Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Munculnya dugaan pelecehan seksual kepada sejumlah perempuan di tempat suci menginspirasi seorang aktivis perempuan, Mona Eltahawy membuat gerakan #MosqueMeToo.
Menulis untuk The Washington Post, Eltahawy menyebut gerakan itu sekaligus untuk memberi dukungan kepada muslimah Pakistan bernama Sabica Khan.
" Unggahan Sabica di Facebook pribadinya telah dibagikan sebanyak 2000 kali... Dalam dua hari, cuitan dukunganku untuk dia telah dicuit ulang hingga ratusan kali oleh warga Indonesia, Arab Saudi, Turki, Jerman, Spanyol, dan Farsi," tulis dia, saat diakses Dream, Senin, 19 Februari 2018.
Eltahawy mengatakan berbesar hati saat mendengar Muslimah lain berbicara perlakuan yang sama. Sebab, perlakuan itu tak asing baginya.
Dia menyebut pada 1987, saat itu dia berusia 15 tahun pernah mendapat pelecehan seksual. " Saya diserang dua kali saat kami sekeluarga beribadah haji," kata dia.
Had to stop going for Taraweeh and Qiyam one Ramadan because of some gentlemen. Stayed mum because I thought no one'd believe me, or I'd be accused of having an overactive imagination. #MosqueMeToo is our skeleton in the closet.
— Kali (@maimoonarahman)February 6, 2018
Serangan pertama, kata dia, dilakukan seorang pria saat sedang tawwaf.
" Anda bisa membedakan antara seseorang yang secara tidak sengaja menabrak dengan yang mendorong anggota tubuh Anda," ujar dia.
Sementara itu serangan kedua terjadi saat Elthawany mencoba mencium Hajar Aswad. Yang mengejutkan, perlakuan itu diduga dilakuan oleh anggota polisi.
" Saat aku membungkuk untuk mencium batu itu, polisi itu membelai dadaku," ucap dia.
Setelah sekian tahun memedam perasaan itu, dia mulai berani berbicara. Dia bertemu Kelompok Perempuan Internasional di Kairo, Mesir.
I was looking for souvenirs for my family. I was accompanied by several other women. And then this man just started to flirt and grabbed my hands tightly. eying me from head to toe and caressing my hand. It happened only a few feet from Nabawi #metoo
— CFX #A41A-B, SAT | VIXX FA @ ð��� (@djenanggulo)February 6, 2018
Saat itu diancam agar tak membagikan pelecehan yang dialaminya karena pelecehan itu akan membuat citra Islam terlihat buruk.
Ketika dia terus diam-diam berbagi kisah pelecehan yang dialaminya, cerita mulai mengalir, dengan semakin banyak wanita mengatakan " Saya juga!"
" Saya menulis tentang kekerasan seksual yang saya alami pada buku yang terbit pada 2015," kata dia.
Buku yang Eltahawy berjudul Headscarves and Hymens: Why the Middle East Needs a Sexual Revolution.
Di akun Twitter pribadinya @monaeltahawy, peristiwa pelecehan tak hanya terjadi saat umroh atau haji semata. Beberapa kasus lain terjadi di masjid di Delhi, India.
(Sah)
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR