Ilustrasi (Foto: Freepik)
Dream – Manusia memiliki berbagai jenis perasaan. Perasaan itu biasanya diungkapkan melalui emosi yang terlihat diwajah.
Namun, didunia ini, tak semua orang memiliki kemampuan untuk mengungkapkan emosinya. Ketidakmampuan itulah yang disebut sebagai alexithymia.
Alexithymia sebetulnya bukanlah suatu diagnosis klinis, melainkan bagian dari kepribadian seseorang. Kondisi ini membuat orang tersebut tidak mampu mengenali, mengidentifikasi, dan mendeskripsikan emosi diri sendiri maupun orang lain.
Seseorang dengan alexithymia akan sulit membedakan antara emosi yang dirasakan dengan emosi yang diekspresikan. Sehingga membuatnya sering memperlihatkan wajah dengan emosi datar.
Biasanya orang-orang yang mengalami alexithymia tidak dapat menikmati sesuatu yang berkaitan dengan emosi. Seperti menonton film, membaca novel, atau melihat pertunjukan.
Alexithymia adalah kondisi seseorang yang membuatnya sulit untuk memahami emosi, mengidentifikasi emosi, atau mengungkapkan emosi.
Alexithymia bukanlah nama sebuah gangguan kejiwaan. Namun, kondisi ini dapat dialami oleh pasien yang mengalami berbagai gangguan mental.
Menurut the Scandinavian Journal of Psychology, seseorang dengan alexithymia memiliki tendensi lebih tinggi untuk mengalami gejala fisik, seperti mudah lelah, nyeri pada badan, serta pegal-pegal.
Mereka juga sering menjadikan alkohol atau makanan sebagai pelampiasan emosi. Kondisi-kondisi tersebut kemungkinan disebabkan oleh ketidakmampuan mengekspresikan emosi.
Alexithymia berkaitan dengan emosi diri. Ada beberapa gejala yang akan ditunjukkan oleh seseorang dengan alexithymia, misalnya:
Gaya berkomunikasi orang dengan alexithymia cenderung logis dan harfiah. Mereka tidak akan memasukkan refleksi perasaan ke dalam setiap ucapannya. Sebaliknya, mereka akan membahas hal-hal faktual dengan kering, tanpa emosi.
Hingga saat ini penyebab pasti dari alexuthymia masih belum ditemukan. Namun ada beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap kondisi ini, yaitu:
Dalam sebuah penelitian dindikasi alexithymia dapat terjadi karena faktor genetik. Diyakini bahwa seseorang bisa mengalami alexithymia apabila ada anggota keluarganya yang juga memiliki kondisi ini.
Faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap kondisi alexithymia. Seperti, trauma masa kecil, gangguan mental, serta faktor ekonomi dan sosial.
Alexithymia juga bisa terjadi karena kerusakan bagian otak yang disebut anterior insula. Bagian otak ini memang disebutkan berperan dalam kemampuan sosial, emosi, dan empati seseorang.
Hingga saat ini, belum ada penanganan khusus yang diberikan bagi seseorang yang mengalami alexithymia. Penanganan yang diberikan dokter bergantung pada kondisi pasien.
Misalnya, apabila kondisi ini terjadi pada orang yang mengalami depresi, pasien akan diberikan obat-obatan antidepresan.
Selain itu, kondisi alexithymia ini juga dapat dibantu dengan menggunakan terapi. Terapi ini digunakan untuk melatih kesehatan emosinya. Beberapa jenis terapi yang bisa diberikan, yaitu:
Studi yang dipublikasikan di the American Journal of Psychology melaporkan, orang alexithymia dapat mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain. Sehingga tak jarang mereka dianggap sebagai orang yang sulit berempati.
(Sumber: Sehatq.com)
Advertisement
Mantan Ketum PSSI Usulkan STY Kembali Latih Timnas, Ini Alasannya
Wanita Ini 400 Kali Operasi Plastik Selama 15 Tahun
Potret Keren Yuki Kato Taklukan Chicago Marathon 42,2 Kilometer
16 Peneliti dari ITB Masuk Daftar World Top 2% Scientists 2025
Museum Louvre Dibobol Hanya dalam 4 Menit, 8 Perhiasan Raib
Harapan Baru bagi Pasien Kanker Payudara Lewat Terapi Inovatif dari AstraZeneca
Sentuhan Gotik Modern yang Penuh Karakter di Koleksi Terbaru dari Dr. Martens x Wednesday
Panas Ekstrem, Warga Cianjur Sampai Tuang 2 Karung Es Batu ke Toren
ParagonCorp Sukses Gelar 1’M Star 2025, Ajang Kompetisi para Frontliners
Bahas Asam Urat dan Pola Hidup Sehat, Obrolan Raditya Dika dan dr. Adrian Jadi Sorotan
Aksi Kakek 74 Tahun Prank Meninggal Dunia Biar Tahu Siapa yang Layat