Gejala dan Pengobatan Kanker Prostat

Reporter : Dwi Ratih
Kamis, 18 Februari 2021 10:40
Gejala dan Pengobatan Kanker Prostat
Kanker prostat bisa diselamatkan jika tidak terlambat.

Dream – Kanker prostat jadi penyakit ganas peringkat empat di dunia menurut Globocan pada 2018. Di Indonesia, kasus ini berada di peringkat kelima terganas yang menyerang laki-laki.

Kanker prostat dapat membahayakan hingga risiko kematian. Tetapi beberapa kasus yang dapat ditangani bantuan medis, bahkan sama sekali.

Tapi sebelumnya, Sahabat Dream ketahui dulu gejala yang terjadi pada kanker prostat yuk!

Umumnya kanker prostat pada tahap awal tidak akan mengalami gerjala. Namun, pada kanker prostat tahap lanjut akan merasakan beberapa gejala-gejala sebagai berikut:

- Kesulitan buang air kecil
- Kekuatan menurun dalan aliran urin
- Terdapat darah dalam urin dan air mani
- Sakit tulang
- Turunnya berat badan tanpa usaha
- Adanya disfungsi ereksi

1 dari 5 halaman

Faktor risiko penyebab kanker prostat

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan terjadinya kanker prostat pada laki-laki, adalah sebagai berikut:

1. Usia yang semakin tua

Risiko terkena kanker prostat semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Seperti yang dikatakan dr Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, Sp.U (K), PhD, Konsultan Dokter Spesialis Uro-Onkologi Siloam Hospitals ASRI di World Cancer Day 2021, Rabu, 17 Februari 2021. Biasanya kanker prostat terjadi pada laki-laki usia 50 tahun ke atas.

2. Ras

Untuk alasan yang belum ditentukan, orang kulit hitam memiliki risiko lebih besar terkena kanker prostat dari pada ras lain, serta kanker ini cenderung lebih agresif.

3. Sejarah keluarga

Jika saudara sedarah telah didiagnosis menderita kanker prostat, risiko seseorang mengalaminya akan meningkat. Selain itu, jika riwayat keluarga dengan gen yang memiliki kanker payudara yang kuat, risiko seorang lelaki terkena kanker ini juga semakin tinggi.

4. Obesitas

Orang dengan obestitas memiliki risiko terkena kanker lebih tinggi, karena orang gemuk, biasanya kanker cenderung tumbuh lebih agresif.

2 dari 5 halaman

Cara mencegah kanker prostat

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker prostat terjadi dengan:

- Mengkonsumsi makanan bernutrisi
- Melengkapi nutrisi dengan suplemen
- Berolahraga dengan rutin
- Mempertahankan berat badan ideal
- Konsultasi ke dokter tentang peningkatan risiko kanker prostat

Apabila sudah terkena kanker prostat, bagaimana cara pengobatannya?

Teknologi yang berkembang pesat membuat segala macam teknologi keperawatan juga meningkat.

Pengobatan kanker prostat diketahui sudah dapat dilakukan dengan Robotic-Assisted (RARP).

“ RARP bekerja lebih sistematik dari pada operasi terbuka (ORP), karena kecanggihan dari robot lebih presistensi dari pada dengan tangan manusia, tingkat keamanannya juga lebih baik dari pada ORP,” tutur Prof. dr. Chaidir Arif Mochtar, Sp.U(K), PhD, Konsultan Dokter Spesialis Uro-Onkologi Siloam Hospitals ASRI di kesempatan yang sama.

Sebenarnya kanker prostat ada dua macam yaitu kanker prostat terlokalisir dan metastasis (menyebar), kedua kanker ini memiliki cara pengobatan yang berbeda.

“ Untuk kanker yang terlokalisir bisa dengan pembedahan dan radiasi, sedangkan kalau sudah menyebar harus dilakukan terapi hormonal atau bahkan kemoterapi, bisa ini dilakukan pada kanker prostat stadium lanjut atau akhir,” jelas dr Chaidir.

Pada pasien kanker terlokalisir hal yang umum dilakukan dengan pembedahan dengan tujuan untuk mengeradikasi kanker tersebut, cara ini dilakukan dengan mengangkat prostat dan jaringan di sekitarnya.

Pembedahan itu sendiri dilakukan dengan 3 cara, yaitu pembedahan terbuka (ORP), laproskopi (LRP), dan robotic assisted (RARP), simak penjelasan lebih lanjut.

3 dari 5 halaman

Pembedahan Terbuka atau ORP

Pembedahan terbuka adalah operasi bedah secara terbuka seperti operasi pada umumnya, pembelahan pada bagian tubuh akan lebih lebar dari pada dengan laproskopi.

Ilustrasi

LRP

Laproskopi atau operasi lubang kunci adalah prosedur bedah minimal invasif yang dilakukan dengan membuat sayatan kecil di dinding perut. Langkah ini membutuhkan bantuan alat berbentuk tabung tipis bernama laproskop, alat ini dilengkapi dengan kamera dan cahaya di ujungnya.

“ Laproskop ini lebih aman, karena pengerjaannya dilakukan dengan sayatan kecil, tidak perlu melakukan irisan sepanjang perut yang besar hanya membuat beberapa lubang kecil diperut,” jelas dr Chaidir.

“ Laproskopi ini mulai digunakan sekitar tahun 80an untuk transperitoneal endosurgical lymphadenectomy pada pasien dengan localized prostate cancer,” tambahnya.

Sampai sekarang alat ini digunakan untuk banyak tidakan operas kanker, terutamma kanker prostat.

4 dari 5 halaman

RARP

RARP adalah operasi dengan bantuan teknologi robot sebagai asisten dokter. Operasi dengan LRP dan RARP ummunya jauh lebih menguntungkan dibandingkan operasi terbuka.

Sebenarnya RARP ini merupakan laproskopi juga namun dengan bantuan robot, pengerjaannya lebih cair, fleksibel, dan proses operasinya dapat terasa lebih mudah.

Pada operasi ini memang membutuhkan waktu lebih lama. Namun, keunggulannya dengan RARP atau LRP, akan lebih sedikit pasien kehilangan darah, hanya memerlukan sedikit transfusi, waktu perawatan lebih sedikit, dan komplikasi keseluruhan yang terjadi kemungkinan lebih kecil dibandingkan dengan ORP.

“ Terutama pada robotic ini ya, pelaksanaanya lebih baik dari pada operasi terbuka, dilihat dari data, tingkat admision selama setahun setelah operasi lebih rendah, dirawat ya juga lebih cepat, serta pengecekan berskala pasien ke rumah sakit lebih sedikit dilakukan, pasien nggak perlu bolak-balik rumah sakit terlalu sering,” jelas dr Chaidir.

5 dari 5 halaman

Kelebihan Biopsi Robotik untuk Pengobatan Kanker Prostat

Diketahui, teknologi biopsi robotik menjadi salah satu upaya mendeteksi dini kanker prostat. Inovasi ini diklaim punya risiko terinfeksi kuman lebih rendah.

Menurut dr. Agus Rizal, pemanfaatan inovasi biopsi robotik memberikan banyak dampak positif bagi dunia kedokteran, karena adanya kekuatan tangan robot sebagai alat bantu dalam melakukan tindakan.

“ Dengan adanya lengan robot, setiap tindakan yang kita lakukan lebih stabil sehingga presisinya akan jauh lebih baik,” ujarnya.

Menurut dr. Agus Rizal pemanfaatan inovasi biopsi robotik ini juga cenderung tidak memerlukan waktu lama dalam tindakannya.

Hal ini tentunya sangat lebih efisien dibandingkan dengan tindakan biopsi non-robotik. Selain itu, risiko infeksi dan pendarahan pasca tindakan juga cenderung minim.

Kanker prostat sering kali muncul tanpa adanya gejala di awal. Maka dari itu, perlu kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini secara berkala.

Perlu Sahabat Dream catat bahwa tingkat keberhasilan pengobatan akan lebih tinggi apabila penyakit ini terdeteksi pada stadium awal.

(Laporan: Josephine Widya, Silmi Safriyantini)

Beri Komentar