© MEN
Dream - Kondisi lockdown akibat Covid-19 mempengaruhi berbagai aspek kehidupan banyak orang di seluruh dunia. Pembatasan aktivitas masyarakat secara ketat ini bukan hanya mempengaruhi aspek ekonomi, namun juga psikis warganya.
Dalam sebuah jurnal JAMA Psychiatry yang diterbitkan 3 Juni lalu mengungkapkan bahwa penyebab angka kematian selain karena penyakit adalah angka bunuh diri. Banyak orang yang melakukan bunuh diri karena takut akan infeksi, kurangnya kebebasan, kesepian, kelelahan, kelaparan, kehilangan mata pencaharian hingga penolakan perawatan medis.
Lockdown yang sempat dilakukan di berbagai negara sangat terasa dampaknya bagi masyarakat kelas bawah, seperti buruh, petani, dan pekerja harian.
Pemberlakuan lockdown yang mendadak membuat banyak pihak kehilangan sumber mata pencaharian. Meski begitu, para pengusaha dan pekerja tingkat menengah hingga atas pun tetatp ikut terguncang akibat pandemi ini.
Melansir dari Boldsky, berikut beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang memutuskan bunuh diri akibat kondisi pandemi saat ini.
Penyebab pertama seseorang bunuh diri di tengah pandemi covid-19 adalah karena tekanan ekonomi. Tekanan ekonomi bisa berupa banyaknya bisnis yang tutup,pembatalan acara, penurunan tingkat konsumsi publik, dan penguncian layanan ekspor-impor.
Pandemi membuat banyak bisnis menghadapi kesulitan, sehingga terpaksa membuat para karyawan dirumahkan, atau dipotong gajinya.
Penurunan pasar saham juga telah mengakibatkan penurunan dana pensiun atau dana lain yang menyebabkan tingginya tingkat bunuh diri selama periode ini.
Penyebab selanjutnya yang membuat orang memutuskan bunuh diri di tengah pandemi adalah penurunan tingkat aktifitas keagamaan selama pandemi.
Selama pandemi, kegiatan beribadah yang biasanya dilakukan di tempat umum, seperti masjid, gereja dan tempat ibadah lainnya jadi tertunda, Akibatnya orang pun jadi lebih jarang melakukan ibadah.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Suicide Life Threat behaviour, orang yang terlibat dalam kegiatan keagamaan memiliki risiko bunuh diri yang lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tidak terlibat. Sebuah hipotesis juga mengatakan bahwa kepercayaan seseorang pada suatu agama akan memberikan perlindungan terhadap perilaku bunuh diri karena adanya dukungan sosial.
Kondisi yang juga ikut mempengaruhi tingkat bunuh diri seseorang adalah isolasi sosial. Jarak sosial yang diciptakan akibat pandemi telah menimbulkan banyak kecemasan pada orang-orang di seluruh dunia. Orang dengan kondisi mental seperti depresi dan orang dewasa yang lebih tua lebih rentan terhadap bunuh diri atau pikiran untuk bunuh diri.
Lockdown telah mengganggu kehidupan sosial normal orang-orang dan menimbulkan ketakutan psikologis pada mereka. Informasi mengenai peningkatan angka kematian karena Covid-19 di berbagai platform media sosial juga akan memperburuk tekanan mental pada orang lain. Jika semakin parah, hal ini akan membuat mereka cenderung mengambil langkah bunuh diri.
Dengan kondisi pandemi saat ini, tingkat infeksi dan kematian akibat covid-19 pun semakin meningkat. Tak ayal, kondisi ini menyebabkan berbagai rumah sakit dipadati pasien. Akibatnya, banyak janji konsultasi kesehatan dan terapi reguler dibatalkan karena keterbatasan mobilitas atau pengalihan ahli medis terhadap pasien COVID-19.
Berkurangnya akses ke perawatan kesehatan mental menjadi penghalang bagi mereka yang membutuhkan perawatan lebih lanjut. Hal ini pun membuat pasien mengarah ke hal-hal negatif, termasuk bunuh diri.
Sebelumnya, WHO telah mempublikasikan bahwa orang tua dan orang dengan riwayat medis cenderung lebih rentan terhadap infeksi COVID-19. Pernyataan tersebut membuat rasa takut dan kecemasan pada orang dengan COVID-19 meningkat.
Para pasien berpikir bahwa Covid-19 akan mempersulit kesehatan mereka dan akan menyebabkan mereka segera mati. Pikiran putus asa dan menganggap diri sendiri tidak berharga telah menyebabkan timbulnya gejala depresi, sehingga meningkatkan pikiran bunuh diri di banyak orang.
Untuk mencegah timbulnya keinginan bunuh diri ada beberapa hal yang bisa dilakukan, yakni:
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik