Keraguan Pada Media AS Jadi Pengantar Pria Ini Pelajari Islam

Reporter : Ahmad Baiquni
Selasa, 3 November 2015 06:30
Keraguan Pada Media AS Jadi Pengantar Pria Ini Pelajari Islam
Semakin lama dia ikuti pemberitaan media, maka semakin besar rasa ketidakpercayaannya terhadap pemberitaan tersebut.

Dream - Seymour merasakan ketidakpercayaan begitu besar terhadap pemberitaan media Amerika Serikat (AS) mengenai tragedi 11 September. Kala itu, dia tengah menjadi mahasiswa di sebuah universitas di Negeri Paman Sam itu.

Awalnya, dia tertarik untuk mengikuti situasi politik yang tengah terjadi di AS. Semakin lama mengikuti pemberitaan media, rasa ketidakpercayaannya terhadap pemberitaan tersebut justru semakin besar.

" Saya tidak begitu berminat dengan teori-teori konspirasi, tetapi lebih cenderung kepada berita-berita alternatif dengan apa yang terjadi. Apalagi usai 11 September, saya begitu tertarik dengan apa yang terjadi serta apa reaksi pemerintah dan media terhadapnya. Itulah yang menjadi pemicu saya mencari kebenaran terhadap Islam," ujar Seymour.

Dia lalu memutuskan menemui beberapa muslim. Dari para muslim itu, Seymour menerima pamflet yang berisi informasi mengenai Islam. Beragam pamflet dibacanya, perlahan-lahan keyakinannya akan Islam sebagai pilihan tidak bisa ditolak.

Suatu malam, Seymour terlibat perbincangan dengan para muslim membahas persoalan kematian. Dia merasa dirinya akan mati dalam usia yang masih muda.

" Maka alangkah baiknya jika saya memeluk Islam sebelum ajal menjemput saya. Itu yang terlintas dalam pikiran saya. Kemudian saya pun memeluk Islam dengan mengucapkan syahadat," kata Seymour.

Saat itu, dia resmi menjadi seorang mualaf. Seymour juga memutuskan untuk menggunakan nama Abdullah.

Beberapa bulan kemudian, Seymour tidak lagi bertemu dengan komunitas muslim. Dia menjalankan kehidupan sebagai muslim sejauh apa yang dia ketahui.

Akhirnya, Seymour memutuskan untuk mencari muslim lain di tempat kerjanya, yang merupakan sebuah toko. Para muslim itu datang ke tokonya dan menjalin hubungan dengan dia.

" Kami menjadi teman baik beberapa tahun kemudian. Ada juga di antara mereka yang baru memeluk Islam. Saya merasa begitu kagum karena sebelum ini saya tidak mengetahui ada orang lain yang memeluk Islam," terang dia.

Keputusan Seymour untuk memeluk Islam membuat orangtuanya kaget. Mereka baru mengetahui Seymour menjadi mualaf jauh hari sesudah dia membaca syahadah.

Kala itu, Seymour mengunjungi ibunya. Lantaran tidak tahu, sang ibu menawarkan menu makan sandwich dengan ham babi. Seymour menolak tawaran itu dengan sopan dan mengatakan dia tidak bisa lagi memakan daging babi.

Ibunya terkejut, tidak percaya dengan apa yang dikatakan Seymour. " Kamu bukan seorang muslim!" kata Seymour menirukan ucapan sang ibu.

" Saya percaya kepada Allah dan saya percaya bahwa Nabi Muhammad itu utusan Allah, maka saya adalah seorang muslim," jawab Seymour menjawab perkataan sang ibu.

Tetapi, akhirnya sang ibu menerima keputusan Seymour. Bagi Seymour, sebenarnya bukan hal sulit untuk mengatakan keputusannya menjadi mualaf kepada orangtuanya karena mereka memiliki latar belakang pandangan yang liberal dan membebaskan dia mencari jalan sendiri.

Menjadi mualaf mungkin merupakan sebuah langkah terakhir. Tetapi, Seymour mengatakan keputusannya menjadi mualaf justru merupakan permulaan dalam sejarah panjang kehidupannya.

" Jika Anda sedang mencari jalan kebenaran Islam, semuanya berubah dalam kehidupan Anda. Jalan tersebut bisa menjauhkan orang dari Islam karena mereka menyadari bahwa banyak perkara berubah," ungkap Seymour.

Lebih lanjut, Seymour menerangkan Islam bukanlah agama yang perlu ditakuti. Menurut dia, Islam berarti berserah diri kepada Allah SWT.

" Jika ada bilang Allah membawa manusia kepada Islam dan memberikan kesulitan kepada manusia, itu tidak masuk akal," terang dia.

Sumber: onislam.net

 

Beri Komentar