Foto: Ilustrasi/Shutterstock
Dream - Cara tidur seseorang tak selamanya seragam. Ada beberapa orang yang merasa tidurnya akan lebih nyenyak jika lampu kamar dimatikan. Sebagian lagi merasa tidur berkualitas ketika suhu ruangan diatur sangat dingin. Apapun caranya, semua orang menginginkan tidur mereka lebih terlelap dan bangun dalam kondisi bugar.
Temuan baru dari survei yang dibuat Mattress Advisor, sebuah perusahaan yang memberikan kiat dan nasihat ahli tidur, menemukan kebiasaan cara tidur baru pada generasi milenial. Menggunakan sample sebanyak 1000 orang, sebanyak 65 persen responden mengaku tidur tanpa mengenakan pkaian untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas tidur mereka.
Jumlah generasi milenial, yang umumnya pria, ini lebih banyak dibandingkan Generasi X yang memilih tidur tanpa berpakaian (45 persen) maupun Generasi Baby Boom (39 persen).
Selama ini banyak orang menganggap mengenakan pakaian dalam yang pas saat tidur dapat membantu menghilangkan keringat dan kelembapan pada kulit tubuh. Cara ini juga bisa menyediakan tempat melindungi kandung kemih atau kebocoran menstruasi.
Namun ternyata hal itu tak berlaku buat anak milenial. Mereka beralasan tidur tanpa mengenaan pakaian karena merasa lebih nyaman.
Dalam survei tersebut diketahui tiga alasan teratas yang diberikan responden terkait dengan kenyamanan. Tidur tanpa berpakaian dianggap " lebih nyaman" " santai" dan " Saya tidur lebih nyenyak" .
Mengenakan pakaian dalam bisa menjadi tidak nyaman bagi sebagian orang, menyebabkan lecet, mencubit, dan gatal, atau perasaan terkurung.
Banyak wanita tahu betul kelegaan yang datang dari menanggalkan bra mereka setelah hari yang melelahkan. Hal yang sama juga berlaku untuk pakaian dalam bagi mereka yang sensitif untuk memakainya.
Kebersihan
Orang-orang yang suka memakai pakaian dalam berbahan tebal sering berpikir bahwa mengenakannya tidak sopan atau tidak bersih.
Daerah genital relatif terlindung dari elemen luar terutama jika kamu mengenakan piyama. Jadi selama kamu mempraktikkan kebersihan tubuh yang baik pastikan untuk mencuci area tersebut secara teratur dengan sabun lembut dan air saat mandi.
Ditambah kamu sudah memiliki perlindungan bawaan yaitu rambut kemaluan ada untuk tujuan melindungi daerah genital dan kulit sensitif di daerah itu.
Dalam beberapa kasus, mengenakan pakaian dalam saat tidur bisa merugikan kamu karena bakteri dan ragi tumbuh subur di lingkungan yang lembab dan hangat.
Tidur dengan pakaian dalam yang terlalu ketat, atau yang terbuat dari kain sintetis seperti renda atau satin, dapat memerangkap kelembapan di kulit kamu yang mendorong pertumbuhan bakteri.
Kondisi ini dapat membuat kamu berisiko terkena infeksi saluran kemih, vaginosis bakterial (untuk wanita), atau infeksi jamur (pria dan wanita) terutama jika kamu tidur selalu berkeringat.
Kondisi kulit
Jika kamu memiliki masalah pada kulit seperti gatal-gatal atau kulit kering di area itu, lebih baik kamu tidur tanpa mengenakan pakaian agar kulit di area genital bisa keluar dan bernafas.
Namun para wanita, jika kamu lebih suka memakai celana dalam saat tidur, pastikan memilih pakaian dalam yang paling sehat untuk menjaga kebersihan organ intim kamu.
Pasangan yang tidur bersama tanpa busana, lebih mungkin untuk berhubungan intim. Alasan ini tentu saja masuk akal bahwa tanpa pakaian dalam juga memiliki efek yang sama.
Kontak antar sesama pasangan melepaskan oksitosin, hormon terkait dengan ikatan. Belum lagi beberapa alasan lain yang sangat menggoda, tentang mengetahui pasangan kamu tidak mengenakan apa pun di balik piyamanya.
Beberapa pria menyebut kesehatan sperma mereka sebagai alasan untuk tidak mengenakan pakaian dalam saat tidur. Responden mengaku telah mendengar bahwa pakaian dalam yang lebih ketat dapat meningkatkan suhu testis yang akhirnya bisa menyebabkan penurunan kualitas dan kesuburan sperma.
Meskipun ada dukungan ilmiah bahwa area selangkangan yang terlalu panas dapat merusak sperma, penelitian tidak menunjukkan bahwa tidur dengan pakaian dalam akan menyebabkan kepanasan semacam ini.
Mengenakan petinju, celana dalam, atau tanpa pakaian dalam sama sekali tidak berpengaruh signifikan pada kualitas sperma atau kesuburan pria, menurut sebuah studi tahun 2016 yang diterbitkan di Andrologi.
Laporan: Radhika Nada, Sumber: The Healthy
Advertisement