Pangeran Muhammad Bin Salman (Sumber Foto: Www.agsiw.org)
Dream - Tepuk tangan membahana. Menggaung di ruang raksasa. Lautan manusia berdiri. Menyambut tuan muda yang melangkah ke depan, naik ke panggung akbar dengan perbawa. Applause baru berhenti saat pemuda itu duduk di kursi empuk.
Mengenakan thawb putih. Gamis khas Arab Saudi. Serban tersandang di kepala, terjulur hingga dada, motif kotak-kotak merah dan putih. Dia duduk berderet dengan empat eksekutif Jepang dan Eropa.
Pentas itu sungguh berkelas. Berdesain modern. Layar elektronik raksasa terpasang di belakang. Gemerlap. Terus memainkan animasi desain kota futuristik. Tulisan besar terpampang, “ The Pulse of Change: Neom”.
Di atas panggung megah itulah, sang pemuda berceramah. Memapar rencana besar. Menjabar pembangunan kota paling modern di muka Bumi. Neom. Wilayah yang menjadi calon markah perubahan negeri. Harapan baru bangsanya.
Pangeran muda yang penuh percaya diri itu adalah Muhammad bin Salman. Putra Mahkota Kerajaan Saudi. Dalam forum Future Investment Initiative yang dihelat Oktober itu dia yakinkan dunia bahwa negaranya tengah berubah. Siap membuka diri.
“ Kerajaan akan terancam jika masyarakat tidak mau berubah,” kata Muhammad bin Salman.
Saudi memang tengah berubah. Negeri ultrakonservatif ini mulai terbuka. Sejumlah larangan yang mengekang dicabut. Warga diberi keleluasaan. Terbaru, wanita boleh mengemudi, meski baru mulai tahun depan.
Mata dunia tengah menyorot Negeri Petrodolar yang tengah menulis kembali sejarah itu. Dan, pelopor “ revolusi” ini adalah sang tuan muda, Muhammad bin Salman.
***
Muhammad bin Salman lahir pada 31 Agustus 1985. Dia adalah putra Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud dengan istri ke tiga, Putri Fahda bin Falah bin Sultan bin Hathleen, yang berasal dari suku Ajman. Klan ini dipimpin oleh kakek Fahda, Rakan bin Hathleen.
Anak kesayangan Raja Salman itu diangkat sebagai Putra Mahkota pada Juni lalu. Menggantikan sepupunya, Mohammad bin Nayef, yang gelar putra mahkotanya dilucuti oleh Raja Salman. Dia dipilih oleh 31 dari 43 anggota komite pewaris kerajaan dalam pertemuan di Istana Al Safa, Mekah.
Menjadi calon raja di usia belia bukan berarti Pangeran Muhammad bin Salman belum punya bekal. Dia bukan pemuda ingusan. Pemuda itu dikaruniai otak cemerlang. Pengalaman juga segudang, mulai dunia bisnis, sosial, hingga politik.
Mari kita runut pendidikannya. Pria yang sembilan tahun lalu menikahi Putri Sarah bin Mashhoor bin Abdulaziz Al Saud ini memang menghabiskan masa sekolahnya di dalam negeri. Dia menempuh pendidikan dasar di Riyadh. Tapi lihatlah, namanya masuk ke dalam daftar sepuluh besar lulusan terbaik di sekujur negeri.
Prestasi kinclong itu kembali terulang di bangku kuliah. Dia menjadi lulusan terbaik ke dua dari jurusan ilmu hukum Universitas King Saud. Padahal, di tengah kesibukan kuliah, dia sangat aktif di berbagai program pelatihan.
Pangeran Muhammad bin Salman mengawali karier politik sejak belia. Saat berusia 22 tahun, dia sudah jadi penasihat badan kementerian. Sejak 2007, dia emban jabatan itu selama dua tahun berikutnya.
Pada 2009, sang Pangeran menjadi penasihat khusus sang ayah yang kala itu menjabat sebagai gubernur Riyadh. Dia juga menjadi konsultan komisi ahli kabinet Saudi hingga Maret 2013.
Jalannya semakin lapang saat sang ayah diangkat sebagai Putra Mahkota pada Juni 2012, menggantikan Pangeran Nayef bin Abdulaziz Al Saud yang wafat. Sejak itulah Muhammad bin Salman berada pada urutan ke dua sebagai pewaris tahta Saudi.
Pada 2 Maret 2013, dia menempati posisi Crown Prince court, menggantikan Pangeran Saud bin Nayef yang ditunjuk sebagai gubernur Provinsi Timur. Sejak itulah dia menancapkan pengaruh di pengadilan Saudi. Bakat pemimpinnya semakin terlihat.
“ Kepercayaan ini akan menjadi motivasi kerja lebih lanjut, dipandu oleh arahan dari pimpinan bijak yang mengutamakan kepentingan bangsa dan warganya sebagai prioritasnya,” kata Muhammad bin Salman, mengemban jabatan baru, kala itu. Setahun berselang, dia didapuk sebagai Menteri Negara.
Pada 23 Januari 2015, sang ayah, Salman bin Abdulaziz diangkat sebagai Raja Saudi menggantikan Abdullah bin Abdulaziz yang wafat. Sejak pula posisi Muhammad bin Salman terkerek. Kariernya semakin mencorong.
Dia ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan sekaligus menjadi Sekretaris Jenderal Pengadilan Kerajaan. Jabatan sebagai Menteri Negara masih dia pertahankan meski mengemban dua tugas baru tersebut.
Selain dunia politik, Muhammad bin Salman juga aktif dalam kegiatan filantropi. Setelah lulus kuliah, dia mendirikan MiSK Foundation, sebuah organisasi nirlaba yang bekerja untuk menumbuhkan pembelajaran dan kepemimpinan pemuda Saudi dan mengembangkan startup melalui berbagai program inkubasi bisnis.
Melalui kegiatan filantropi inilah Muhammad bin Salman mulai diakui dunia. Pada 2013, Forbes Middle East memberinya anugerah “ Personality of the Year” karena peranan sebagai ketua MiSK Foundation yang mendorong pengembangan pemuda Saudi.
Dan sekarang, prmuda itu menjadi Putra Mahkota. Menjadi pewaris utama tahta Kerajaan Saudi. Usianya memang masih muda. Namun bukan berarti masih hijau. Dia bukan pemuda bau kencur. Usia memang belia, tapi berbagai pengalaman sudah ada dalam gengaman.
**
Darah muda, pemikiran lebih segar. Begitulah kira-kira gambaran pas untuk Muhammad bin Salman. Jiwa muda membuatnya terbuka, menerima perubahan. Tidak alergi dengan teknologi, juga kemajuan.
Benarlah adagium, “ Pemuda jadi agen perubahan”. Pemuda 32 tahun ini menjadi motor perubahan. Pada April tahun lalu, Saudi memperkenalkan cetak biru ekonomi. Visi 2030. Muhammad bin Salman adalah orang di balik “ revolusi” ekonomi itu.
Lewat buku putih itu, Saudi tak ingin lagi bergantung pada minyak. Negeri ini memang punya cadangan minyak terbukti 268 miliar barel. Setara dengan seperenam cadangan minyak terbukti dunia.
Tapi sumber daya alam itu terus menipis. Tak bsia diperbarui. Saudi tak bisa terus bergantung pada minyak. Apalagi harga fluktuatif menyeret mereka pada defisit. Sudah begitu, International Monetary Fund meramal cadangan devisa Saudi habis pada 2020.
Muhammad bin Salman pula orang di balik pelepasan lima persen saham perusahaan minyak Saudi, Aramco. Nilai saham yang dilepas itu mencapai US$100 miliar atau sekitar Rp 1.352 triliun. Kini mereka ingin mendiversifikasi sumber ekonomi.
Dan, dengarlah pemaparan pada ajang Future Investment Initiative di Riyadh itu. Dia mengumumkan pembangunan Neom. Proyek senilai Rp6.775 triliun ini akan menghias bibir Laut Merah. Membenetang dari Saudi, Yordania, hingga Mesir. Zona ekonomi itu dibangun untuk memanjakan investor.
Tak hanya konomi. Muhammad bin Salman juga “ merevolusi” doktrin kerajaan. Selama ini, Saudi dikenal sebagai negara ultrakonservatif. Seolah ditakdirkan untuk terus menerapkan nilai Islam secara kaku. Menurut dia, aturan yang telah 30 tahun diterapkan di Saudi itu, “ Tidak normal”.
Menurut dia, aturan kaku yang diterapkan di negerinya selama tiga dekade itu sebagai respons dari revolusi Iran tahun 1979. Kala itu, kata dia, banyak negara ingin meniru model tersebut. Namun, khususnya Saudi, tak tahu bagaimana penerapan revolusi itu.
Muhammad bin Salman mengatakan, Saudi tak sekaku itu sebelum tahun 1979. Sehingga, dia ingin kerajaannya kembali menjadi Saudi sebenarnya, sebagaimana sebelum terjadinya revolusi Iran.
“ Kami ingin kembali seperti kami yang dulu, Islam moderat yang terbuka untuk semua agama,” tegas Muhammad bin Salman di hadapan 2.500 delegasi dari 60 itu.
Dia tak ingin generasi Saudi hidup berkalang pemikiran ekstrem. Pengalaman, yang dianggap pahit, selama tiga dekade itu segera diakhiri. “ Kami akan menghancurkannya sekarang.”
Perang melawan ekstremisme juga diwujudkan Muhammad bin Salman di luar negeri. Dia menyebut Iran sebagai biang segala radikalisme. Sehingga jangan heran bila dia membawa Saudi berperang di negara-negara yang didukung Iran.
Saudi turut memerangi Mashar Al Assad di Suriah yang didukung Iran. Mereka juga menggempur kelompok Houthi di Yaman yang juga didukung oleh negeri para Mullah itu.
Di dalam negeri, dia tak diam. Terus bergerak. Terbaru Muhammad bin Salman memerintahkan penangkapan 11 pangeran dan sejumlah menteri dengan tuduhan korupsi.
Meski sejumlah kalangan menuding aksi ini untuk memuluskan jalan menuju tahta kerajaan, Muhammad bin Salman tetap mengurung para pembesar itu di Ritz-Carlton Riyadh. Termasuk miliarder, Pangeran Alwaleed bin Talal.
Bagi Muhammad bin Salman, negaranya harus terus berubah. Saudi, kata dia, merupakan negara maju. Letak setrategis di antara tiga benua. Mengubah Saudi, kata dia, sama artinya membantu Timur Tengah, juga dunia.
Dan Neom, kota harapan baru itu, menjadi simbol denyut perubahan. Muhammad bin Salman menyebut Saudi punya segala sumber daya untuk menciptakan “ apa yang tidak mungkin”. Semua demi generasi masa depan.
" Jika mereka bekerja dengan baik mereka akan menciptakan negara yang sama sekali berbeda [tapi] jika mereka sebaliknya, mereka akan membawa kehancuran di negara ini," kata Muhammad bin Salman.
Advertisement
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi
Rekam Jejak Profesional dan Birokrasi Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Pengganti Sri Mulyani Indrawati