Editor's Pick: Zaha, Hijab Cantik Kekuatan Arsitek

Reporter : Ratih Wulan
Senin, 14 Maret 2016 10:30
Editor's Pick: Zaha, Hijab Cantik Kekuatan Arsitek
Sebagai seorang arsitek, Savitri banyak mengaplikasin struktur bangunan dan diagram pada desain rancangannya.

Dream - Kemampuan menggambar struktur bangunan yang dimiliki seorang arsitek, ternyata mampu memukau pecinta fesyen saat dituangkan dalam desain busana. Hal itu dibuktikan dari goresan-goresan pola Retno Dewi Savitri.

Dengan mengusung label Zaha, ia berusaha merancang busana muslim yang simpel dan minimalis. Dijelaskan Lydia septiani Warapsari perwakilan dari Zaha, bahwa latar belakang sang desainer yang juga seorang arsitek sangat senang bermain dalam menggambar struktur bangunan.

Kemudian, passion sebagai desainer mendorong Savitri untuk ikut terjun memeriahkan dunia mode muslim di Tanah Air. Dan ternyata mampu diterima para penikmat fesyen busana muslim dari banyak kalangan.

Begitu pula saat merancang koleksi premium yang bertemakan 'Zaha Noir'. Setelah dua tahun berturut-turut ikut meramaikan panggung Indonesia Fashion Week (IFW) 2016, pada tahun Zaha menurunkan lima koleksi terbaru.

Dan setelah itu, kelima rancangan-rancangan tersebut laris diburu para pelanggan yang datang ke booth-nya. Booth yang mendapat Editor`s Pick dari Dream.co.id ini pun ramai didatangi pengunjung Indonesia Fashion Week 2016. Savitri ingin membawa koleksi terbarunya yang dinamakan Terranova ke nuansa padang pasir.

" Tema terranova lebih ke konsep muse. Jadi lebih ke padang pasir dengan penggunaan warna-warna pasir dan warna bumi," terang Lydia pada Jumat, 11 September 2016 di Jakarta Convension Center (JCC).

Sedangkan untuk garis potongan, Savitri banyak bermain pada Cape dan Outer yang memakai kain berbahan organdi. Sera tunik-tunik longgar yang tidak membentuk lekuk tubuh.

Dari pantauan Dream, para pengunjung tenant Zaha banyak yang tertarik untuk membeli busana dengan detail yang lebih berstruktur di bagian dada dan lengan. Serta ornamen-ornamen yang mebentuk diagram di beberapa sisi.

" Ciri khas kita itu banyak bermain di warna monokrom kaya putih, abu-abu coklat pokoknya warna basik. Macemnya juga banyak kaya terusan dan tunik," lanjutnya.

Zaha merupakan pilihan tepat untuk ibu-ibu muda yang ingin selalu tampil gaya. Dengan harga yang sangat terjangkau, hanya dibawah Rp. 500 ribu, para pelanggan sudah dapat membawa pulang koleksi-koleksi kasual untuk dipakai menghadiri acara non formal.

" Paling kalau yang mahal itu long coat, harganya sampai Rp. 1,7 juta. Karena tren hijab lebih modern jadi bisa buat even, acara komunitas atau undangan nikahan,"

Koleksi Zaha Noir sendiri hanya dibuat berdasarkan permintaan pelanggan. Sehingga memang sengaja tidak tersedia di butik sebelumnya. Diakui Lydia untuk urusan omset mereka berhasil meraih untung yang fantastis dalam dua hari penyelenggaran IFW.

" Lebih dari 100 busana yang terjual sehari. Omset perhari udah nutup harga stand. Iya segitu, kira-kira nyampai kalau 20 juta," imbuhnya.

Meskipun diperuntukan untuk ibu-ibu muda, namun koleksi Zaha tetap menarik perhatian para hijaber muda. Salah seorang pengunjung asal Aceh pun melakukan spesial order untuk dibuatkan desain jumpsuit. Bahkan ia juga tertarik untuk memborong long outer berwarna pasir untuk anak gadisnya.

" Cocok kalau dikenakan saat pulang ke Aceh. Meskipun tidak tampil berkerudung tetap sopan," tutur wanita yang enggan menyebutkan namanya tersebut. (Ism) 

 

Beri Komentar