Dream - Para peneliti dari Concordia University menyebut, tingkat hormon stres seseorang yang optimistis lebih stabil dibandingkan yang pesimistis.
" Pada hari-hari mereka mengalami stres lebih tinggi daripada rata-rata. Saat itulah kita melihat respon stres. Orang pesimistis jauh meningkat dan mengalami kesulitan mengontrolnya," kata Joelle Jobin, peneliti kandidat Ph.D. kandidat psikologi klinis di universitas, Joelle Jobin, Jumat 5 Febuari 2016.
Dikutip Hufftingtonpost, penelitian dilakukan selama enam tahun dengan melibatkan 135 orang usia lebih dari 60 tahun. Dan dicatat dalam jurnal health pshycology.
Selama 12 hari yang berbeda sepanjang periode itu, peneliti mengumpulkan sampel air liur lima kali sehari. Hal ini untuk mengukur tingkat hormon kortisol mereka.
Kortisol merupakan hormon yang diproduksi kelenjar adrenal yang akan keluar jika seseorang mengalami stres. Hormon ini juga meningkatkan tekanan darah dan kadar gula darah
Dalam penelitian itu para peserta diminta berapa kali merasa stres atau kewalahan melakukan beberapa hal.
Kemudian, peneliti membandingkan tingkat kortisol peserta pada setiap harinya. Peneliti pun menemukan tingkat kortisol berkurang saat seseorang bersifat optimis dan begitu sebaliknya. (Ism)
Advertisement
Penasaran Suasana Kuliah, Kakek 60 Tahun Wujudkan Impian Jadi Mahasiswa
Cemaran Radiasi Cs-137 Terdeteksi, KLH Tetapkan Status Kejadian Khusus di Kawasan Industri Cikande
Fakta-fakta Psikosomatis, Gangguan Fisik yang Dipicu Kondisi Psikologis
Ponpes Al Khoziny yang Ambruk, Ternyata Usianya Lebih dari Satu Abad
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
Trik Korean Makeup Look dari Verren Ornella di Campus Beauty Fair
Gelar Community Gathering, Dompet Dhuafa Jalin Sinergi Kebaikan dengan Ratusan Komunitas
3 Artis Indonesia Sukses Turunkan Berat Badan dengan Intermittent Fasting
Diet Telur yang Benar Efektif Turunkan Berat Badan, Pastikan Perhatikan Hal Ini