Foto: Dok. Purana
Dream - Label busana lokal, Purana, terpilih untuk tampil di Africa Fashion Exchange (AFX) yang berlangsung di Durban, Afrika Selatan, pada 17-19 Oktober 2019.
Label yang digawangi oleh Nonita Respati itu telah mengeksplorasi berbagai jenis kain buatan tangan, termasuk batik, tie dye, shibori, tenun tangan, eco-print, dan lukis tangan.
Foto: Dok. Purana
Purana membawakan 10 tampilan, mencakup jumpsuit, outerwear, atasan, celana, dan gaun. Ada salah satu busana andalan Nonita, yakni 'hybrid outfit' yang digambarkan memiliki karakter multi-styling, multi-sizing dan multifungsi.
Salah satu contoh 'hybrid outfit' kreasi Purana adalah gaun yang bisa menjadi outerwear dan sebaliknya. Bukan hanya mudah dipakai, karakter hybrid dari berbagai busana ini membuka banyak kemungkinan untuk eksplorasi fashion.
Foto: Dok. Purana
“ Sepotong pakaian bentuknya bisa berubah-ubah, juga, misalnya kalau Anda styling dengan sabuk atau aksesori lainnya,” kata Nonita di keterangan rilis yang diterima Dream, Jumat 18 Oktober 2019.
Koleksi kali ini juga memperlihatkan pengembangan motif batik yang baru akan resmi diluncurkan Purana pada 2020.
“ Semua motif batik ini terinspirasi dari alam, seperti ombak di pantai, bambu, dandelion dan ginkgo biloba, juga pola-pola geometris pengembangan dari koleksi sebelumnya,” ujar Nonita.
Foto: Dok. Purana
Nonita mengandalkan bahan Cuprammonium Rayon (cupro) dari label Jepang Bemberg. Hasilnya, busana terasa seperti silk namun tidak dibuat dari ulat sutera.
Bahan lain yang dipakai Purana untuk koleksi ini termasuk organza tapi semuanya dari serat alami. Keragaman material dalam satu koleksi ini pun memberi ruang untuk layering.
Misalnya antara batik dengan organza, sehingga tercipta dimensi baru untuk keseluruhan koleksi.
Presentasi Purana di Durban menjadi penampilan ke dua di Afrika Selatan, setelah sebelumnya tampil di acara Made in Indonesia: A Wonderful Journey to Indonesian Fashion yang diselenggarakan konsulat Indonesia di Cape Town, September lalu.
Foto: Dok. Purana
Dr. Matshediso Joy Ndlovu, interim managing director KZN Fashion Council, menyebutkan bahwa Purana adalah satu-satunya label busana konvensional dari Asia yang akan tampil di AFX, selain label busana muslim NurZahra kreasi Windri Widiesta Dhari yang juga dari Indonesia.
" Setelah melihat karyanya, kami tertarik. Purana kontemporer, segar dan ‘berbicara’ kepada posisi kami saat ini,” jelas Dr. Joy.
Foto: Dok. Purana
Selain memamerkan koleksi, Nonita juga akan menjadi pemicara di sebuah diskusi panel untuk membahas pengaruh kearifan lokal, budaya dan kain buatan tangan terhadap fashion, serta bagaimana menginfusinya ke dalam fashion.
Dream - Perancang busana Yudhistira akan memamerkan karyanya di ajang Festival Indonesia yang digelar di Australia pada 25 Oktober mendatang.
Diketahui, ia akan membawa koleksi teranyar dari seri Gayatri Vol. III bertajuk 'Shade of Baduy'.
Jika sebelumnya Yudhistira bermain dengan batik, kali ini ia menyajikan keindahan tenun Baduy yang didominasi warna gelap dan motif bergaris.
" Tenun Baduy adalah kain yang sangat indah, simpel, elegan tapi punya makna budaya sangat tinggi khususnya di daerah Banten, yaitu kemurnian dalam kehidupan yang apa adanya tanpa memikirkan kehidupan luar," ujar Yudhistira di Jakarta, Kamis, 17 Oktober 2019.
Sebanyak 20 busana wanita dikreasikan dengan gaya edgy tanpa meninggalkan sisi etnik. Kombinasi tenun dan bahan modern seperti jacquard, satin dan organza menampilkan kesan glamor ketika dipakai.
Yudhistira bermain dengan ornamen bordir, beading dan manik-manik sebagai unsur tradisional. Tak hanya cantik, busana memiliki nilai versatility untuk diterapkan sebagai daily wear.
Terlihat dari potongan minimalis untuk berbagai piece seperti sport jacket, celana palazzo dan gaun diva beraksen cape. Kombinasi warna hitam dan marun membuat busana tampak seperti baju adat suku Baduy yang memiliki warna serupa.
" Keindahan kain tradisional ini tidak hanya menampilkan warna dan motif cantik tetapi juga sarat akan nilai dan makna kearifan lokal," imbuhnya.
Menggandeng Nefertiti Paris, eksotisme suku Baduy diperkuat dengan gaya riasan etnik. Warna-warna gelap dipoles untuk menciptakan kesan dramatis pada bagian mata dan bibir.
" Kami ciptakan kesan gothic atau dramatic dari kombinasi tiga warna lipcream matte yang di-ombre. Sedangkan untuk mata kita pakai eyeshadow warna brown dan hitam sehingga simpel namun tetap menonjol," papar Wilindia, makeup artist Nefertiti Paris.
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
9 Kalimat Pengganti “Tidak Apa-Apa” yang Lebih Hangat dan Empatik Saat Menenangkan Orang Lain
PT Taisho Luncurkan Counterpain Medicated Plaster, Inovasi Baru untuk Atasi Nyeri Otot dan Sendi
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Hasil Foto Paspor Shandy Aulia Pakai Makeup Artist Dikritik, Pihak Imigrasi Beri Penjelasan
Zaskia Mecca Kritik Acara Tanya Jawab di Kajian, Seperti Membuka Aib