Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi beberapa kota di Indonesia akan mengalami hari tanpa bayangan.
Kepala Bagian Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Akhmad Taufan Maulana menjelaskan, hari tanpa bayangan itu disebabkan karena matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit.
" Saat deklinasi matahari sama dengan lintang pengamat, fenomenanya disebut sebagai kulminasi utama," ujar Taufan dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 8 Oktober 2019.
Lebih lanjut, kata Taufan, hari tanpa bayangan disebabkan karena bidang rotasi bumi tidak berimpit dengan bidang ekliptika atau bidang revolusi. Maka dari itu, matahari dari bumi akan terlihat berubah terus sepanjang tahun antara 23,5 Lintang Utara (LU) sampai dengan 23,5 Lintang Selatan (LS).
Dengan adanya fenomena tersebut, beberapa kota di Indonesia akan mengalami hari tanpa bayangan yakni pada 9 Oktober 2019 di Serang, Banten pukul 11.42 WIB dan Jakarta Pusat pukul 11.40 WIB.
Kemudian pada 11 Oktober 2019 di Bandung, Jawa Barat Pukul 11.25 WIB dan Semarang, Jawa Tengah pukul 11.20 WIB.
Pada 12 Oktober 2019 di Surabaya, Jawa Timur pukul 11.15 WIB dan pada 13 Oktober 2019 pukul 11.24, Yogyakarta juga akan mengalami hari tanpa bayangan.
Dream - Matahari mengalami kulminasi utama, atau fenomena posisi matahari paling tinggi di langit. Pada saat itu, matahari akan berada di titik di atas kepala atau titik zenit.
Efek ini membuat bayangan benda akan terlihat `menghilang` karena bertumpuk dengan benda itu sendiri.
Posisi Indonesia yang berada di sekitar ekuator membuat kulminasi utama matahari terjadi dua kali dalam setahun. Dilaporkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kulminasi utama matahari di atas khatulistiwa terjadi pada 21 Maret 2019 pukul 05.00 WIB dan 23 September 2019 pukul 14.51 WIB.
" Adapun untuk kota Jakarta, fenomena ini terjadi pada 5 Maret 2019, yang kulminasi utamanya terjadi pada pukul 12.04 WIB, dan pada 9 Oktober 2019, yang kulminasi utamanya terjadi pada pukul 11.40 WIB," tulis BMKG.
Secara umum, kata BMKG, kulminasi utama matahari di Indonesia terjadi antara 22 Februari di Seba, Nusa Tenggara Timur, hingga 5 April di Sabang, Aceh. Kuliminasi utama kedua telah terjadi pada 8 September di Sabang, Aceh dan 21 Oktober 2019 di Seba, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Untuk mengecek daftar hari tanpa bayangan di kotamu, klik di tautan ini
Dream - Sebagai makhluk yang dikaruniai akal dan pikiran, manusia telah menciptakan berbagai macam benda dalam ukuran yang sangat besar hingga layak disebut raksasa.
Salah satu ciptaan manusia berukuran raksasa itu adalah International Space Station (ISS) atau Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Berbobot 419 ton, ISS ini memiliki ukuran panjang 72,8 meter, lebar 108,5 meter, dan tinggi 20 meter.
Dengan ukuran yang luar biasa, ISS adalah objek berawak terbesar yang pernah dikirim ke orbit Bumi, menurut Popular Mechanics.
Namun, betapa pun besarnya ciptaan manusia tetap kalah dari Sang Pencipta yang sesungguhnya, yaitu Allah SWT.
Sebuah foto luar angkasa terbaru yang beredar baru-baru ini memperlihatkan betapa lemah dan kecilnya manusia.
Dengan latar belakang Matahari yang besar dan bercahaya merah membara, teknologi raksasa ciptaan manusia ini ternyata sangat kecil.
Sebuah foto yang diambil di siang hari bolong oleh fotografer Rainee Colacurcio menunjukkan betapa kecilnya ISS dibandingkan dengan Matahari.
Solar transit from Edmonds Beach edited- small prominences brought out and colorized:) #iss #InternationalSpaceStation #isslive #nasa #science #solaraystem #astronomypicturesdaily pic.twitter.com/Y0Dqw0HRXd
— Rainee Colacurcio (@RaineeLC)19 Juni 2019
Foto yang diposting di Twitter Colacurcio sebelum diterbitkan di situs Astronomi Picture of the Day (APOD) itu baru-baru ini viral di dunia maya.
Dengan menggunakan teleskop surya khusus, Colacurcio dapat memotret ISS yang sedang bergerak di antara Bumi dan Matahari secara bersamaan.
Siluet berbentuk huruf H dari ISS awalnya terlihat seperti titik gelap di depan bintang raksasa yang menyilaukan tersebut.
ISS bahkan hampir tidak dapat dilihat dengan latar belakang yang terang. Sekilas, siluet ISS yang gelap akan dikira bintik Matahari.
Namun berbeda bayangan ISS, bintik Matahari memiliki pusat yang gelap tapi dikelilingi oleh area teduh yang sedikit lebih terang.
Untuk menghasilkan gambar spektakuler itu, Colacurcio menggunakan teknik superimposed dari dua foto berbeda yang diambil pada saat yang sama.
Pertama dia menangkap gambar ISS saat bergerak melintasi Matahari. Setelah itu dia mengambil gambar detail permukaan Matahari.
Alasan mengapa permukaan Matahari itu begitu 'flawless' atau tanpa noda adalah karena pada dasarnya tidak ada area gelap yang terlihat jelas di permukaan bintang kita itu.
Hal itu karena matahari saat ini sedang mengalami masa minimum. Yaitu periode saat matahari menjalani aktivitas yang paling sedikit dalam siklus matahari yang berlangsung selama 11 tahun.
" Sehingga, jumlah bintik matahari yang muncul selama masa minimum sebelumnya dan saat ini sangat rendah," jelas penulis dari APOD.
Sumber: Business Insider
Advertisement
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi
Rekam Jejak Profesional dan Birokrasi Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Pengganti Sri Mulyani Indrawati