Pasang Surut Diplomatik Indonesia dan Amerika

Reporter : Maulana Kautsar
Rabu, 25 Oktober 2017 12:03
Pasang Surut Diplomatik Indonesia dan Amerika
Pelanggaran HAM hingga kasus pembelian Sukhoi, buat Indonesia-AS sempat renggang.

Dream - Suhu hubungan diplomatik Indonesia dan Amerika Serikat memanas. Kondisi ini karena Amerika Serikat melarang Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memasuki wilayahnya pada Minggu, 22 Oktober 2017.

Tak ada alasan pasti mengenai larangan itu. Menteri Luar Negeri Indonesia Retno L Marsudi telah menerima maaf pemerintah Amerika Serikat yang disampaikan Wakil Duta Besar Amerika Serikat Erin Elizabeth McKee pada Senin, 23 Oktober 2017.

Tetapi, Menteri Retno menilai itu belum cukup. Menteri Retno meminta alasan Amerika melarang Gatot terbang ke Amerika Serikat.

Pasang surut hubungan Indonesia-Amerika Serikat telah berlangsung cukup lama. Gangguan kedaulatan hingga kasus pelanggaran HAM menjadi alasan.

Gatot dan Pangab AS Jenderal Joseph F. Dunford Jr.

Go to hell with your aid!” Adalah ucapan keras paling keras dari Presiden Indonesia pertama Soekarno kepada Amerika Serikat. Kalimat itu menjadi salah satu bumbu hubungan Amerika Serikat dan Indonesia yang sedang memanas.

Hubungan Indonesia dan Amerika Serikat semakin memanas setelah masuknya agen Central Intelligence Agency (CIA) yang menyamar menjadi pilot, Allen L Pope, pada Mei 1958. Allen Pope masuk ke dalam gerakan separatis PPRI Permesta dan mengebom pasukan TNI.
Sayang, pesawat B-26 yang ditumpanginya ditembak pesawat Mustang TNI AU.

Diplomasi pembebasan Allen Pope butuh waktu empat tahun. Dibantu Presiden John F Kennedy, mata-mata Amerika Serikat itu berhasil dibebaskan.

Hubungan Indonesia-Amerika Serikat kembali mesra pasca tragedi G30S 1965. Orde Baru dan masuknya International Monetary Fund (IMF).

Tetapi, gejolak konflik Indonesia-Amerika Serikat kembali muncul saat Negeri Paman Sam itu mengembargo senjata ke Indonesia.

Kondisi ini disebabkan karena kerusuhan di provinsi termuda Indonesia waktu itu, Timor Leste. Pada 12 November 1991 di Dili, Timor Timur terjadi kerusuhan yang mengakibatkan pelanggaran Hak Asasi Manusia oleh TNI.

Pada Maret 1996 embargo senjata kepada Indonesia sempat menyisakan celah. Amerika Serikat pernah manawarkan F-16 kepada Presiden Soeharto. Tetapi, akibat tudingan pelanggaran HAM dari publik Amerika Serikat, pembelian itu dibatalkan.

Soekarno dan J.F Kennedy

Indonesia memilih membeli Sukhoi KI buatan Rusia. Pembelian itu diharapkan dapat menaikkan martabat Indonesia di mata dunia waktu itu.

Tetapi, kondisi ini berdampak lain. Pesawat tempur buatan Amerika Serikat `dikandangkan` karena tak punya suku cadang.

Di 2003, Indonesia kembali membeli satu skuadron Sukhoi buatan Rusia.

Embargo senjata oleh Amerika Serikat secara resmi dibuka pada 2005. Ini karena Amerika Serikat kehilangan `pembeli` pesawat tempur utama.

(ism, Dari berbagai sumber)

Beri Komentar