JFW (2): "Tren Busana Muslimah Semakin Berkembang Signifikan"

Reporter : Ramdania
Senin, 3 November 2014 19:19
JFW (2):
Wawancara Ketua Panitia Jakarta Fashion Week 2015 sekaligus CEO Femina Group, Svida Alisjahbana.

Dream - Pagelaran Jakarta Fashion Week 2015 tak bisa dilepaskan dari tangan dingin Svida Alisjahbana. Ia menjabat sebagai Presiden Direktur atau Chief Executive Officer (CEO) Femina Group, sebuah perusahaan keluarga yang awalnya bergerak di bidang media, yang kemudian juga berkembang dan menggarap bisnis lainnya.

Svida adalah putri dari Sofyan Alisjahbana dan Pia Alisjahbana, pasangan pendiri Femina Group. Ia juga  merupakan cucu dari sastrawan dan budayawan ternama, Sutan Takdir Alisjahbana.

CEO perempuan di bisnis media ini mengurusi 15 belas media cetak dan online dengan berbagai segmen, pembaca, dan pasar. Baginya, bisnis media merupakan dunia yang akrab dengan dirinya sejak masih kecil. Awalnya, setelah menamatkan kuliah di University of Michigan, jurusan Matematika dan Ekonomi dan Columbia University, New York, jurusan Master of Business Administration, Svida sempat bekerja di luar non media tapi passion bisnis media keluarganya telah menariknya masuk ke bisnis tersebut. Maka sejak delapan tahun silam, Svida “ bekerja” di Grup Femina dan sejak tahun 2009, dirinya ditunjuk sebagai CEO.

Meski mewarisi semua bisnis keluarga, tetapi hal itu tidak menjadikan segalanya mudah bagi ibu dari si kembar Jyotindra Idris dan Girindra Indris. Menurutnya, pertumbuhan media sejak reformasi 1998, sangat pesat, termasuk serbuan media-media asing yang terbit di Indonesia melalui lisensi. Akibat pertumbuhan cepat itu sementara para pembacanya juga tidak banyak bertambah, persaingan di bisnis media pun semakin sengit.

Kini, Svida pun turut mengambangkan dunia fashion tanah air dengan berkontribusi sebagai Ketua Panitia Jakarta Fashion Week di mana Femina pun menjadi mitra ajang tahunan tersebut.

Seperti dikutip dari situs jakartafashionweek.co.id, perempuan kelahiran Jakarta 23 Desember 1964 masuk dalam daftar The Business of Fashion (BoF) 500, yakni daftar orang-orang yang dinilai berhasil membentuk industri fashion global selama 2014 versi media digital The Business of Fashion.

Svida menempati posisi di kategori Catalyst. Dalam kategori Catalyst, istri dari Ade Idris ini merupakan satu dari 46 tokoh dari berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Prancis, Inggris dan Italia. Penghargaan ini menjadi catatan penting pada sejarah fashion Indonesia dalam mewujudkan visi Indonesia menjadi pusat mode di Asia.

The Business of Fashion menempatkan Svida dalam BoF 500 karena perannya yang sangat vital dalam mendukung desainer-desainer muda Indonesia semakin dikenal di pasar internasional. Dua program yang lahir dari buah pemikiran dan kerja kerasnya adalah Jakarta Fashion Week dan Indonesia Fashion Forward.

Memasuki pagelaran ketujuh, Jakarta Fashion Week kini telah dikenal menjadi fashion week terbesar di Asia Tenggara dan kian diperhitungkan di komunitas fashion Asia dan Eropa. Tak hanya mengedepankan karya-karya fashion terbaik dari dalam negeri, Jakarta Fashion Week selalu menampilkan karya para desainer dari berbagai negara dan organisasi fashion dunia, seperti India, Australia, Jepang, Inggris dan Belanda. Kepercayaan buyers dari department store kelas dunia pun terus meningkat untuk menghadiri pesta mode terbesar di Indonesia ini.

Di bawah arahan Svida, pogram Indonesia Fashion Forward yang memiliki tujuan mempersiapkan para desainer lokal untuk menembus pasar internasional juga mencatatkan prestasi luar biasa. Setelah keberhasilan Major Minor, label jebolan Indonesia Fashion Forward 2012, menembus department store terkemuka Harvey Nichols di Eropa, program ini secara aktif memberi kesempatan kepada para desainer Indonesia untuk tampil di runway fashion week bergengsi, seperti Tokyo Fashion Week, Paris Fashion Week, dan Seoul Fashion Week. Kesempatan ini juga dibuka untuk para desainer muslim.

Berikut petikan wawancara entrepreneur wanita handal itu dengan reporter Dream.co id, Kusmiyati menjelang even fashion terbesar di Jakarta itu.

Bisa dijelaskan, alasan digelarnya Jakarta Fashion Week (JFW) 2015?
Melihat perkembangan dunia fesyen Indonesia begitu signikan dan menurut kami layak untuk menembus pasaran dunia, sehingga kami berusaha menjembatani para desainer lokal baik busana muslimah maupun ready to wear untuk ikut bersaing di pasar dunia. JFW ini sebagai pintu gerbang para desainer mengenalkan kreativitas yang dimiliki selama ini, kami juga ingin menyamaratakan pemahaman soal fesyen baik di dalam dan luar negeri.

Di Indonesia itu industri kreatif sangatlah banyak, pusat garmen dan industri tekstil begitu melimpah, para pelaku industri pun memiliki bakat yang luar biasa untuk itu kami menjembatani mereka untuk semakin mengembangkan. Sayang bila dari banyaknya bibit fesyen ini namun tidak ada wadahnya. Untuk itu JFW hadir.

Ini sudah jadi JFW ketujuh yang diselenggarakan Femina, apa resepnya bisa bernafas panjang dan bisa diselenggarakan setiap tahun?
Resepnya kerjasama dan dukungan yang sangat baik dari semua lini baik dari desainer, sponsor, kementerian dan juga para pecinta fesyen. Tidak dipungkiri fesyen adalah bagian dari gaya hidup sehingga ajang seperti ini menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu. Terlebih ini pekan mode terbesar di Asia Tenggara.

Kami mengajak para desainer internasional sebagai tujuan juga memperkenalkan karya anak bangsa. Dan ternyata mereka sangat tertarik bahkan ada yang ingin berkolaborasi dalam koleksinya. Kami mengundang beberapa negara di antaranya Inggris dan Jepang. Kami juga percaya dengan mengajak mereka maka pemberitaan soal fesyen Indonesia ikut tersebar karena banyaknya reporter atau pecinta fesyen luar yang mengunduh foto dan cerita soal desainer Indonesia di JFW.

Kalau boleh tahu, berapa biaya yang dikeluarkan, dan apakah biaya pagelaran ini bisa tertutupi oleh iklan?
Sepertinya tidak etis bila saya menyebutkan angka. Tapi kami bersyukur dan berterima kasih atas dukungan semua sponsor dan para desainer serta kementerian. Berkat kerjasama yang terjalin begitu baik JFW bisa berjalan hingga tahun ke 7.

Seberapa positif sambutan pasar terhadap pagelaran ini?
Sangat-sangat positif. Terbukti setiap acara selalu mendapat apresiasi tinggi dengan banyaknya pecinta fesyen yang datang dari semua kalangan. Acara ini bisa dibilang jadi yang ditunggu-tunggu para desainer dan pecinta fesyen. Pasar dunia pun makin ke sini mulai melirik koleksi dari desainer Indonesia. Terbukti banyak desainer yang mengaku mereka semakin kebanjiran pesanan.

Dalam beberapa pagelaran JFW, termasuk JFW 2015, desainer muslim juga turut mendapat tempat, bisa dijelaskan alasannya?
Tren busana muslimah Indonesia semakin berkembang siginifikan. Kami sangat senang bisa berkontribusi dalam kesuksesan mereka menembus pasaran dunia. Kami rasa mereka memang layak disandingkan dengan para desainer internasional. Kita lihat para pecinta fesyen busana muslimah pun semakin banyak, dan memiliki tempat tersendiri di hati. Kita juga melihat pasaran dunia, modest fashion atau busana muslimah semakin banyak peminatnya. Kebetulan Indonesia memiliki desainer yang tingkat kreativitasnya begitu tinggi. Mereka menciptakan karya-karya yang luar biasa. Setiap tahun mereka mengalami perkembangan. Awalnya mereka masih tidak konsisten soal ukuran yang tidak berstandar internasional, seperti perubahan ukuran baju yang S.M.L tiap di dua tahun pertama selalu berbeda, namun makin ke sini mereka belajar dengan baik dari pengalaman sehingga mereka kini sudah memiliki standar yang sama dengan desainer luar negeri.

Sejak kapan desainer muslim dilibatkan dalam JFW, apakah sejak JFW yang pertama?
Kami melibatkan tidak di JFW pertama. Kami mulai dari sekitar 2012 di dalam Indonesia Fashion Forward program. Kami melihat potensi desainer busana muslimah sangatlah baik untuk itu kenapa tidak kami merangkul mereka untuk semakin mengembangkan sayapnya ke dunia internasional. Dan empat tahun belakangan ini industri fashion busana muslimah dunia mulai melirik Indonesia.

Menurut anda, apakah pasar bagi busana muslim masih terbuka lebar?
Sangatlah lebar. Kita lihat di dunia modest fashion yang pemasarannya terbatas sedang menjadi pembicaraan hangat. Tidak dipungkiri mereka memiliki kans untuk menembus pasar  dunia. Modest fashion sedang in tidak hanya di Indonesia melainkan dunia. Pasarnya begitu banyak, sehingga ini kesempatan para desainer modest fashion unjuk gigi.

Apakah busana muslim masih menguntungkan secara bisnis?
Sudah pasti iya. Karena itu pasarnya banyak dan luas serta memiliki tempat tersendiri di hati pecinta fesyen tidak hanya yang berhijab. Karena semakin ke sini para desainer modest fashion desain mereka tidak hanya bisa dipakai wanita berhijab namun juga untuk yang tidak berhijab. Mereka melirik dan ingin tampil keren dengan busana yang mereka pakai. Pasarnya ada, jadi keuntungan bisnis pun bisa didapat. Mereka yang biasanya hanya menerima pesanan mungkin puluhan, kini sudah bisa memproduksi ratusan bahan ribuan koleksi.

Apakah desainer muslim punya masa depan cerah di negara berpenduduk mayoritas muslim seperti Indonesia?
Sangatlah cerah. Lagi-lagi saya katakan kalau pasarnya itu ada jadi tidak perlu khawatir. Terlebih dunia mulai tertarik dengan modest fashion yang semakin keren dan berkembang baik.

Siapa saja desainer muslim yang potensial menurut anda?
Semua desainer memiliki karakter kuat masing-masing. Semuanya berpotensial untuk menembus pasaran dunia. Etu by Restu Anggraeni, Norma Hauri, NurZahra, Jenahara, Dian Pelangi, Itang Yunaz semuanya memiliki potensial. Karakter mereka berbeda-beda dan memiliki pasarannya tersendiri.

Apakah JFW punya peran signifikan untuk menguatkan gaung desainer muslim Indonesia?
Kami mengawasi dan mendorong mereka untuk semakin menguatkan karakter. Di program Indonesia Fashion Forward, kami memiliki British Council, konsultan desain internasional yang membantu para desainer untuk mengembangkan potensinya. Alasan kami menggandeng desainer internasional merupakan salah satu cara kami memperkenalkan desainer Indoensia. Dan dengan acara ini banyak reporter dari berbagai negara yang ikut meliput sehingga ini jadi pintu gerbang menuju pasaran dunia. Mereka melihat dan mengamati kemajuan fesyen Indonesia.

Kalau Anda diminta masukan soal desain, apa yang akan anda berikan masukan pada desainer muslim kita khususnya jika mereka mau go internasional?
Masukan saya hanya satu: percayalah dengan apa yang kamu miliki. Kembangkan potensi yang ada. Kuatkan karakter desainnya, dan lihat keinginan pasar.

Apa yang harus mereka tingkatkan?
Kreatifitas yang harus terus dikembangkan, jangan stuck di satu model melainkan gali terus potensi diri. Harus semakin menguatkan karakter, tetap ada benang merahnya sehingga pasar pun tahu karakter mereka seperti apa.

Pertanyaan terakhir, sampai kapan JFW digelar?
Semoga sampai terus, terus, dan seterusnya, karena dunia fesyen tidak pernah ada matinya. (eh)

Beri Komentar