Perempuan Afghanistan Memakai Burqa (Foto: Shutterstock)
Dream - Milisi Taliban kini telah menguasai Kabul, Ibu Kota Afghanistan. Dua pejabat pemerintahan di Afghanistan mengungkapkan Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani juga sudah meninggalkan negara tersebut.
Kondisi pengambilalihan kekuasaan ini membuat kepanikan di kalangan warga Afghanistan sendiri, khususnya pada perempuan.
Dilansir dari laman indiatoday.in, kembalinya Taliban membuat perempuan yang berada di Afghanistan memilih untuk kembali mengenakan burqa. Pakaian tradisional ini biasanya digunakan para perempuan di Afghanistan, India Utara, dan Pakistan dengan model yang berbeda-beda.
Serbuah wanita yang kembali memburu burqa membuat harga jual pakaian ini di kota Kabul mengalami lonjakan hingga sepuluh kali lipat.
Selama pemerintahan Taliban sebelumnya, perempuan memang diwajibkan untuk menutupi tubuh dan wajah mereka dengan burqa. Selain itu, mereka dilarang sekolah, bekerja atau meninggalkan rumah tanpa saudata laki-laki.
Namun kabar terbaru seperti dikutip dari Merdeka.com, Juru Bicara Taliban Suhail Shaheen di kantor politik mereka di Doha, Qatar kepada Sky News Inggris, seperti dilansir laman Al Arabiya menegaskan ketentuan penggunaan burqa takkan lagi diwajibkan kepada perempuan Afghanistan.
" Burqa bukan satu-satunya hijab, ada berbagai tipe hijab, tidak hanya burqa saja," katanya. Namun Suhail tak menjelaskan jenis hijab yang bisa diterima Taliban di masa kepemimpinannya saat ini
Mengutip dari CNN, seorang perempuan di Kabul mengatakan bahwa rumahnya hanya memiliki satu atau dua burqa yang dipakai oleh ia, saudara perempuan, dan ibunya.
" Jika kami tidak memiliki burqa, kami harus mendapatkan sprei atau sesuatu untuk membuatnya menjadi syal yang lebih besar," kata perempuan tersebut.
Baru-baru ini, Taliban menyatakan bahwa mereka membuka akses pendidikan pada para perempuan di negara tersebut. Namun, kelompak pejuang hak asasi mengungkapkan aturan yang diterapkan bervariasi dan tergantung pada pemimpin lokal serta masyarakat itu sendiri.
Seorang perempuan berusia 25, yang saat ini bekerja untuk LSM lokal di Herat, Afghanistan mengaku tak meninggalkan rumah selama beberapa minggu karena perang yang terjadi.
Saat ia berbicara dengan warga lain, ia juga mendapati fakta bahwa hanya sedikit perempuan yang berkeliaran di jalan, bahkan dokter wanita memilih untuk berada di rumah hingga situasi yang lebih jelas.
Di masa kekuasaan Taliban pada 1996-2001, perempuan tidak boleh bersekolah, bepergian dan bekerja, dan mereka diwajibkan memakai burqa di tempat umum.
Selain soal pakaian, sejumlah negara dan kelompok pembela hak asasi menyoroti nasib perempuan dalam hal pendidikan di Afghanistan yang kini dikuasai Taliban.
Shaheen meyakinkan perempuan bisa mendapatkan pendidikan dari mulai jenjang pendidikan dasar hingga tinggi.
" Kami sudah mengumumkan kebijakan ini dalam konferensi internasional, konferensi Moskow dan di sini di Doha," kata Shaheen.
Dream - Zarifa Ghafari, wali kota perempuan pertama di Afghanistan pasrah dengan nasibnya setelah kaum milisi Taliban menguasi kembali negaranya. Sang gubernur yang terjun ke dunia politik di usia 26 ini telah siap kehilangan nyawanya ketika sewaktu-waktu ditangkap Taliban.
Menurut Ghafari, kebebasan perempuan mulai terancam sejak Taliban mengusai Kabul. Dia menegaskan takkan lari dari negaranya jika sewaktu-waktu penguasa baru Afghanistan tersebut mendatangi rumahnya.
Kabur dari Afghanistan, Ashraf Ghani Bawa 4 Mobil & Helikopter, Semua Penuh Uang
" Saya duduk di sini menunggu mereka untuk datang. Tidak ada seorang pun yang datang membantu saya atau keluarga saya. Saya hanya duduk bersama keluarga saya dan suami saya. Dan mereka akan mendatangi orang-orang seperti saya dan membunuh saya," tuturnya, dikutip dari New York Times, Rabu 18 Agustus 2021.
Ghafari mengungkapkan tidak bisa pergi dari Afghanistan dan meninggalkan keluarganya menghadapi kemungkinan serbuan Taliban. Lagipula, dia tidak tahu akan pergi ke mana jika kelompok tersebut benar-benar sudah menguasai negaranya.
" Saya tidak bisa meninggalkan keluarga saya. Dan lagipula, ke mana saya akan pergi?" ujarnya.
Tiga minggu lalu, Ghafari masih sangat optimistis dengan masa depan negaranya. Keyakinan ini dikarenakan kepedulian generasi mudanya yang selalu besar terhadap keadaan negaranya.
" Generasi muda di negara ini sangat peduli dengan apa yang tengah terjadi. Mereka memiliki sosial media. Mereka saling berkomunikasi. Saya rasa mereka akan terus berjuang melewati ini dan memperebutkan hak kami. Saya yakin akan ada masa depan untuk negara ini," tutur Ghafari mengutip laman New York Post
Cara Taliban Nikmati Hidup Usai Kuasai Kabul: Es Krim, Bombom Car, Gym
Walikota termuda di Afghanistan itu diketahui selamat dari percobaan pembunuhan yang dilakukan Taliban pada November lalu. Namun sayang, sang ayah, Gen Abdul Wasi Ghafari tak selamat saat kejadian tersebut.
Ayah Zarifa, Jenderal Abdul Wasi Ghafari, tewas ditembak pada 15 November tahun lalu. Hingga saat ini, alasan pembunuhan tokoh penting di militer Afghanistan itu belum juga terkuak.
Jenderal Ghafari sendiri terbunuh 20 hari usai Zarifa mengalami percobaan pembunuhan. Wanita itu sudah tiga kali mengalami percobaan pembunuhan akibat dinilai terlalu kritis, terutama pada kelompok Taliban, tetapi selalu gagal.
Mengutip laman Inews.co.uk. Zarifa mendapat kepercayaan untuk membantu Kementerian Pertahanan Afghanistan di Kabul. Dia bertanggung jawab pada kesejahteraan tentara dan masyarakat yang menjadi korban serangan teror.
" Orang-orang muda sadar akan apa yang terjadi. Mereka memiliki media sosial. Mereka berkomunikasi. Saya pikir mereka akan terus berjuang untuk kemajuan dan hak-hak kami. Saya pikir ada masa depan untuk negara ini," ujar Zarifa tiga pekan sebelum Kabul dikuasai Taliban.
Ngeri, Mayat Warga Afghanistan Ditemukan Terjepit di Roda Pesawat Militer AS
Saat ibu kota jatuh, pejabat senior pemerintah telah melarikan diri. Tapi Zarifa dan orang-orang seperti dia tidak punya tempat untuk bersembunyi.
" Kami berpikir bahwa Kabul tidak akan jatuh ke tangan Taliban," kata seorang anggota Parlemen Afghanistan, Farzana Kochai.
Farzana mengatakan puluhan ribu keluarga melarikan diri ke Kabul sekarang terlantar dan tinggal di jalan-jalan dan taman. Jika kekuasaan dialihkan dari pemerintah ke pemberontak, keluarga-keluarga itu harus kembali ke rumah mereka dan hidup di bawah kekuasaan Taliban.
Ghafari merupakan politikus perempuan yang pertama kali menjadi wali kota di Afghanistan, tepatnya di Maidan Shahr. Dia didaulat menjadi wali kota pada tahun 2018 lalu.
Gubernur Bank Central Afghanistan Kabur hanya Bawa Pakaian yang Melekat di Badan
Zarifa Ghafari menulis sejarah pertama sebagai politikus perempuan dan termuda yang pernah menjadi wali kota di Afghanistan.
Dalam kampanyenya, Ghafari berjanji untuk memperjuangkan hak-hak perempuan di Afghanistan. Namun resiko dari pekerjaannya, diketahui dirinya selalu mendapat ancama dari Taliban ataupun ISIS.
(Sah/Ahmad Baiquni)
Cara Beriman kepada Kitab-Kitab Sebelum Al-Quran, Ketahui Juga Setiap Ajaran di Dalamnya
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
20 Foto Lawas Artis Saat Masih SD, Nagita Slavina Bule Banget, Disebut Rafathar Versi Cewek!
5 Kandungan Skincare Pengganti Retinol yang Lebih Ramah untuk Kulit Sensitif