Ilustrasi
Dream - Kondisi pandemi membuat kita harus banyak melakukan adaptasi secara cepat. Mulai dari pekerjaan, hubungan pribadi, pendidikan anak-anak dan segala aspek. Hal ini tak dipungkiri sangat memicu stres bahkan depresi.
Mereka yang tampak tegar, bahagia dan tersenyum belum tentu dalam kondisi psikologis yang stabil. Bisa jadi aspek emosi dan psikologisnya dalam titik terendah. Menjaga kesehatan mental sangat penting dalam situasi sekarang.
Jiemi Ardian, psikiater yang praktik di RS Siloam Bogor, mengingatkan kalau ada kondisi yang memang membuat seseorang butuh bantuan profesional. Tak bisa mengatasi masalah mental dan psikologisnya sendirian.
" Kita semua mengalami stres, kecemasan, perubahan suasana hati dan bentuk tekanan emosional lainnya pada satu titik atau lainnya dalam hidup kita. Seringkali kita dapat bangkit kembali pada akhirnya. Namun terkadang kita mungkin membutuhkan bantuan untuk melakukannya," tulis Jiemi dalam akun Instagram resminya @jiemiardian.
1. Kesulitan meregulasi emosi
Jika beragam emosi misalnya takut, sedih, marah, bersalah dan sebagainya menjadi terlalu kuat dan mengambil hidupmu.
2. Produktivitas berkurang
Jika performa di kantor atau dalam pekerjaan berkurang drastis tidak seperti biasanya. Seperti kehilangan motivasi.
3. Adanya keluhan fisik
Jika ada keluhan fisik baik itu perubahan nafsu makan, pola tidur, berat badan, nyeri kepala, sakit perut, sering sakit.
4. Sulit merasa bahagia
Mungkin ada aktivitas yang dulu membuat kita bahagia dan nyaman tapi akhir-akhir ini sudah dirasa tak menyenangkan lagi.
5. Kesulitan dalam berhubungan
Baik kesulitan dalam memulai, mempertahankan atau berada dalam hubungan dengan baik.
Dream - Tantangan untuk hidup sehat menjadi hal nomor satu yang sedang dihadapi semua orang di dunia di masa pandemi Covid-19. Nyatanya, tidak semua orang merespons baik hal tersebut.
Dalam studi yang dilakukan Prudential Corporation Asia dan The Economist Intelligence Unit terungkap masyarakat Asia, termasuk Indonesia, menghadapi dua tantangan di masa pandemi ini.
Studi ini melibatkan 5.000 orang dewasa di 13 pasar di Asia antara bulan Agustus hingga September 2021, termasuk Indonesia. Terungkap jika masalah finansial serta akses ke fasilitas kebugara dan olahraga menjadi dua tantangan terbesar bagi masyarakat dalam upaya meningkatkan kesehatan.
Dalam hal kesiapan menghadapi krisis akibat kondisi medis di masa pandemi, ternyata hanya 29 persen responden dari Indonesia yang mengaku siap menghadapi tantangan tersebut. Angka ini paling rendah dibanding tingkat kesiapan masyarakat di negara Asia lainnya.
Studi yang sama juga mengungkapkan bawah, dibanding negara di Asia lainnya, responden Indonesia tercatat paling banyak merasakan stres akibat Covid-19. Hal ini kemungkinan besar, menurut studi, akibat dari tingginya tingkat penularan per hari serta angka kematian.
Meski tingkat stres tinggi, masyarakat Indonesia justru terdorong untuk hidup lebih sehat.
Tercatat, 42,9 persen responden Indonesia melakukan setidaknya dua upaya untuk meningkatkan kesehatan mereka. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata dari mayoraitas Asia, yakni berkisar 30,9 persen.
Lebih lanjut, hanya 11 persen responden Indonesia yang tidak melakukan upaya apa pun untuk meningkatkan kesehatan di masa pandemi. Angka tersebut juga jauh lebih rendah dibanding rata-rata negara Asia lain sebesar 21,6 persen.
Studi tersebut juga mengungkapkan, peran teknologi digital sangat berpengaruh untuk menjawab tantangan serta kesenjangan kesehatan.
Hasil studi mengungkap, tingkat penggunaan teknologi kesehatan digital pribadi di Indonesia lebih tinggi dibanding negara Asia lain.
Lebih dari setengah (54,3 persen) responden dari Indonesia, terbuka untuk pemanfaataan teknologi. Angka ini lagi-lagi, berada di atas rata-rata tingkat di negara Asia lain yang hanya 43,9 persen.
Dalam data The Pulse of Asia – The Health of Asia Barometer, disebutkan bahwa peran teknologi digital akan semakin besar untuk membantu meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia.
Mayoritas atau 67 persen responden di Indonesia mengatakan bahwa aplikasi kesehatan mobile bermanfaat bagi mereka untuk mendapatkan informasi seputar kesehatan.
Lalu, 68,7 persen responden Indonesia mengatakan bahwa mereka akan menggunakan lebih banyak teknologi kesehatan digital pribadi selama tiga tahun ke depan untuk meningkatkan kesehatan mereka.
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Hasil Foto Paspor Shandy Aulia Pakai Makeup Artist Dikritik, Pihak Imigrasi Beri Penjelasan
Zaskia Mecca Kritik Acara Tanya Jawab di Kajian, Seperti Membuka Aib