Foto: Instagram.com/jakartafashionhub
Dream - Konsep Sustainable Fashion atau Sustainable Clothing tengah gencar digaungkan beberapa brand atau fashion designer Indonesia. Mulai dari mendaur ulang pakaian lama, hingga menggunakan material yang ramah lingkungan.
Sustainable fashion sendiri merupakan suatu gerakan yang menuntut agar industri tekstil lebih mementingkan lingkungan serta masyarakat saat memproduksinya.
Tujuannya, untuk memiliki sistem yang tidak meninggalkan jejak negatif di ekosistem. Menurut First Insight, 62 persen Gen Z lebih tertarik membeli dari brand yang sustainable. Generasi yang akan segera memasuki dunia kerja ini akan memiliki peran penting di industri fashion ke depannya.
Mengapa brand fashion harus peduli tentang hal ini? Selain demi beradaptasi dengan zaman, konsep sustainable fashion juga sangat bermanfaat baik untuk pekerja, iklim, lingkungan, serta masa depan.
Maka dari itu, para desainer Indonesia berlomba-lomba membuat karya yang sustainable.
View this post on Instagram
Jakarta Fashion Hub (JFH) yang digagas Asia Pacific Rayon sebagai community space bagi para fashion industry stakeholders, dan menjadi sentra eksplorasi dan konsultasi bagi penggemar viscose rayon, kembali menggelar JFH Webinar mengenai Sustainable Fashion, Jum'at 29 Oktober 2021.
Di acara itu, menghadirkan founder brand eco-friendly yang memiliki konsep sustainable clothing dari Indonesia, Shari Semesta dari Imaji Studio dan Hetty Awi dari 3Mongkis sebagai narasumber.
Bersama Lyris Alvina, Shari Semesta memulai Imaji Studio sejak akhir 2015 berdasar konsep ethical, fair trading serta ramah lingkungan, ide tersebut memotivasi duo ini memulai clothing line.
Semua produk Imaji Studio menggunakan kain tenun berbahan serat alami buatan tangan pengrajin Indonesia serta pewarna kain yang berasal dari bahan-bahan ramah lingkungan.
Shari mengaku kenapa ia membuat clothing line ini karena suka berbelanja namun merasa lokal brand belum bisa memenuhinya.
" Easy to wear everyday, that's what i want, pas awal bikin Imaji Studio," kata Shari.
Menurut Shari dalam menerapkan sustainable fashion, Ia memiliki empat pilar untuk menjaga spirit sustainability. Empat pilar tersebut merupakan Environment, Society, Economy, dan Lifestyle.
“ Sustainable is the future, kata sustainable ini muncul lagi karena, the fact that this younger generation juga belajar mistakes from the older generation dan arising solution untuk problem yang kita hadapi,” kata Shari.
Hetty Awi, founder brand 3Mongkis mengawali kariernya di industri fashion, salah satu visi yang dimiliki ialah turut mengambil gerakan sustainable fashion. Brand ini percaya bahwa setiap langkah kecil dapat membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.
“ Bagaimanapun penggunaan bahan itu nomor satu, lebih banyak menggunakan cotton, rayon, menggunakan bahan-bahan yang lebih gampang di daur ulang, yang kedua itu bagaimana saat pembuatan antara pola dan bahan waste-nya tidak terlalu banyak. Yang ketiga dari kualitas, bagaimana bahan itu dan produk ini bisa digunakan everlasting dan dapat digunakan di berbagai season dan terakhir bisa dipadu padankan dengan next fashion,” kata Hetty.
Hetty kemudian menambahkan, ia ingin membuat produknya tahan lama dan tidak merusak lingkungan.
Head of Marketing & Communications Asia Pacific Rayon (APR), Sheila Rahmat juga menambahkan bahwa dalam proses sustainable fashion ini APR memiliki peran penting dalam pelaksanaannya, dimulai dari pemilihan bahan baku yang digunakan, proses yang mendapatkan sertifikasi internasional hingga memperhatikan aspek sosial dan ekonomi.
Sustainable fashion menjadi sangat penting karena berkaitan dengan manusia. Menjadi masa depan juga bagi generasi selanjutnya dan demi bumi tercinta.
Biasanya, brand yang sudah melangkah ke arah sustainable fashion, harganya akan sedikit lebih mahal. Harga yang lebih tinggi ini seimbang dengan lebih minimnya kerusakan brand terhadap lingkungan. (mut)
Laporan: Syifa Putri Naomi
Dream - Pandemi Covid-19 sudah berlangsung hampir dua tahun telah mengubah kebiasaan masyarakat. Semua orang dipaksa untuk membatasi aktivitas di luar rumah dan disarankan untuk bertransaksi secara daring.
Dampak dari kondisi ini paling terasa adalah daya beli yang turun. Hal ini memaksa pebisnis membuat inovasi baru agar mampu bertahan di masa pandemi.
Hampir semua sektor usaha mengalami tekanan akibat berkurangnya mobilitas masyarakat. Termasuk industri retail fashion syar'i, Si.Se.Sa.
“ Pandemi pastinya menjadi tantangan untuk kami. Tapi berkat rahmat Allah kita dimudahkan, yang penting terus berkarya dan tetap kreatif,” ujar Founder of Si.Se.Sa, Merry Pramono, pada peresmian butik terbaru Si.Se.Sa di Jakarta Selatan, Sabtu, 23 Oktober 2021.
Memilih untuk tak menyerah, Si.Se.Sa mengeksplorasi peluang dan strategi untuk beradaptasi dengan pandemi ini. Ternyata, langkah tersebut menjadi kunci Si.Se.Sa mampu tetap berdiri.
“ Kunci dalam kondisi pandemi seperti adalah kreativitas, adaptasi kunci untuk terus bertahan bahkan unggul dalam persaingan. Kami tidak berhenti mengeluarkan kreativitas dan koleksi kami di masa pandemi,” kata Merry.
Mampu tetap eksis di masa pandemi, Si.se.sa kembali membuka butik di kawasan Jakarta Selatan. Pada kesempatan ini, Si.Se.Sa juga meluncurkan 55 rancangan busana premium terbarunya.
“ Tidak ada kata berhenti atau putus asa dalam berkarya, termasuk dalam situasi pandemi dengan segala keterbatasannya, yang justru kian memicu Si.Se.Sa untuk tetap dapat memberikan pengalaman berbusana secara syar’i dengan tetap fashionable, nyaman dan elegan,” ungkap Merry.
Pada grand opening ini, Si.Se.Sa meluncurkan beberapa sequences terbaru. Di antaranya home dress, sport, man, abaya dan French Khimar.