Ikuti 'Aturan' 21 Detik Saat Buang Air Kecil Biar Tak Sakit Pinggang

Ikuti 'Aturan' 21 Detik Saat Buang Air Kecil Biar Tak Sakit Pinggang

© Durasi buang air kecil ternyata sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Shutterstock

© Durasi buang air kecil ternyata sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Shutterstock

Dream - Sering menunda buang air kecil (BAK) bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Jangan sampai kamu melakukannya ya, Sahabat Dream. Kebiasaan ini salah satu efeknya, bisa membuat nyeri pinggang dan infeksi saluran kemih.

© Durasi buang air kecil ternyata sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Shutterstock

Akan semakin parah jika kamu malas minum air putih. Biasanya ditandai dengan warna urine yang sangat kuning, pekat atau berbau tajam. Biar kondisi ginjal dan saluran kemih selalu sehat, pastikan konsumsi banyak air putih dan perhatikan durasi saat buang air kecil.

Untuk durasi ini ternyata ada 'aturan' khusus yang tak banyak orang tahu, padahal sangat penting untuk diikuti. Durasi buang air kecil ternyata sangat berpengaruh terhadap kesehatan, terutama kesehatan kandung kemih.  Hal ini karena tekanan saat buang air kecil berpengaruh terhadap kesehatan kandung kemih dan saluran kencing.

Butuh Waktu 21 Detik

© Durasi buang air kecil ternyata sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Shutterstock

Tim peneliti dari Georgia Institute of Technology, Amerika Serikay pernah melakukan penelitian terhadap durasi buang air kecil hewan dengan berbagai ukuran. Mereka menggunakan video hewan berbagai ukuran yang sedang buang air kecil.

Dalam studi ini, tim peneliti tersebut menemukan fakta bahwa hewan yang beratnya lebih dari 3 kilogram membutuhkan waktu sekitar 21 detik untuk mengosongkan kandung kemihnya.

Sementara itu, hewan-hewan kecil seperti tikus dan binatang pengerat kecil lain cuma perlu waktu sepersekian detik untuk mengosongkan kandung kemih mereka yang juga lebih kecil.

© Durasi buang air kecil ternyata sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Shutterstock

Dari penelitian ini juga, disimpulkan bahwa durasi buang air kecil tidak hanya berkaitan dengan tekanan kandung kemih. Gravitasi juga mempengaruhi hal ini.

Penelitian juga mempertanyakan mengapa durasi kencing hewan besar seperti gajah dengan hewan yang lebih kecil seperti kambing atau rusa cenderung sama, mengingat ukuran kandung kemih mereka pasti berbeda.

Ternyata, hewan yang lebih besar punya ukuran uretra yang lebih panjang yang menyebabkan gaya gravitasi lebih besar mendorong air. Hal ini lah yang menyebabkan durasi kencing hewan berbeda ukuran ini tetap sama.

© Dream

“Uretra yang panjang ini meningkatkan laju aliran darah pada hewan yang lebih besar, memungkinkan mereka buang air kecil dalam durasi yang kira-kira sama,” tulis hasil penelitian tersebut.

Durasi Pada Manusia

Penelitian ini juga dikaitkan dengan durasi buang air kecil pada manusia. Dari penelitian tersebut, dibuatlah semacam aturan durasi buang air kecil yang direkomendasikan. Sama seperti hewan dengan berat lebih dari 3 kilogram, durasi buang air kecil yang direkomendasikan untuk manusia adalah 21 detik.

© Durasi buang air kecil ternyata sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Shutterstock

Jika lebih atau kurang dari 21 detik, maka itu menandakan bahwa kita terlalu sering BAK atau malah terlalu lama menahannya. Tentunya, kamu tahu bahwa menahan buang ari kecil sangat tidak baik untuk kesehatan kandung kemih.

© Durasi buang air kecil ternyata sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Shutterstock

Kalau Sahabat Dream terlalu sering buang air kecil, bisa menyebabkan overactive bladder atau kandung kemih yang terlalu aktif bekerja. Sementara itu, menahan buang air kecil terlalu lama bisa menyebabkan penyakit infeksi saluran kemih.

Selain itu, juga meningkatkan risiko terkena penyakit ginjal, pecahnya kandung kemih, atau kandung kemih membengkak kalau sering menahan buang air kecil.

Selain durasi, kamu juga harus memperhatikan frekuensi BAK. Jika Sahabat Dream minum air dengan cukup (minimal 8 gelas perhari), maka normalnya kamu juga akan buang air kecil selama delapan kali.


Laporan Salma Rihhadatul Aisy/ Sumber: Unilad