Presiden Jokowi Menyerahkan Piala Citra Untuk Angga Dwimas Sasongko (Kapanlagi.com)
Dream - Inspirasi itu bisa datang dari mana saja, termasuk dari karakter seorang tokoh pada sebuah film. Tokoh yang berjuang dari zero menjadi hero, misalnya, bisa melecut semangat para penonton. Begitu pula tokoh yang gigih memperjuangan kebenaran dan keadilan, bisa menularkan hati baiknya kepada orang ramai. Layar bisa jadi rujukan dalam kehidupan sehari-hari orang ramai.
Sayangnya, tidak banyak film Indonesia yang melayarkan sosok-sosok yang inspiratif itu. Kita bahkan doyan membeli ketakutan penonton dengan rupa-rupa film hantu, yang malah terkesan lucu ketimbang menakutkan. Sejumlah film yang menginspirasi itu antara lain: Cahaya dari Timur: Beta Maluku.
Lihatlah film Cahaya dari Timur itu. Memukau dan sungguh pantaslah diganjar penghargaan. Semenjak proses pembuatannya, film besutan Angga Dwimas Sasongko diyakini bisa merebut hati para pecinta film tanah air. Dan benar saja, film ini tidak hanya dibanjiri ribuan penonton tapi juga sukses menyabet dua piala citra dalam ajang bergengsi Festival Film Indonesia (FFI) 2014. Cahaya dari Timur mengalahkan 'Soekarno', sebuah film dengan setting sejarah yang kuat dan diresensi banyak media massa.
Penghargaan itu membanggakan para kru film ini. Dari produser hingga para pemain. " Saya sebagai pemain sangat bangga. Saat ditawari film ini memang yakin kalau akan disukai. Tapi ternyata lebih dari itu, film ini menyabet dua piala citra kategori nominasi pemeran utama pria terbaik dan film bioskop terbaik," ujar Chico Jericho, Rabu 21 Januari 2015.
Sutradara film ini, Gita Wirjawan, haqul yakin bahwa Cahaya dari Timur tidak saja laris di Indonesia tapi juga bakal mendunia. Setelah menepi dari politik, Gita yang menuntaskan S2 di Harvard University dan pernah menjadi Menteri Perdagangan itu, malah sukses menjadi produser film dan menyabet dua penghargaan di Piala Citra sekaligus itu.
" Saya sangat yakin film ini tidak hanya disukai di Indonesia tetapi akan mendunia karena sarat akan nilai-nilai universal," tutur Gita. Nilai-nilai kemanusiaan yang dibawa oleh film ini berlaku universal, menembus batas apa saja, dan melunakan dendam.
Kesuksesan itu melecut semangat team demi mengarap seri terbaru film ini. " Padahal waktu itu saingannya cukup berat. Banyak film bagus seperti Soekarno, 3 Nafas Likas , Sebeleum Pagi Terulang Kembali, dan Sokola Rimba. Tapi berkat doa teman-teman kru akhirnya film kami bisa raih 2 Piala Citra FFI. Kami semakin semangat, beruntung memiliki tim yang solid," tambah Angga.
Proses pembuatan film ini menurut Angga tidaklah mudah, banyak hambatan yang ditemui. Dari soal dana hingga penggarapan.
" Sampai akhirnya kami bertemu Gita Wirjawan dan Arifin Panigoro. Baru setelah mereka masuk, penggarapan film ini pun bergulir," ujar Angga.
Sejak semula menurut Angga, memang direncanakan dibuat dalam tiga seri. Masing-masing mengangkat kisah nyata dari sosok inspiratif yang hidup di Timur Indonesia.
Pada seri pertama bercerita tentang kehidupan Sani, mantan pesepakbola yang harus menggantungkan hidup sebagai tukang ojek. Kemudian menjadi pelatih sepakbola karena ingin anak-anak di daerahnya tidak selalu harus larut dalam ketakutan akibat kerusuhan Ambon beberapa tahun silam.
Untuk kisah berikutnya, Angga akan membingkai kehidupan seorang wanita hebat dari Nusa Tenggara Timur.
" Di sana ada wanita yang sangat luar biasa. Dia berusaha survive dari pertambangan yang merusak lingkungan. Dia pahlawan lingkungan hidup dan juga pembela hak perempuan," kata Angga.
Lewat film-filmnya, Angga memiliki misi untuk menunjukkan pada khalayak ramai bahwa ada orang-orang yang tak pernah muncul di media namun sudah melakukan hal hebat bagi orang banyak.
" Benang merah dari trilogi 'Cahaya Dari Timur' adalah mengangkat kisah nyata dari orang-orang Indonesia timur yang jauh dari mata kita," tambah Angga. (Ism)
Advertisement
Dari Langgar ke Bangsa: Jejak Sunyi Kiai dan Santri dalam Menjaga Negeri

Pria Ini Punya Sedotan Emas Seharga Rp233 Juta Buat Minum Teh Susu

Celetukan Angka 8 Prabowo Saat Bertemu Presiden Brasil

Paspor Malaysia Duduki Posisi 12 Terkuat di Dunia, Setara Amerika Serikat

Komunitas Rubasabu Bangun Budaya Membaca Sejak Dini


Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK

IOC Larang Indonesia Jadi Tuan Rumah Ajang Olahraga Internasional, Kemenpora Beri Tanggapan

Ada Komunitas Mau Nangis Aja di X, Isinya Curhatan Menyedihkan Warganet

Wanita 101 Tahun Kerja 6 Hari dalam Seminggu, Ini Rahasia Panjang Umurnya

Dari Langgar ke Bangsa: Jejak Sunyi Kiai dan Santri dalam Menjaga Negeri

Air Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik, Ini Bahayanya Bagi Kesehatan Tubuh

Pria Ini Punya Sedotan Emas Seharga Rp233 Juta Buat Minum Teh Susu