Rahmah, Yang Punya Nama Asli Ye Qingfang, Berjuang Melawan Stigma Negatif Dengan Hijab (bbc.com)
Dream - Bagi Muslimah di Indonesia, tak ada tekanan maupun ancaman mengenakan hijab. Mereka bisa bebas memakai hijab, bahkan berkreasi memadupadankan dengan pakaiannya.
Kondisi serupa tidak selamanya terjadi di belahan dunia lain. Jika selama ini kerap tersiar kabar hijab dianggap tabu di sebagian benua Eropa dan Amerika, hal yang sama juga terjadi di China.
Para Muslimah di Negeri Tirai Bambu itu harus berjuang untuk bisa mengenakan hijab. Jika pemerintah setempat tidak membuat aturan mengenai pelarangan hijab, belum tentu hijaber di sana bisa tenang.
Stigma buruk dari masyarakat setempat menjadi bayang-bayang yang harus mereka hadapi. Seperti yang dialami oleh Rahmah.
Rahmah lahir dari keluarga Muslim yang tinggal di Provinsi Qinhai. Sedari kecil, dia mengalami diskriminasi karena imannya, namun kini berusaha agar para Muslimah China tak lagi takut menunjukkan identitas mereka.
" Saya akan tetap pakai jilbab dan tetap yakin pada agama saya. Saya perempuan China berjilbab," ujar Rahmah kepada BBC, dikutip pada Kamis, 20 April 2017.
Populasi pemeluk Islam di China mencapai 23 juta jiwa. Meski cukup besar, mengenakan hijab ternyata masih menjadi perkara tabu di sana.
Tetapi, hal ini tidak membuat Rahmah khawatir. Dia pun mengaku mantap berhijab ketika duduk di bangku kuliah.
" Di perguruan tinggi saya putuskan untuk memakai jilbab," kata dia.
Dia pun merasa hijabnya memberikan nuansa berbeda saat berada di ruang publik. Tetapi, banyak orang yang salah paham tentang hijab yang dia kenakan.
" Identitas Muslim membuat saya unik dan tidak biasa di China. Banyak orang yang salah mengerti dan berprasangka karena saya pakai jilbab," ucap Rahmah.
" (Nama asli) Saya Ye Qingfang. Nama muslim saya Rahmah, artinya anugerah," tutur dia.
Kesalahpahaman bukanlah hal asing bagi Rahmah. Bahkan, dia pernah disuruh untuk mendatangi psikolog untuk berkonsultasi.
" Pada awalnya, orang tak mengerti saya. Mereka menyuruh saya ke konsultan kejiwaan. Mereka bertanya apakah saya dimanipulasi oleh kelompok-kelompok setan atau terkait dengan itu," kata Rahmah.
Usai lulus dari perguruan tinggi, Rahmah sempat mengajar Bahasa Mandarin di kota asalnya. Tetapi, dia memutuskan pindah ke Beijing lantaran sekolah di sana tidak membolehkan guru mengenakan penutup kepala, termasuk hijab.
" Sekolah tidak mau guru yang memakai jilbab. Mereka merasa saya akan menjadi pengaruh buruk.
Sejak 2012, Rahmah menetap di Beijing dan membuka toko busana Muslim. Dia ingin mengajak perempuan Muslim China untuk mengangkat identitasnya tanpa rasa takut.
" Saya ingin menjadi wajah jilbab di China, mewakili perempuan Muslim," kata dia.
(Sumber: bbc.com)
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik