Para Muslimah Pionir

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Kamis, 5 Januari 2017 20:14
Para Muslimah Pionir
Merekalah pionir wanita di industri keuangan syariah dunia

Dream - Pemimpin bukan lagi monopoli lelaki. Perempuan pun bisa berdiri di garis depan. Menjadi panutan banyak orang, di berbagai bidang. Mereka mampu memimpin ceruk hidup yang selalu didominasi kaum pria.

Simaklah kisah hidup empat srikandai dalam artikel ini. Perempuan-perempuan inspiratif ini menjadi pionir di industri keuangan syariah dunia. Sektor yang selama ini banyak digeluti kaum lelaki.

Mereka membuktikan bahwa kesetaraan gender memang butuh perjuangan. Tak mudah memang. Keempat perempuan ini harus menerobos rintangan berat. Mulai diskriminasi hingga budaya maskulin di wilayah tempat mereka tumbuh.

Namun, mereka membuktikan kaum Hawa mampu menuntaskan tugas seperti golongan Adam, menjadi pemimpin di dunia keuangan syariah.

Para wanita itu adalah Nida Raza dari Arab Saudi, Shabnam Mohammad dari Uni Emirat Arab, Aisath Muneeza dari Maladewa, dan Farmida Bi dari Inggris. Merekalah pionir wanita di industri keuangan syariah dunia:

 

1 dari 4 halaman

Nida Raza

Nida Raza © Dream

Nida Raza saat ini menjabat Head of The Advisory Services Department (ASD) di Islamic Corporation for The Development of Private Sector (ICD) yang berbasis di Jeddah, Arab Saudi.

Nida memulai karier di sektor keuangan sebagai analis di J.P. Morgan pada tahun 2000. Selama tahun dia mengabdi di perusahaan sekuritas, perbankan investasi, dan perbankan ritel.

Pada April 2003-Agustus 2007, dia mengundurkan diri dari J. P. Morgan dan bekerja sebagai direktur di bagian pasar modal obligasi di KeyBanc Capital Market, dan pindah lagi ke ke Standard Chartered Bank sebagai direktur pasar modal pada tahun 2007-2008.

Karier Nida di industri keuangan syariah dimulai ketika dia bekerja sebagai direktur pasar modal obligasi di Bank Alkhair pada Januari 2010-Oktober 2012. Wanita ini menjabat sebagai direktur pasar modal di Bank Alkhair.

Sekadar informasi, bank ini adalah bank investasi yang berkantor pusat di Bahrain yang memberikan layanan corporate banking, layanan perbankan bagi perusahaan besar.

Meskipun hanya bekerja dua tahun ini bank ini, Nida mahir membuat jaringan dan sukses mengelola transaksi kredit dengan skala besar. Dia juga bertanggung jawab memberikan masukan bagi perusahaan besar untuk meningkatkan neraca keuangan mereka. Selain itu, juga menganalisis utang, ekuitas, dan peluang restrukturisasi pendanaan klien.

Petualangan Nida tak berhenti. Setelah itu, dia pindah ke Ernst and Young, menjabat sebagai Direktur Penasihat Jasa Keuangan sejak November 2012-Mei 2015. Kini, dia menjabat sebagai Direktur Penasihan Keuangan di Islamic Corporation for The Development of Private Sector (ICD)—anak usaha Islamic Development Bank (IDB) sejak Juli 2015 hingga sekarang.

Tak mudah bagi Nida untuk melalui jejak moncer ini. Apalagi dalam dunia keuangan syariah. Dia mengatakan, banyak wanita pemimpin di industri yang berbeda. Akan tetapi, keberadaan wanita di industri keuangan seakan tidak dianggap.

Alasan utama yang diketahuinya adalah wanita ini tipe orang yang berhenti dari karier untuk menghabiskan waktu dan membangun keluarga. “ Kuncinya itu fleksibilitas. Saya percaya wanita ini punya banyak prioritas di antara keluarga dan pekerjaan. Ini bisa efektif jika mereka diberi kesempatan,” kata dia.

Industri keuangan, kata Nida, tidak mentolerir adanya kerja paruh waktu. Jika diizinkan, wanita tidak bisa mengembangkan karier di level tertinggi.

Nida telah bekerja di beberapa negara sebelum pindah bekerja di Jeddah. Dia merasakan ada perbedaan bagi wanita karier di Arab Saudi dan di negara lain.

Negara Eropa, kata dia, memberikan insentif bagi pegawai wanita mengambil cuti tanpa kehilangan pekerjaan mereka. Insentif ini membuat ada kesetaraan gender bagi wanita di dunia karier.

Nida percaya wanita bisa meningkatkan keseimbangan karier jika diberikan kesempatan untuk punya jam kerja yang fleksibel dan diizinkan istirahat untuk menghabiskan waktu dengan keluarganya.

2 dari 4 halaman

Shabnam Mohammad

Shabnam Mohammad © Dream

Shabnam Mohammad adalah Kepala Restrukturisasi Tell Group di daerah Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA). Menurut dia, wilayah MENA terbuka bagi wanita profesional meskipun masih ada anggapan bahwa tugas wanita adalah mengurus keluarga.

Namun duia beruntung hidup di Uni Emirat Arab (UEA), yang mendorong peran wanita dalam industri keuangan dan perbankan.

Shabnam yang telah bekerja di beberapa kawasan ini, mengatakan, keuangan syariah memberikan ruang bagi individu yang memiliki pengetahuan dan pengalaman untuk berkarya. Dia pun berkisah soal pengalaman kerjanya di industri keuangan syariah di Deutsche Bank.

“ Saya percaya pengalaman saya di industri keuangan syaria sangat positif dan semua orang tidak mempermasalahkan gender dan fokus kepada kemampuan teknis individu tersebut,” kata dia.

Shabnam mengaku tidak mudah untuk menerobos blokade gender. Dia mengaku pernah tidak diberi peran karena faktor umur atau jenis kelamin. Tapi, larangan itu tak menghalangi langkahnya.

“ Saya lebih suka bekerja dengan orang-orang yang berpikiran terbuka dan menilai saya dari etika kerja dan kemampuan saya daripada gender,” kata dia.

Shabnam pun berpesan agar wanita jangan sampai merasa tidak diterima di industri keuangan syariah.

Dia percaya banyaknya wanita yang punya posisi penting di industri keuangan syariah akan mengubah pola pikir masyarakat soal keterlibatan wanita di industri keuangan. Terlebih, saat ini wanita diperlukan untuk menyediakan jaringan bisnis.

 

3 dari 4 halaman

Aisath Muneeza

Aisath Muneeza © Dream

Aisath Muneeza adalah kepala bagian keuangan syariah di Otoritas Pengembangan Pasar Modal di Maladewa. Aisath terjun ke industri keuangan syariah sejak tahun 2011 dan mampu mengombinasikan teori pascasarjana dan praktik. Kini, dia menjadi kunci penting dalam industri ini di Maladewa.

Ketika terjun ke industri keuangan syariah, Aisath belum begitu berpengalaman. Tapi, dia tidak ambil pusing. “ Saya berpikir apapun tantangannya yang datang kepada saya entah itu sebagai wanita atau pendatang baru, saya harus menghadapinya jika ingin menggapai target,” kata Aisath.

Dia mengenyam studi hukum perbankan di Islamic University, Malaysia. Di sana dia mempelajari hukum perbankan konvensional dan perbankan syariah untuk gelar sarjana hingga doktor.

Lalu, Aisath memegang peranan penting untuk keuangan syariah di Maladewa. Selain didapuk menjadi Wakil Menteri Urusan Syariah, dia juga menjadi pemimpin keuangan di negara tersebut.

Peraih gelar doktor untuk hukum perbankan syariah ini juga masuk ke jajaran kerangka kerja pasar modal syariah di Maladewa. Bahkan, sukuk yang dirilis di Maladewa adalah buah karyanya.

“ Saya mampu menolong pemerintah untuk membuat instrument keuangan syariah, sukuk negara, serta merancang struktur fasilitas keuangan syariah mikro,” kata dia.

Aisath mengatakan tantangan utama untuk kariernya adalah kurangnya minat dan pengetahuan di sektor keuangan syariah. Untuk itu, dia mengedukasi masyarakat soal penerapan keuangan sayriah.

Aisath juga memegang peran penting untuk mengembangkan keuangan syariah di 13 insitusi keuangan yang menawarkan jasa keuangan syariah. Bahkan, dia menjadi wanita satu-satunya yang memberikan advokasi bagi keuangan syariah di Maladewa sejak 2011. Dia juga menjadi mentor bagi wanita untuk berkarier di keuangan syariah.

“ Industri keuangan dan perbankan adalah area yang sangat menantang bagi wanita, baik konvensional maupun syariah. Secara teori, tidak ada yang bisa menghalangi wanita untuk masuk ke industri ini, tapi praktiknya, banyak tantangan yang harus kami hadapi,” kata dia.

 

4 dari 4 halaman

Farmida Bi

Farmida Bi © Dream

Farmida Bi adalah Kepala Departemen Keuangan Syariah di Norton Rose Fulbright di Eropa. Meski hidup di negara yang memberikan peran besar bagi wanita, dia merasakan beratnya menembus industri keuangan syariah.

Farmida mengatakan, jumlah wanita yang memegang posisi penting dalam keuangan syariah sangat sedikit. Ketika menghadiri konferensi keuangan syariah, dia menemukan banyak panel diskusi yang sebagian besar diisi oleh kaum pria.

“ Itu harus diperbaiki dan membant menciptakan kesan bahwa industri keuangan syariah terbuka bagi semua,” kata dia.

Farida mengatakan kehadiran perempuan bankir syariah bisa mendorong lebih banyak klien perempuan, terutama di negara Muslim, sehingga industri perbankan, baik konvensional maupun syariah, lebih ramah terhadap wanita.

“ Role model merupakan awal penting, sehingga lebih banyak wanita yang terlibat dalam industri keuangan syariah dan mereka harus diberikan ruang untuk acara-acara keuangan,” kata dia.

Farmida mengatakan banyak dukungan yang harus diberikan kepada wanita agar bisa berkarier di industri keuangan syariah, terutama kepada wanita muda yang ingin berkarier di industri ini. 

Beri Komentar