`Perang` Barat, Timur dan Hijab di Runway JFW

Reporter : Kusmiyati
Rabu, 5 November 2014 12:02
`Perang` Barat, Timur dan Hijab di Runway JFW
JFW juga merangkul pusat kebudayaan empat negara sahabat yang ada di Indonesia, bersatu di atas lantai catwalk.

Dream - Jakarta Fashion Week sudah memasuki tahun ketujuh. Pesta mode terbesar di Asia Tenggara ini berubah menjadi seperti ajang 'perang' busana barat dan timur. Kreativitas 220 desainer membuat pengunjung terkagum-kagum.

JFW juga merangkul pusat kebudayaan empat negara sahabat yang ada di Indonesia, bersatu di atas lantai catwalk. Keempatnya yakni Korean Cultural Center, Japan Foundation, Erasmus Huis, dan British Council.

Seperti apa perang barat dan timur di empat hari berjalannya JFW? Dari barat, ada suguhan menarik dari British Council yang menghadirkan desainer kondang favorit Lady Gaga dan Zandra Rhodes. Adalah Kitty Joseph, yang mengambil tema dari pemandangan studionya di London, Inggris. Dari Barat juga ada persembahan dari desainer Vinora Ng dan Toton.

Sementara dari timur, busana-busana dari Korea dan Jepang masih menjadi idola. Tak kalah favoritnya, busana-busana muslim besutan para perancang hijab kondang Indonesia. Berikut lengkapnya:

(Ism)

1 dari 3 halaman

Hijab

Hijab © Dream

Dream - Karya belasan desainer busana muslimah pun ikut berpartisipasi dalam gelaran fesyen akbar ini. Nama Dian Pelangi, Jenahara, Nurzahrra, Restu Anggraeni dan Norma Moi sudah bukan pertama kalinya ikut serta dalam JFW.

Masing-masing dari mereka menghadirkan koleksi terbaik yang telah dikonsep matang dalam waktu bulanan. Dian Pelangi yang mengusung tema Miss Palembang in New York berhasil merebut hati para pecinta fesyen Tanah Air. Antrean panjang para hijaber terlihat saat gelaran busana Dian.

Jenahara tampil berbeda dari biasanya. Di JFW ini, dirinya berkolaborasi dengan desainer Jepang dan keluar dari zona nyaman bernuansa hitam. Jenahara kini hadir dengan warna-warna cerah seperti kuning, merah dan hijau.

Norma Moi dan Nurzahra hadir dengan koleksi yag terinspirasi dari kerajaan luar negeri. Etu pun tak kalah menarik. Wanita mungil ini menghadirkan karyanya yang terinspirasi dari kipas anyaman pedagang sate. Tak hanya mereka, nama Ria Miranda dan Itang Yunasz dan beberapa nama baru lagi hadir dengan busana muslimah yang cantik nan-elegan. (Ism)

2 dari 3 halaman

Barat

Barat © Dream

Dream - British Council tak hanya menggandeng desainer Indonesia, melainkan mendatangkan Kitty Joseph. Desainer kenamaan Inggris yang menjadi favorit Lady Gaga dan Zandra Rhodes ini mengambil inspirasi pemandangan dari studionya di London.

Menampilkan gaya urban modern, siluet busananya tergolong clean dan sharp. Seperti ciri khasnya selama ini, Kitty tak banyak bermain dengan aplikasi dan cutting. " Saya suka bermain warna di setiap koleksi," kata Kitty.

Aksen motif print dengan teknik post digi yang menjadi signature style-nya ditampilkan untuk membentuk motif warna gradasi. Juga aksen geometris yang menggambarkan bentuk teralis jendela. Secara keseluruhan, kreasinya sangat segar dan memikat mata.

Sementara, Di antara sekian banyak peninggalan kolonial Belanda di Indonesia, tegel atau ubin menjadi pilihan. Erasmus Huis memberi tantangan kepada Vinora Ng dan Toton untuk membangkitkan kembali memori budaya Belanda lewat Revival of Tegel Belanda.

" Dulu, di rumah Opa saya masih pakai tegel Belanda. Motifnya bagus- bagus," kata Vinora Ng. Ia menambahkan, tegel-tegel ini memberi inspirasi pada warna busana ciptaannya, yaitu biru, abu-abu, putih, krem, dan hitam.

Vinora menghadirkan kreasi unik berupa gaun body contour, blazer tanpa lengan, rok bersiluet panjang, dan coat panjang biru. Sementara bagi Toton, tegel Belanda ini sama seperti kebudayaan Indonesia, banyak yang bercampur jadi satu.

Jika biasanya Toton banyak menghadirkan busana hitam dan putih, kali ini ia lebih berani bermain warna. Ia memadukan warna cerah dengan berbagai detail seperti beads, draperi tumpuk, dan motif gambar seperti yang terlihat pada tegel. (Ism)

3 dari 3 halaman

Timur

Timur © Dream

Dream - Kaum muda di penjuru dunia sepertinya telah terhipnotis dengan budaya Korea. Seperti yang terjadi di anak muda Tanah Air. melihat hal ini, label busana Monday to Sunday dan Yosafat Dwi Kurniawan yang didukung Korean Cultural Center mengahdirkan koleksi yang terinspirasi dari gaya khas Korea.

Serial drama terkenal, Coffee Prince, menginspirasi Monday to Sunday untuk menciptakan busana sesuai tren urban Korea. Koleksi busananya mengingatkan pada gaya para pemeran serial tersebut, Yoon Eun-hye, Gong Yoo, Lee Sun-kyun, and Chae Jung-an.

Dengan penuh kreativitas, Monday to Sunday menciptakan palet busana dengan gradasi warna abu-abu, putih dan hitam. Koleksi busananya memiliki siluet simpel, seperti dress panjang sleeveless, kaus, rok panjang, atasan one shoulders.

Menggunakan teknik draping dan memadukan aneka motif yang berbeda dalam satu busana, busananya mirip teknik patchwork terstruktur. Namun jumpsuit kotak-kotak berwarna abu-abu terlihat over ruffles di bagian kakinya.

Sementara itu, Yosafat Dwi Kurniawan terinspirasi film Masquerade yang berlatar belakang kerajaan Joseon. Film yang diperankan oleh Lee Byung-Hun dan Han Hyo-Joo ini juga banyak mengangkat elemen budaya tradisional Korea.

Gaya ini diterjemahkannya dengan aplikasi beads untuk menyambungkan belahan kain di beberapa bagian. Koleksinya meliputi gaun body contour selutut, juga aplikasi cut out dengan tambahan bahan transparan, rok lonceng, dan gaun berpanel.

Sama halnya dengan Korea, wabah mode negeri sakura pun melanda kaum muda Tanah Air. Sentuhan Jepang sangat terasa saat pagelaran busana kolaborasi dua desainer kenamaan Albert Yanuar dan Jenahara. Albert, yang dikenal sebagai desainer luxury ready to wear, memadukan ciri khas busananya dengan anime Jepang. Kreasi ini diberinya tema The Snow Queen.

Lewat busana berwarna cerah, ia menghadirkan nuansa sang ratu salju. Gaun mini dengan detail motif serta paduan warna merah dan putih. Ia juga menampilkan gaun berpotongan simetri, rok pendek, rok panjang bersiluet tinggi dan bersayap.

Yang menarik, ia juga menghadirkan gaya khasnya, transformasi gaun. Potongan rok bawah gaun A-line diubah menjadi blazer dan menyisakan gaun body contour. Sebagai puncaknya, ia menghadirkan sebuah gaun putih yang mirip gaun pengantin.

Gaun ini dilapisi rok tipis lebar yang bisa dilepas dan direka menjadi jubah, layaknya jubah sang ratu. " Dari dulu saya suka anime Jepang yang bisa berubah wujud," kata Albert. " Ini salah satu alasan saya suka membuat busana transformasi," tambahnya.

Gaya khas Jepang lainnya juga dihadirkan desainer Jenahara dalam koleksi busana muslim bertema Insectology. " Saya mengahdirkan hal yang berbeda, out of the box karena biasanya saya hadir dengan koleksi yang serba dark kini di JFW 2015 koleksi saya terinspirasi dari warna cantik serangga," kata Jenahara.

Jenahara memberi ornamen kumbang, kupu-kupu, dan capung sebagai aplikasi busananya. Sayangnya, di beberapa aplikasi terlihat sedikit kusut, karena tak semua bagian dijahitkan ke kain. Meski pun demikian berhasil menampilkan kesan hidup.

Perempuan yang akrab disapa Jehan ini juga membuat gaun lebar yang bermotif layaknya sayap kupu-kupu. Gaunnya dibuat melebar di bagian tangan dan beri " penjepit batas" lengan berbentuk capung di bagian belakangnya. (Ism)

Beri Komentar