidul ayyam atau rajanya hari.
" Menjadi istimewa karena hari Jumat itu, tumpukannya sayyidul ayyam maka ini adalah puncak kemulian. Karena pemimpin satu minggu itu kan Jumat. Jadi kalau haji pas Jumat itu berarti adalah dilipatgandakan sesuai dengan amaliah kemulian di hari Jumat itu," ujarnya.
Menurutnya, meski berpotensi sebagai haji akbar, namun tidak semua penduduk lokal bisa melaksanakan ibadah haji pada tahun ini. Sebab, pemerintah Arab Saudi sudah membatasi kuota jamaah haji di seluruh dunia.
" Kan itu juga dibatasi oleh pemerintah Saudi, sekarang ini bayar toh, bayar tasyrik sekitar Rp14 jutaan. Kalau dulu memang gratisan dan orang pada tertarik, kalau sekarang tertarik tapi terhalang oleh perekonomian," tuturnya.
Nabi Muhammad SAW juga sangat memuliakan hari Jumat, begitu banyak hadis yang menjelaskan terkait hal itu. Rasulullah bersabda:
" Hari terbaik di mana matahari terbit di dalamnya ialah hari Jumat. Pada hari itu Adam Alaihissalam diciptakan, dimasukkan ke surga, dikeluarkan daripadanya dan kiamat tidak terjadi kecuali di hari Jumat." (H.R Muslim).
Sumber: Merdeka.com
Advertisement
Pria Ini Punya Sedotan Emas Seharga Rp233 Juta Buat Minum Teh Susu

Celetukan Angka 8 Prabowo Saat Bertemu Presiden Brasil

Paspor Malaysia Duduki Posisi 12 Terkuat di Dunia, Setara Amerika Serikat

Komunitas Rubasabu Bangun Budaya Membaca Sejak Dini

Kasus Influenza A di Indonesia Meningkat, Gejalanya Mirip Covid-19
